Minggu, 20 Desember 2009

Santri Aswaja Belajar Bahasa Asing



Berbicara mengenai pesantren salaf, orang sering beranggapan bahwa pesantren hanya mengajarkan ilmu agama seperti ilmu nahwu, shorof, kajian kitab salaf (kitab Kuning), fiqih, balaghoh, Qur’an hadist, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, tidak sedikit pesantren salaf yang memulai membekali keterampilan (soft skill) santri-santrinya untuk bekal tambahan mereka ketika berkarir dan terjun di masyarakat. Salah satu keterampilan yang juga penting dibelajarkan kepada santri yaitu mempelajari bahasa asing, seperti bahasa Arab, Inggris dan Jepang.

Kegiatan pembejaran keterampilan tiga bahasa asing itu dapat kita temui di pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah waljama’ah (Aswaja) di desa Banaran Sekaran, kecamatan Gunungpati Semarang. Semua santri Aswaja jumlahnya sekitar 200 santri. Sebanyak 95 % santrinya adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang dari berbagai macam jurusan.

Di Ponpes Durrotu Aswaja tersebut sudah mengadopsi kurikulum khusus untuk pembelajaran bahasa Asing yang diajarkan rutin hampir setiap hari. Pembelajaran bahasa asing dilakukan hampir setiap malam selama 1 jam, instansi khusus tersebut bernama Lembaga Bahasa Aswaja (LBA). Tentor yang mengajar yaitu santri Aswaja sendiri yang juga mahasiswa Unnes dari jurusan bahasa Arab, Inggris dan Bahasa Jepang.

Pada minggu kemarin, LBA mengadakan kegiatan out door yang bertitel odol, singkatan dari kata out bound & do learning. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, di obyek wisata Goa Kreo, desa Talun Kacang Kandri Gunungpati Semarang.
Kegiatan odol kala itu mengangkat tema “surga dalam cerita”. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 50 santri. Dalam acara tersebut juga diadakan “studium general” yang mengangkat tema “let’s talk”, kegiatan studium general ini bertujuan memberikan motivasi kepada para peserta odol untuk mau, berani dan terbiasa berbicara memakai bahasa asing.

Studium general ini mengundang dua pembicara. Pertama Miss Iwata Yoko, beliau adalah orang Jepang asli yang sekarang berprofesi sebagai dosen bahasa jepang di Unnes. Pembicara kedua adalah Prof Dr rasdi Ekosiswoyo MSc, beliau adalah mantan rektor Unnes yang juga pernah kuliah selama 2 tahun di Amerika.

Selama mengikuti acara odol di kompleks wisata Goa Kreo, kebanyakan peserta merasa senang. Selain belajar bahasa asing, peserta juga disuguhi pemandangan alam yang indah di objek wisata Goa Kreo. Sungguh menyenangkan.


(Tulisan di atas pernah dimuat di koran Suara Merdeka pada Minggu, 3 Januari 2010)



Muhammad Noor Ahsin
Santri Ponpes Durrotu Aswaja
Redaktur Tabloid Nuansa Unnes
Pegiat Komunitas Harmoni Semarang

Selasa, 01 September 2009

Indonesia-Amerika Lanjutkan Program Beasiswa Fullbright

Jakarta, Senin (16 Februari 2009) -- Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika sepakat untuk melanjutkan program beasiswa Fullbright. Program beasiswa yang sudah berlangsung sejak 1952 ini akan memberikan landasan baru bagi kedua negara. Untuk pertama kalinya program ini akan mengintegrasikan beasiswa program sandwich, pengiriman dosen senior melalui AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation), dan block grant bagi 50 organisasi profesional di Indonesia untuk mengikuti kegiatan saintifik internasional dengan mengundang pakar dari Amerika.



Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dilakukan pada Senin (16/2/2009) di Depdiknas, Jakarta oleh Direktur Jenderal Pendididikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Cameron R. Hume disaksikan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo. MoU ini mengakui Yayasan Pertukaran Amerika Indonesia (AMINEF) sebagai organisasi nirlaba yang dikelola kedua negara dan didirikan dalam bentuk yayasan di bawah hukum Indonesia untuk mengelola program pertukaran Fullbright dan meningkatkan pemahaman antara Indonesia dan Amerika

Hadir pada acara Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas Baedhowi, serta sejumlah pejabat eselon II Depdiknas.

