Rabu, 31 Desember 2008

Temu Alumni Ponpes Durrotu Aswaja



Semakin dekat kami rasa…
Menatap gerak langkahmu
Ada Sebersit rasa…Berharap
Engkau telah menjadi Kupu-kupu

Jangan biarkan kami kehilangan pesonamu
Dan hanya meninggalkan lautan ragu
Lihatlah..!!! Di sini
Kami menunggu kedatangan kasihmu
Ajari kami terbang elok sepertimu……


Demikianlah petikan bait puisi yang terpampang besar di baliho depan Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah (Aswaja), untuk menyambut hadirnya “Sang Kupu-kupu,” di “Sarang Ilmu” yang terletak di desa Banaran Sekaran, Gunungpati Semarang, Minggu, (28/12).

Pada hari tersebut, terik matahari cukup cerah. Nampak beberapa santri sedang sibuk lalu lalang di halaman pondok. Berbagai ubo rampe dipersiapkan panitia untuk menyambut kedatangan para alumni. Kurang lebih selama dua bulan panitia merancang agenda pertemuan silaturahmi tersebut.

Sebelumnya, menjelang hari H, panitia temu alumni yang dimotori oleh kang Yusuf Arfianto, mempersiapkan dengan cukup baik. Sebagian besar alumni sudah dihubungi baik dengan surat, telepon, maupun via SMS. Bagi alumni yang rumahnya jauh, memang hanya di hubungi lewat telepon. Untuk alumni yang rumahnya dekat dan mudah dijangkau, dari panitia biasanya ada yang mendatanginya. Maklum saja, jika panitia datang ke rumah semua alumni santri memang tidak mungkin. karena kebanyakan alumni Pondok rumahnya jauh tersebar hampir merata di semua pulau jawa.

Rangkaian Acara

Tepat pukul 10.00 WIB acara sudah dimulai. Seperti biasa group Rebana Addurota Ponpes Durrotu Aswaja mulai menggebrak dengan menyuguhkan musik padang pasir yang khas dan menarik. Setelah itu, Kang Muhammad Ahdiyat, santri baru dari Kendal mulai membuka acara. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci alquar’an oleh kang Syafi’i. Suaranya yang khas nan lembut serasa menggatarkan hati pendengar, sungguh menakjubkan.
Setelah usai, lalu dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil yang dipimpin oleh Kang Kholiq. Kemudian beberapa sambutan pun menyusul. Dimulai dari kang Yusuf Arfiyanto, selaku ketua panitia. Disusul kang Aris Syaifurrahman, selaku Lurah putra Pondok. Kemudian sambutan dari pengasuh Pondok, Abah Kyai Masyrokhan.

Pada kesempatan kali itu, abah Kyai Masyrokhan banyak menyampaikan hal tentang pentingnya sebuah ikatan tali silaturahmi. Alumni pondok yang sebagian besar lulusan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) mayoritas bekerja sebagai Guru di berbagai sekolah umum di Pulau jawa.

Alumni yang berasal dari pondok sudah ratusan. Selain menjadi guru ada juga beberapa alumni yang bekerja Menjadi Dosen, Pengusaha, Wartawan, Cendikiawan, Budayawan dan sebagainya. Sebut Saja Kang Ali Muhtadi yang sekarang menjadi dosen bahasa Inggris di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Lalu Bapak Syaifuddin (pak Udong) yang menjadi dosen bahasa perancis Unnes. Bapak Imam Baehaqi (Dosen FBS Unnes), Ibu Kadarwati (Dosen Kimia Unnes), mbak Umi Nuamah yang sekarang menjadi Ketua PW IPPNU Jawa Tengah, serta Mbak Farodillah (Dila) menjadi wartawan Cyber news di Suara Merdeka. Bahkan ada alumni pondok yang menjadi guru bahasa Inggris di Malaysia, Sebut saja kang Widodo Rembang. Serta banyak alumni lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Sharing dan Diskusi Alumni
Tibalah saat yang dinanti-nantikan. Untuk mempererat tali silaturahmi antara alumni dan santri saling berdiskusi dan sharing dengan mengutarakan berbagai ide dan gagasan. Dibuka dengan petikan untaian kata dari Bapak Dayat, selaku ketua alumni. Masukan pertama oleh Ibu Umi Nuamah, beliau mengatakan, “ikatan alumni itu penting, supaya ada semacam hubungan komunikasi yang erat antara santri yang masih mondok dengan alumni yang telah sukses,” katanya.
Beliau menambahkan bahwa, ikatan itu penting untuk mengcover info-info penting dari alumni yang telah sukses dan mempunyai banyak jaringan keluar. Sehingga bisa dijadikan media informasi untuk pengembangan Pondok ke depan. Mengingat basic pondok itu agamis, untuk mengikat alumni supaya semangat datang yaitu, “dengan mengadakan semacam bedah buku atau bedah kitab khusus bagi alumni setiap tahun,” tambahnya.