Mendiknas mengatakan, program beasiswa di tingkat pendidikan tinggi ini sangat penting untuk menyiapkan pemimpin Indonesia masa depan. Mendiknas meminta, agar lebih memperluas kerangka kerja sama antara Indonesia dengan Amerika. Selama ini, kata Mendiknas, pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama pendidikan yang lebih luas dengan negara - negara seperti Australia, Malaysia Singapura, dan Belanda. "Ciri kerja sama Indonesia berada dalam kerangka kerja sama g to g (government to government) mencakup pendidikan taman kanak - kanak sampai level universitas. Mulai penelitian dan pendidikan vokasi, bahkan pada pendidikan nonformal. Ada di semua aspek dan level pendidikan," katanya.

Cameron mengatakan, kontribusi Indonesia sangat besar terhadap Amerika. Menurut dia, tidak hanya mahasiswa Amerika mendapatkan keuntungan dengan belajar di Indonesia, tetapi rakyat Amerika memperoleh keuntungan dari mahasiswa Indonesia yang datang ke Amerika. "Kerja sama khususnya di bidang pendidikan tinggi sangat penting bagi kedua belah pihak. Tidak ada pertanyaan kalau pendidikan tinggi akan menjadi elemen strategis kerja sama kita di masa depan," katanya.

Cameron menyebutkan, lebih dari 1.500 warga Indonesia dan 600 warga Amerika telah memperoleh beasiswa Fullbright sejak program ini dimulai. Dia menambahkan, terdapat 20 program Fullbright di Indonesia. "Program ini merupakan salah satu program Fullbright yang terbesar di dunia. Ke depan, kami yakin program ini akan terus berlanjut," katanya

Fasli mengatakan, beasiswa program Aminef memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Amerika dan pengajar dari Amerika memberikan pengajaran singkat di Indonesia selama tiga minggu atau lebih. Dia menyebutkan, beasiswa yang paling prestisius adalah Presidential Scholarship yang akan mengembangkan sebanyak 200 orang bergelar PhD di 18 center of excellent. "Pendanaannya selain dari AMINEF juga dari World Bank Institute, dan Pemerintah Jepang. Amerika juga menyediakan dana sebanyak $137 juta untuk kerja sama bidang pendidikan dasar dan menengah untuk desentralisasi pendidikan dasar. Program ini untuk membantu manajemen berbasis sekolah, mutu guru, dan pengembangan proses belajar dan mengajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, " ujarnya.***Sumber: Pers Depdiknas

Recommend this article...
Terakhir Diperbaharui ( Wednesday, 18 February 2009 )


http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=262&Itemid=54

Beasiswa Fulbright Amerika 2008/2009

Tahun 2008/2009 ini Fulbright Amerika kembali memberikan beasiswa untuk warga negara Indonesia antara lain

Untuk S2 :

1. Fulbright Master Degree Program

2. Fulbright-Freeport MA Master Degree Program

3. Fulbright-Telkom Master Degree Program

Untuk S3:

1. Fulbright Presidential PhD Scholarship Program

Untuk Penelitian:

1. Doctoral Dissertation Research Program

2. Senior Research Program

Untuk Program Khusus:

1. Fulbright FLTA (Foreign Language Teaching Assistant) Bahasa Indonesia

2. Hubert H.Humphrey Fellowship Program for Mid-Career Profesional

3. Visiting Specialist Program

4. Tsunami Relief Initiative Master Degree Program

5. Community College Summit Initiative Program

6. ILEP/IREX Teacher Exchange Program

7. Science and Technology Award



Sebagian besar program-program beasiswa Fulbright deadline-nya: 31 Mei 2008.

Kunjungi situs Fulbright klik disini

FULBRIGHT
Gedung Balai Pustaka Lt. 6
Jalan Gunung Sahari Raya No. 4
Jakarta 10720
Phone: (021) 345-2016
Fax: (021) 345-2050
E-mail: infofulbright_ind@aminef.or.id

Note: Jika anda bermaksud berstudi ke Luar negeri (termasuk Amerika) ada baiknya anda memasang "filter budaya" pada diri anda sendiri.

http://www.pusatinfobeasiswa.com/Beasiswa-Amerika-Fulbright-2008.htm

Kursus bahasa Inggris di Afrika Selatan



Pergilah ke Afrika Selatan dan temukan sejarah yang memukau dan pemandangan yang menakjubkan dari negara Afrika ini. Kursus bahasa Inggris di Afrika Selatan akan membuat Anda bisa menikmati tata kota yang fantastis termasuk Kgalagadi Transfrontier Park dengan salah satu suaka alam yang terbesar di dunia, Pegunungan Drakensburg, dan kebun anggur dengan luas 300 mile, kampung pemancingan, peternakan dan kota kecil sepanjang Garden Route. Afrika Selatan mempunyai populasi bunga terbesar di dunia dan berbagai macam fauna, termasuk ikan lumba-lumba, ikan hiu putih, singa, gajah, macan dan lebih dari 900 jenis burung.

Bukan hanya itu saja, Afrika Selatan juga tempat yang menyenangkan untuk berbelanja, dimana sekarang menjadi pusat atraksi yang terbesar untuk turis asing. Anda juga bisa belajar bahasa Inggris sambil mengambil bagian dalam budaya Afrika Selatan kuno, seperti mendengarkan musik jazz secara langsung, blues, dan juga musik pop dan rock. Sekarang, musisi Afrika dari berbagai berbagai benua tampil di klub malam di Afrika Selatan dan musik techno rave juga telah mempunyai jenisnya sendiri di budaya lokal. Afrika Selatan juga telah menghasilkan 4 orang pemenang Nobel Peace Prize dan akan menjadi tuan rumah Football World Cup 2010.

Sekolah EF lokasinya di Cape Town, di daerah Western Cape, dimana area tersebut dikenal sebagai daerah yang terindah di dunia. Cape Town terletak di sebelah Barat Daya dari Afrika sekitar 1600 km dari Johannesburg dan mempunyai iklim Mediterranean. Dengan lokasi tersebut, sekolah mempunyai budaya Afrika yang beragam, alam dan kehidupan kota besar. Kursus bahasa Inggris di Cape Town adalah cara yang tepat untuk menikmati Afrika.
Jenis Kursus yang tersedia di Afrika Selatan

Bahasa Inggris Intensif di Afrika Selatan
EF merekomendasikan Kursus bahasa Inggris Intensif untuk siswa yang ingin belajar bahasa Inggris secepat mungkin, baik untuk alasan akademis ataupun profesional. Anda akan medapatkan 32 sesi pelajaran per minggu.


Kursus bahasa Inggris ini dirancang khusus untuk sisawa yang ingin naik satu level setiap enam minggu dan dirancang untuk siswa yang ingin mendapatkan pemahaman yang baik akan esensi disiplin bahasa Inggris melalui program menyeluruh. Kursus bahasa Inggris ini tersedia di Afrika Selatan untuk siswa dari tingkat apapun, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat mahir. Kursus Umum termasuk 26 sesi pelajaran per minggu

Kursus Bahasa Inggris Dasar di Afrika Selatan
Kursus bahasa Inggris Dasar dengan EF akan memberikan Anda dasar bahasa Inggris dan belajar untuk berbicara bahasa Inggris sehari-hari, tetapi masih tetap memiliki waktu untuk bersantai dan mengunjungi berbagai obyek wisata. Kombinasikan liburan yang santai di Afrika Selatan dengan 20 sesi pelajaran bahasa di pagi dan sore per minggu.

Program Magang di Afrika Selatan
Program Magang di Afrika Selatan dirancang untuk Anda yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris dengan tingkat menengah (Intermediate) sampai mahir (Advanced) dimana Anda ingin mengkombinasikan belajar Inggris dengan pengalaman kerja di perusahaan lokal. Program magang di Afrika Selatan adalah program dengan minimum 8 minggu, dan termasuk sekitar 50-100 jam magang. Dengan bekerja paruh waktu, Anda akan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sesuai industri pekerjaan dimana Anda bekerja, membangun jaringan pribadi, dan menggali potensi Anda sambil bekerja dengan orang lokal Inggris. Pada akhir dari program tersebut, Anda akan membuat presentasi resmi dan menerima sertifikat Internship EF.