Usulan yang berbeda di utarakan oleh kang Kholiq. Untuk mengokohkan pertemuan ini, tiap-tiap alumni lurah pondok Durrotu Aswaja yang dulu pernah memimpin sebaiknya adakan pertemuan dulu. Dari perbincangan tiap lurah tadi, harapannya santri yang dulu pernah dipimpin melihat lurahnya hadir, jadi bisa dimungkinkan nanti ada banyak alumni yang tertarik untuk hadir, “karena tiap tahun dulu kan beda generasi yang memimpin, tapi santri pergenerasi tentu tidak lupa akan lurahnya yang dulu memimpin pondok,” tambahnya.

Bapak Edo juga sependapat dengan usulan kang kholiq. Beliau mengatakan bahwa, “Santri sekarang yang masih mondok hendaknya aktif dalam mencari informasi tentang keberadaan alumni. Mencari domisilinya, pekerjaan dan alamat kantornya. Serta perlunya keterlibatan mantan lurah pondok untuk mecrancang strategi ke depan agar secara ikatan emosional, temu alumni dapat efektif dan berkesan dengan menitikberatkan sekali lagi pada ikatan emosional.” Kata bapak Edo dengan bersemangat.
Aslinya ada banyak hal yang diusulkan dari bermacam santri dan alumni. Intinya pernyataan merekalah yang mungkin bisa mewakili dari sekian banyak masukan. Untuk pertemuan alumni ke depan, banyak santri alumni menyetujui kalau acara seperti ini diadakan ketika pondok ada kegiatan pengajian akbar dalam Akhirrussannah.
Demikianlah beberapa hal yang terjadi dalam rangkaian temu alumni Pondok Pesantren Durrotu Aswaja. Harapannya dari pertemuan itu kita banyak mendapat hikmah serta ilmu hasil dari diskusi dan sharing bersama. Semoga kita termasuk orang yang mampu mengambil hikmah dari segala peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Salam kebebasan……………


Muhammad Noor Ahsin
Pegiat Komunitas Gelegar Tinta Aswaja
Semarang

Jumat, 26 Desember 2008

Membajak Ladang Amal

Minggu pagi itu masih dingin dan gelap, lantunan nadhom imrity membangunkan tidur malamku. Bunyi dering telepon genggam kumal merk nokia tipe 2600, dengan lantunan syair “racun dunia” semakin menyadarkan agar aku tidak tidur kembali.

Aku mencoba meraihnya. Setelah kudapatkan, lalu kupencet tombol untuk menghentikannya. Kulihat kedepan, sebelah atas dinding jam di Aula sudah menunjukkan pukul 03.30 waktu Indonesia bagian Aswaja.

Disamping kiri kulihat beberapa santri ada yang masih tertidur. Di sebelah depan, dekat satir tampak seorang berjaket almamater warna biru tua sedang rukuk. Sebelah belakang di luar pintu, kulihat lalu-lalang santri sedang keluar untuk menuju bawah tower mengambil air wudhu. Di samping kanan depan seorang berpeci hitam bercorak batik dengan balutan koko putih sambil menggenggam microfon ditangannya, melantunkan syair karangan syaikh umar yoto.

Syair dengan bunyi, wannahwu aula awwalan ayyu’lama, idhil kalamu dhunahu layyufhama…, terdengar begitu syahdu dan fasih dilantunkan.
Sekilas kulihat dengan pandangan mataku yang masih sayu,
lelaki itu ternyata kang Syafi’i.

Pria hitam manis yang agak pendiam asal Blora tersebut kuamati dari hari- kehari, akhir-akhir ini memang dialah yang sering memulai konser perdana di sepertiga malam. Tugas kang Bahrul Ulum, yang juga seksi kerohanian semakin terbantu.