Kursus persiapan ujian bahasa Inggris di Afrika Selatan
Australia adalah negara tujuan bagi Anda yang ingin mempersiapkan ujian bahasa Inggris, tetapi Anda juga ingin berada di daerah dengan lingkungan yang nyaman pada saat yang sama. Kursus Persiapan Ujian kami di Afrika Selatan akan memastikan Anda mendapatkan nilai yang baik pada saat hari ujian Anda. Anda bisa memilih untuk mengambil ujian Anda pada saat mengambil kursus EF, atau setelah menyelesaikan kursus Anda di negara asal Anda.

Jika anda berencana untuk mengambil ujian Cambridge ESOL (English for Speakers of Other Languages) seperti Cambridge FCE, CAE, CPE, kami menawarkan kursus persiapan ujian Cambridge di Cape Town dengan jangka waktu 9-12 minggu untuk setiap jenis ujian yang akan Anda ambil. Ujian Cambridge diselenggarakan tiga kali dalam setahun di seluruh dunia dan kursus persiapan kami diselenggarakan sesuai dengan jadwal resmi ujian tersebut.

TOEFL (Test of English as a Foreign Language) adalah ujian untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa Inggris Anda dalam menggunakan bahasa Inggris Amerika Utara dalam bentuk akademis. Nilai ujian TOEFL digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk bisa masuk ke lebih dari 600 college dan universitas terutama di Amerika dan Kanada. Perbesar kemungkinan Anda bisa diterima di universitas dengan mengambil kursus persiapan TOEFL di Afrika Selatan sepanjang tahun.
Akomodasi di Afrika Selatan

Kursus kami di Afrika Selatan termasuk 2 jenis tempat tinggal. Jika Anda memilih untuk tinggal dengan keluarga angkat, Anda akan menikmati pengalaman tinggal di rumah pribadi keluarga angkat Afrika Selatan. Anda akan tinggal sekamar berdua dan biaya akomodasi sudah termasuk dalam biaya kursus. Jika Anda ingin tinggal mandiri, kami merekomendasikan asrama siswa kami, dimana lokasinya hanya 5 menit jalan kaki dari sekolah. Asrama Lady Hamilton mempunyai fasilitas sekamar berdua dengan harga USD 140/mg atau sekamar sendiri USD 240/mg dengan fasilitas makan dua kali-Senin-Jumat dan hanya makan pagi di Sabtu dan Minggu. Asrama ini mempunyai fasilitas internet WiFi di lantai utama, ruang santai siswa EF yang eksklusif dilengkapi dengan TV, permainan dan perpustakaan, ditambah dengan fasilitas kolam renang dengan pelataran untuk berjemur dibawah sinar matahari.

Untuk informasi mengenai pilihan akomodasi di Cape Townsilahkan melihat halaman mengenai kota tersebut.
Harga

Harga kursus bahasa Inggris di Afrika Selatan tergantung pada jangka waktu belajar, jenis kursus dan akomodasi yang Anda pilih. Contoh, jika Anda mengambil Kursus Bahasa Inggris Umum di Cape Town dengan jangka waktu 2 minggu, harganya mulai dari USD 910 atau Kursus Bahasa Inggris Intensif dengan jangka waktu belajar yang sama mulai dari harga USD 1030 dan termasuk materi belajar ekstra setelah Anda menyelesaikan kursus Anda. Kursus Umum sudah termasuk 3 bulan akses online bimbingan belajar bahasa Inggris setelah selesai kursus dan kursus Intensif termasuk 6 bulan akses online! Semua kursus Inggris EF termasuk akomodasi di keluarga angkat, makan, kursus dan buku pelajaran.



http://www.ef.co.id/master/ils/destinations/south-africa/

Australia Tawarkan Program Beasiswa S2 dan S3




Sydney, (tvOne)

Australia melalui "Australian Development Scholarships 2010" menawarkan program beasiswa senilai 40 juta dolar Australia atau setara Rp300 miliar kepada warga Indonesia.