Dahulu, sebelum kang Syafi’I di beri amanat sebagai Sieroh, kerja kang Bahrul memang super ekstra berat. Dari semua rekan satu tim di sieroh, hanya dia yang kelihatan bisa optimal. Rekan Sieroh yang lain agak jarang terlihat membantu, bukannya tidak membantu, mungkin sibuk sebagai aktivis kampus dan aktivis kamar.

Dia juga semakin rajin traveling ke kamar-kamar membangunkan manusia-manusia bersarung yang masih terbuai mimpi di singgasana malam. Maklum, dia adalah seksi kerohanian baru, yang belum sebulan dilantik sebagai pengurus baru.
Dengan suaranya yang indah, fasih dan sedikit bercengkok dangdut, seringkali menggetarkan hati dan memikat santri putra dan putri datang beri’tikaf di aula menyebar benih suci di sepertiga malam, sebagai persiapan dalam berlomba-lomba membajak ladang amal untuk meningkatkan prestasi keimanan dengan melakukan ritual sholatullail.

Menurut kitab ta’lumul muta’alim, bangun disepertiga malam itu banyak mendapatkan hikmah dan karomah.
Bangun saja aja mendapatkan barokah, apalagi kalau di disi dengan kegiatan bermanfaat seperti ritual sholat tahajut dan sholat hajat yang rutin dilaksanakan secara berjamaah. Bangun di sepetiga malam untuk melaksanakan ritual tersebut memang tidak mudah, banyak godaan yang menyertai. Seksi kerohanian yang berjumlah tiga santri saja, walaupun kadang sudah optimal melaksanakan tugas membangunkan santri untuk sholat malam, kenyataannya masih saja hanya berkisar 2,3 shof yang mengisi barisan ma’mum.

Jika melihat barisan sholat malam yang sering berkurang, tidak jarang Abah kyai Masyrokhan, selaku Pengasuh pondok melakukan inspeksi mendadak dengan membangunkan santri yang masih tidur di kamar-kamar. Inspeksi mendadak dari abah yai inilah yang kadang manjur untuk mengajak bermunajat di atas karpet hijau.

Sebagai santri semestinya dapat menempatkan diri dan membagi waktu dengan baik. Banyaknya aktivitas sangat menyita banyak energi. Tentunya aktivitas yang dilakukan santri di di pondok tentu lebih banyak hal positif yang dilakukan.

Orang yang melakukan perbuatan baik tentu banyak cobaannya. Begitu juga di Pondok Pesantren Durrotu Aswaja, cobaan yang dalami santrinya juga banyak. Mulai dari penyakit, masalah kuliah, pacar, keuangan yang mungkin seret, masalah dosen dan sebagainya. Tapi yakinlah bahwa cobaan yang dialami seorang hamba yang sedang melakukan kebajikan jika mereka mampu mengatasinya Allah akan menaikkan derajatnya.
Jadi marilah kita berlomba-lomba berbuat kebajikan. Untuk meningkatkan prestasi keimanan kita perlu upaya nyata untuk mewujudkannya. Janganlah putus asa. Semangat menggarap PR surga hendaknya melekat dalam jiwa kita. Lakukanlah sesuatu yang terbaik untuk mengagapai mimpi menuju keberhasilan hidupmu.

Muhammad Noor Ahsin
Santri Ponpes Durrotu Aswaja

Hikmah Sebuah Masalah Kuliah

Brengsek, sudah dua jam lebih aku menunggunya. Tapi apa yang kudapatkan? Waktuku jadi terbuang sia-sia. Dengan memakai celana hitam, hem warna putih yang baru kuseterika. Aku pun merapikan penampilanku di depan kaca. Rabu pagi pukul sebilan aku janjian sama dosenku untuk mengikuti ujian tambahan. Aslinya malas banget sich. Bayangkan saja setiap janjian dengan dosenku yang berinisial BN (nama sengaja saya samarkan), dengan enaknya selalu dibatalkan.

Setelah rapi aku pun bergegas turun ke lantai bawah. Melewati tangga yang belum jadi. Setelah sampai bawah. Aku menuju tempat rak sepatu, kulihat dengan seksama sepatu ku ternyata tidak ada. Ah…..mungkin sedang di alap barokah, batinku dalam hati. Di pondok itu memang banyak ujiannya. Tapi aku khusnudhon saja. Seperti biasa aku pun mengambil sepatu pantofel warna hitam di rak sepatu sebelah atas yang merupakan sepatu milikku.

Belum sampai beres memakai sepatu, dering suara HPku berbunyi. Kucoba meraih Hpku yang aku taruh di dalam saku. Kubuka ternyata SMS dari Murni, dia adalah teman sekampusku. Dalam isi SMSnya, kubaca berbunya, ”Sin sekarang cepat ke kampus.” Kupikir cepat banget dia sampai kampus. Dia sudah menunggu aku di sana. Lalu aku coba membalas SMSnya, satu demi satu ketikan SMS dengan jempolku sudah jadi, aku jawab saja, ya bentar lagi aku sampe kampus, jawabku.

Melewati jalan paving sebelah timur warung kita aku bergegas menuju kampus lewat jalan keci menuju toko rizkia, setelah sampe jalan aku menyeberang jalan. Kuperhatikan warung Mbah Man yang terletak di dekat jalan ada seorang temanku yang sedang asyik makan bakso, aku pun menyapanya dengan senyuman saja. Setelah sampe di teras kampus gedung B1 106, kulihat Murni sedang duduk di kursi panjang depan kantor TU dosen. Dengan memakai hem putih, rok hitam dan kudung hitan, ditambah balutan jaket tipis warna hija dia, melambaikan tangannya.

“ Sin kesini Sin”
“Pak BN sudah datang belum.” tanyaku.
“Belum,” jawabnya.
Aku pun duduk mendekat disampingnya. Dia ternyata sudah menunggu dari tadi. Murni adalah seorang cewek asal kabupaten Pati. Wajahnya lumayan manis. Tubuhnya juga seksi. Tapi sayang, dia sudah punya orang lain. Dia juga sudah menikah waktu semester 4 dan kemarin saja malah dia baru melahirkan seorang anak. Walaupun sudah nikah, tapi semangat belajarnya untuk cepat lulus sangat tinggi.

Tidak lama setelah kami berbincang-bincang. Datang temanku Akib dari arah timur. Dia duduk di sampingku. Dia juga sedang menuungu dosen untuk tes tambahan micro teaching. Lima menit kemudian datangnya mbak Siti Nurhidayah. Dengan memakai jaket kotak-kotak dengan menenteng sebuah tas hitam dia menghampiri kami.

“Kok baru datang mbak,” tanyaku.
“ iya, tadi aku dapat SMS dari pak BN, intinya dia akan datang ke kampus pukul sepuluh kang.” Jawabnya, sambil memperlihatkan SMS yang ada di dalam hpnya.
Sudah satu jam kami menunggu pak BN. Ternyata tidak datang. Kucoba menelponnya. Ternyata diangkat. Lho kok cewek yang ngangkat, batinku.
“ ni dengan siapa ya? ada perlu apa?” kata wanita tadi.
“ ini Akhmad, Bu mahasiswa pak BN.” Jawabku.
“Pak BN sekarang lagi dimana Bu,” tambahku.

“ oh.. dia baru saja keluar dari yayasan Ummul Quro’, mungkin sedang ke kampus. Ditunggu saja mas” bujuknya.
“ ya buk”, jawabku.
Setelah, kami tunggu-tunggu dengan harap-harap cemas. Tepat pukul setengah sebelas pak BN baru hadir. Kami pun langsung menyusulnya. Pak BN mengatakan,
“untuk ujiannya, sesuai dengan rapat dosen pengampu akan dilaksanakan hari senin mendatang, tepatnya tanggal 21.”
“ Jadi di undur lagi Pak,” kata murni. Dengan wajah yang agak kesal.
“ iya, jadi kalian bisa persiapan lebih lama” kata BN.

Kami pun akhirnya, pulang. Murni kelihatan sangat jengkel sekali dengan pak BN. Akib yang jauh-jauh dari tempat KKN PBA di Gabus, terpaksa harus kembali ke posko dengan penantian yang sia-sia. Aku berjalan melangkah pulang ke Pondok Pesantren Durrotu Aswaja bersama Mbak Siti Nurhidayah yang memang satu pondok denganku.
“emang jengkelke banget, pak BN” kata Hidayah dengan nada keras sambil meremas tas hitam bercorak gasis yang sedang dibawanya.