Program itu untuk meraih gelar master atau doktor di universitas Australia. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, dalam siaran persnya seperti dilansir Antara mengatakan, warga Indonesia yang ingin membentuk masa depan negara diundang untuk mengikuti pendaftaran

Program beasiswa tersebut ditawarkan kepada warga Indonesia untuk meraih gelar master atau doktor dalam bidang pembangunan ekonomi, sosial dan masyarakat di Indonesia.

"Beasiswa ini bertujuan untuk memperkuat sumberdaya manusia dan pertumbuhan di Indonesia dan merupakan salah satu contoh kerjasama kedua negara dalam membangun hubungan antarmanusia," katanya.

Dia juga berharap pengalaman akademis yang didapat melalui program beasiswa ini memberikan ketrampilan dan pengetahuan untuk mendorong perubahan dan mempengaruhi hasil pembangunan Indonesia setelah menyelesaikan studinya.

Beasiswa tersebut ditujukan untuk mereka yang mempelajari bidang manajemen ekonomi, tata kelola perusahaan, pendidikan, demokrasi, keadilan, keselamatan dan perdamaian.

Bidang-bidang studi dalam program beasiswa tersebut akan ditinjau tiap tahun berdasarkan kebutuhan pembangunan Indonesia.

Australia menyediakan 300 beasiswa pasca sarjana per tahun bagi warga Indonesia dan 50 persennya diperuntukkan untuk siswa wanita.

Program beasiswa dari Australia ini juga memberikan sebesar 30 persen untuk pelamar dari provinsi yang menjadi target, yakni Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Barat dan Aceh. Pendaftaran beasiswa 2010 ini ditutup 4 September 2009.

http://www.tvone.co.id

Zivanna Letisha Siregar Miss Universe 'Idol' 2009



INILAH.COM, Bahama - Dukungan masyarakat Indonesia pada Zivanna Letisha Siregar sungguh luar biasa. Meski tersisih di babak pertama, namun Puteri Indonesia yang akrab disapa Zizi ini menjadi Miss Universe 'Idol' 2009.

Gadis berusia 20 tahun itu sempat tampil memukau dengan bikini two pieces-nya. Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan tahun 2007 ini terlihat sangat nyaman berbikini ria.

Dia berlenggak-lenggok di atas catwalk, Grand Bahama, dengan bikini yang menjadi kontroversi abadi di Indonesia. Karena bikini pula Zizi masuk dalam 3 besar di kontestan Miss Universe 2009. Posisinya diapit Miss Brasil Larissa Costa dan Miss Vietnam Hoang Yen Yo.

Di Indonesia, lagi-lagi masalah bikini menjadi pro kontra, meski tidak sampai didemo FPI seperti yang dialami Artika Sari Devi. Kalangan selebritis Indonesia mendukung habis penampilan Zizi di Miss Universe. Namun kalangan agamis menuding bikini Puteri Indonesia itu memprihatinkan, sebab tidak mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

"Itu akan jauh lebih terhormat ketimbang ikut budaya dan nilai budaya luar," kata Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara, Anang Anas Azhar.

Menurut dia, masyarakat Internasional cukup memahami jika Zizi tidak mengenakan bikini. Bahkan bisa jadi Puteri Indonesia bisa lebih mencuri perhatian karena mampu menunjukkan identitas dan kepribadian bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

Sementara menurut pendukung Zizi, bikini adalah hal lumrah dalam kontes Miss Universe, sebab bikini hanya bagian dari kriteria penilaian di kontes dunia tersebut. "Kalau memang Zizi masih berada di peringkat 3 besar saya senang banget. Biar kabarnya berada di posisi itu karena penampilannya dengan bikini, kenapa nggak? Itu kan memang bagian dari kriteria penilaian. Jujur saya mendukung kok," kata Puteri Indonesia 2006 Agni Pratistha Arkadewi Kuswardono.

Menurutnya, apa yang ditentang orang terkait bikini Puteri Indonesia di ajang Miss Universe diambil saja hikmahnya. Sebab yang lebih utama adalah harapan untuk menang tidak pernah pupus untuk para Puteri Indonesia yang jarang masuk 15 besar.