“moso’ setiap janjian, mesti dibatalke, padahal keto’e pak BN yo ora sibuk-sibuk banget.” Tambahnya.
“wes piye meneh mbak, pak BN pancen ngono.” Sabar wae. Yo mugo-mugo ora molor meneh.” Kataku.
Tidak sampe sepuluh menit, saya pun sudah berada di kamar. Jaket hitam kutaruh di gantungan baju. Aku pun langsung ganti baju dengan menakai kaos dan sarung kotak-kotak warna hijau. Setelah itu, aku berusaha merebahkan tubuhku di atas karpet hijau didalam kamar pengurus. kulihat, sebelah atas jam dinding menunjukkan pukul 11.30 WIB. Aku pun meraih Koran kompas yang ada disampingku. Pondokku memang langganan Koran kompas sebagai suplemen agar santri yang juga mahasiswa tidak kuper dan selalu megikuti informasi.

Kubuka lembaran kompas satu demi satu. Memang dari pagi tadi aku tidak sempat untuk membaca. Jadi siang ini baru bisa membaca Koran.
Ketika azan dhuhur berkumandang. Aku pun menyudahi baca korannya. Kulihat kang yusuf datang dari pintu samping, kemudian tidur di sampingku. Mungkin dia kelelahan, sehingga datang langsung merebahkan tubuhnya.

Setelah kegiatan siang itu aku lalui. Sorenya jam dua siang dari pada aku tidur mending aku isi dengan kegiatan positif. Aku pn bergegas datang ke tempat spesialku dengan tujuan ingin menghatamkan bacaan buku yang belum sempat akau khatamkan.
Malamnya, pukul 20.00 aku datang ke joglo untuk mengikuti rapat koordinasi demo expo. Aku memang menjadi bagian dalam panitia tersebut. Rencananya sih panitia pengen mendatangkan band nasional, kerispatih. Juga membahas tentang persiapan yang lain.
Dalam rapat itu aku mendapatkan banyak pengetahuan dari panitia yang kebanyakan terdiri dari beberapa jurusan yang berbeda-beda di Unnes. Setelah selesai aku mencari komputer untuk menuliskan ide-ideku yang tercecer sebelum aku tidur.


Muhammad Noor Ahsin
Santri Ponpes Durrotu Aswaja
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Jumat, 05 Desember 2008

AHSINEMA: Komentar Siswa Terhadap PPL Unnes

Komentar Siswa Terhadap PPL Unnes


Hemas Isphari Putri

Dulu awalnya siswa-siswa sini pada gak suka apabila diajar oleh mahasiswa PPL. pertama diajar oleh mahasiswa PPL kita kadang kurang seius dan cuek. Maklum saja mereka baru saja praktek mengajar untuk menjadi calon guru yang profesional. Tapi lama-kelamaan kami pun suka dengan keberadaan mahasiswa PPL yang praktik mengajar di kelas. setelah kenal dan mau pepisahan kita malah gak rela ditinngal. Akhirnya sadar kalau dulu kita salah.

Menjelang acara perpisahan, kami pun sangat gembira dengan acara pentas seni yang diadakan mahasiswa PPL Unnes. Bakat dan kreativitas siswa-siswi yang ada di SMK N 9 Semarang paling tidak bisa tersalurkan dengan adanya kegiatan itu. Buktinya antusiasme siswa untuk pentas pun besar.

Tentunya, banyak sekolah di Semarang, bahkan di lingkup wilayah Jawa Tengah yang digunakan praktek mengajar oleh mahasiswa kependidikan dari berbagai Universitas. Harapannya, jika di sekolah sahabat abu-abuers sedang ada mahasiswa yang sedang praktek mengajar tolong supaya dihargai. Karena merekalah kelak calon guru yang akan mencerdaskan bangsa kita.

OLEH. MUHAMMAD NOOR AHSIN

Kamis, 04 Desember 2008

Ajang kreativitas Seni dan Budaya SMK N 9 Semarang




“Momen perpisahan itu, kami hanya bisa mempersembahkan Syair lagu dan beragam pentas kreativitas sesuai dengan bakat yang kami punya.”

Itulah salah satu pernyataan siswi SMK N 9 Semarang, saat penyelenggaraan Pentas Seni, yang diadakan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Unnes dalam rangka perpisahan, setelah tiga bulan selesai magang mengajar.


Acara tersebut diselenggarakan pada hari Sabtu, (29/11) bertempat di gedung aula sekolah dengan mengangkat tema "One Day Full Of Love". Tentu sahabat abu-abuers tahu dengan makna tema tersebut, yaitu sehari penuh cinta. Kata love di sini bukan makna cinta secara umum, tapi lebih ke makna secara khusus. Artinya segala aktivitas itu akan sangat bermakna jika dilandasi cinta dan ketulusan. Jadi, segala kreativitas seni dan budaya nanti yang ditampilkan dalam acara hendaknya dijiwai dengan rasa cinta, ketulusan hati, dan penjiwaan. Agar bakat terpendam yang ada dalam siswa semakin semakin terasah.


Pada hari itu suasana sekolah sungguh sangat ramai sekali. Seluruh siswa-siswi berbondong-bondong memenuhi Aula sekolah untuk melihat acara Pentas Seni. Sahabat abu-abuers SMK N 9 Semarang tentunya merasa senang dan terhibur dengan acara tersebut. "Sebelumnya memang hanya kali ini mahasiswa PPL yang mengadakan perpisahan dengan meyelenggarakan Pentas Seni di sekolah ini, kami sangat senang." Tutur Endang Setiawati, Siswi kelas II AK 2.


Menurut Aji Mandayaratna, selaku Ketua panitia, acara tersebut bertujuan untuk mengembangkan bakat seni dan kreativitas siswa-siswi SMK N 9 Semarang. Sebelum mengadakan pentas seni kami melihat dan mengamati bahwa bakat seni serta kreativitas siswi di sini sangat beragam. Sehingga pada momen perpisahan tersebut kami sepakat dengan teman-teman ingin menyelenggarakan pentas seni sebagai wadah dan ajang kreativitas seni dan budaya bagi siswa-siswi di sini. Untuk menonjolkan budaya, seluruh panitia mengenakan Dresscode batik. Panitia pun dengan bangga memakainya, Karena batik merupakan salah satu budaya jawa yang harus dilestarikan.


Respon dari sahabat Abu-abuers SMK N 9 Semarang terhadap acara pentas seni pun terasa sangat baik. Sebelum pelaksanaan acara, tercatat ada sebanyak 20 tampilan yang sudah mendaftar ke pihak panitia. Meliputi pentas Band, karaoke, puisi, solo vokal, dance, rebana, drama, dan sebagainya. Kebanyakan yang akan pentas adalah siswa-siswi sekolah sendiri. Dominasi yang akan tampil adalah para siswi. Itu wajar karena 95 % murid yang sekolah di sini adalah perempuan. Selain dari siswa-siswi juga ada beberapa bintang tamu yang sengaja didatangkan dari luar untuk menambah semarak acara.


Walaupun masih usia muda, kemampuan siswa-siswi pentas di atas panggung tidak kalah dengan yang sudah profesional. Semisal group band Blooostains, Band tersebut personelnya terdiri dari empat siswi. Mereka memainkan lagu untuk menghibur dan memberi kenangan perpisahan kepada mahasiswa PPL Unnes.


Sebetulnya yang akan tampil memang banyak. Namun karena keterbatasan waktu, jadi tidak semua siswa bisa unjuk gigi mempersembahkan kreativitas di atas panggung. Tapi yang jelas siswa-siswi terhibur, dan acara tersebut memberikan banyak kenangan bagi guru, siswa, dan mahasiwa PPL Unnes.


Menurut Ibu Dra. Surtikanti, selaku Waka kesiswaaan, secara umum saya menilai positif dengan acara pentas seni yang diadakan mahasiswa PPL Unnes, hanya saja ada beberapa kekurangan dalam penyelenggaraannya, tapi saya kira sich maklum saja. Tuturnya. Beliau berpesan bahwa meskipun sudah tidak praktik mengajar dan akan segera berpisah, harapannya komunikasi dan silaturahmi dengan pihak sekolah tetap terjalin.


Di akhir acara siswa-siswi pun menangis dan terharu dengan perpisahan itu. Biar bagaimanapun, setiap perjumpaan pasti juga ada perpisahan. Seluruh siswa, guru, dan mahasiswa PPL Unnes saling berjabatan tangan untuk berpisah.


Oleh. Muhammad Noor Ahsin

Koordinator Mahasiswa PPL Unnes

di SMKN 9 Semarang

Ajang kreativitas Seni dan Budaya



“Momen perpisahan itu, kami hanya bisa mempersembahkan Syair lagu dan beragam pentas kreativitas sesuai dengan bakat yang kami punya.”


Itulah salah satu pernyataan siswi SMK N 9 Semarang, saat penyelenggaraan Pentas Seni, yang diadakan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Unnes dalam rangka perpisahan, setelah tiga bulan selesai magang mengajar.


Acara tersebut diselenggarakan pada hari Sabtu, (29/11) bertempat di gedung aula sekolah dengan mengangkat tema "One Day Full Of Love". Tentu sahabat abu-abuers tahu dengan makna tema tersebut, yaitu sehari penuh cinta. Kata love di sini bukan makna cinta secara umum, tapi lebih ke makna secara khusus. Artinya segala aktivitas itu akan sangat bermakna jika dilandasi cinta dan ketulusan. Jadi, segala kreativitas seni dan budaya nanti yang ditampilkan dalam acara hendaknya dijiwai dengan rasa cinta, ketulusan hati, dan penjiwaan. Agar bakat terpendam yang ada dalam siswa semakin semakin terasah.


Pada hari itu suasana sekolah sungguh sangat ramai sekali. Seluruh siswa-siswi berbondong-bondong memenuhi Aula sekolah untuk melihat acara Pentas Seni. Sahabat abu-abuers SMK N 9 Semarang tentunya merasa senang dan terhibur dengan acara tersebut. "Sebelumnya memang hanya kali ini mahasiswa PPL yang mengadakan perpisahan dengan meyelenggarakan Pentas Seni di sekolah ini, kami sangat senang." Tutur Endang Setiawati, Siswi kelas II AK 2.


Menurut Aji Mandayaratna, selaku Ketua panitia, acara tersebut bertujuan untuk mengembangkan bakat seni dan kreativitas siswa-siswi SMK N 9 Semarang. Sebelum mengadakan pentas seni kami melihat dan mengamati bahwa bakat seni serta kreativitas siswi di sini sangat beragam. Sehingga pada momen perpisahan tersebut kami sepakat dengan teman-teman ingin menyelenggarakan pentas seni sebagai wadah dan ajang kreativitas seni dan budaya bagi siswa-siswi di sini. Untuk menonjolkan budaya, seluruh panitia mengenakan Dresscode batik. Panitia pun dengan bangga memakainya, Karena batik merupakan salah satu budaya jawa yang harus dilestarikan.

.

Respon dari sahabat Abu-abuers SMK N 9 Semarang terhadap acara pentas seni pun terasa sangat baik. Sebelum pelaksanaan acara, tercatat ada sebanyak 20 tampilan yang sudah mendaftar ke pihak panitia. Meliputi pentas Band, karaoke, puisi, solo vokal, dance, rebana, drama, dan sebagainya. Kebanyakan yang akan pentas adalah siswa-siswi sekolah sendiri. Dominasi yang akan tampil adalah para siswi. Itu wajar karena 95 % murid yang sekolah di sini adalah perempuan. Selain dari siswa-siswi juga ada beberapa bintang tamu yang sengaja didatangkan dari luar untuk menambah semarak acara.


Walaupun masih usia muda, kemampuan siswa-siswi pentas di atas panggung tidak kalah dengan yang sudah profesional. Semisal group band Blooostains, Band tersebut personelnya terdiri dari empat siswi. Mereka memainkan lagu untuk menghibur dan memberi kenangan perpisahan kepada mahasiswa PPL Unnes.


Sebetulnya yang akan tampil memang banyak. Namun karena keterbatasan waktu, jadi tidak semua siswa bisa unjuk gigi mempersembahkan kreativitas di atas panggung. Tapi yang jelas siswa-siswi terhibur, dan acara tersebut memberikan banyak kenangan bagi guru, siswa, dan mahasiwa PPL Unnes.


Menurut Ibu Dra. Surtikanti, selaku Waka kesiswaaan, secara umum saya menilai positif dengan acara pentas seni yang diadakan mahasiswa PPL Unnes, hanya saja ada beberapa kekurangan dalam penyelenggaraannya, tapi saya kira sich maklum saja. Tuturnya. Beliau berpesan bahwa meskipun sudah tidak praktik mengajar dan akan segera berpisah, harapannya komunikasi dan silaturahmi dengan pihak sekolah tetap terjalin.


Di akhir acara siswa-siswi pun menangis dan terharu dengan perpisahan itu. Biar bagaimanapun, setiap perjumpaan pasti juga ada perpisahan. Seluruh siswa, guru, dan mahasiswa PPL Unnes saling berjabatan tangan untuk berpisah.


Oleh. Muhammad Noor Ahsin

Koordinator Mahasiswa PPL Unnes

di SMK N 9 Semarang