Terlepas dari pro kontra tersebut, Zizi di Kepulauan Bahama terus tampil memesona. Zizi kembali memukau dengan penyelenggara kontes Miss Universe dengan busana nasional Srikandi. Pakaian tradisional Indonesia ini makin menjadikan Zizi sebagai idola di ajang kontes kecantikan tersebut. Pakaian Srikandi lengkap dengan atribut di kepala dan busur serta anak panahnya membuat Zizi berada di posisi 2 dari 3 besar Miss Universe 2009.

Namun ternyata, bukan hanya Zizi yang tampil memesona. Kepulauan Bahamas yang menjadi tempat penyelenggaraan Miss Universe juga memesona gadis yang lama tinggal di Australia tersebut. Sampai-sampai ketika ditanya apa yang membuat dia takut, dia menjawab takut pulang ke Indonesia.

"Aku tidak ingin pulang. Itu yang sangat kutakuti. Di sini sungguh menyenangkan," ujarnya dalam rekaman video wawancara di website resmi Miss Universe. Dia juga tampaknya kurang mengenal Indonesia dengan baik. Ketika ditanya hal yang tidak ketahui orang tentang Indonesia, dia menjawab Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi samudera. Padahal, jelas ini pengetahuan geografis mendasar tentang Indonesia.

Namun di luar minimnya pengetahuan tentang Indonesia, sehari menjelang malam final Miss Universe 2009, Zizi berada di peringkat pertama kontestan. Dia menggeser Miss Brasil Larissa Costa dari posisi puncak. Perolehan nilai 2,78 Zizi menggeser Larissa Costa dengan perolehan nilai terpaut 0,02 atau 2,76. Posisi ini sempat memberi harapan Zizi bisa menjadi Miss Universe dari Indonesia untuk pertamakalinya.

Namun itu semua cuma mimpi. Penampilan Zizi belum mampu mengalahkan rekor Miss Universe yang belum terpecahkan. Zizi ternyata tidak lolos 15 besar Miss Universe 2009. Dalam ajang yang sama tahun 2005, Artika masuk dalam 15 besar.

Pada babak pertama, yakni 15 besar Miss Universe, tak ada nama Zizi. Bahkan Miss Brasil yang sempat diunggulkan pun tidak masuk. Mereka harus mengaku kelebihan Miss USA, Puerto Rico, Iceland, Albania, Republik Ceko, Belgia, Republik Dominika, Swedia, Kosovo, Australia, Prancis, Swis, Afrika Selatan, Kroasia, dan Venezuela.

Kecantikan eksotik perempuan Amerika Latin sekali lagi masih memukau dunia ketimbang wajah wanita Asia nan eksotis. Mahkota Miss Universe 2009 kembali jatuh ke tangan Venezuela, yang diwakili gadis cantik berusia 18 tahun, Stefania Fernandez. Sebelumnya, Miss Universe 2008 Dayana Mendoza, yang juga asal Venezuela, menyematkan tiara bertabur berlian di kepalanya. Terhitung yang keenam kalinya Venezuela menyabet gelar Miss Universe.

Stefania Fernandez dalam peratingan di situs resmi Miss Universe 2009 hanya menempati urutan ke-9, namun juara Miss Venezuela 2008 ini sukses menjadi jawara Miss Universe 2009. Sementara dalam peratingan yang sama, Zizi dari Indonesialah yang menjadi sang Miss Universe idola. [sss]

Akhirnya Malaysia Minta Maaf Soal Pendet


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan maaf dari Menteri Pelancongan Malaysia soal tari pendet.

"Menteri Pelancongan Malaysia menelepon saya untuk minta maaf soal tari pendet," kata Jero Wacik di Jakarta, Kamis (27/8).

Ia mengatakan, permintaan maaf terkait penggunaan Tari Pendet dalam iklan promo pariwisata di televisi pada program Discovery Channel berjudul Enigmatic Malaysia tanpa seizin resmi Pemerintah Indonesia memang baru disampaikan secara lisan.

Namun, Jero menegaskan, pihaknya masih menunggu jawaban resmi dari Pemerintah Malaysia atas surat nota protes yang disampaikan kemarin. "Kami masih tetap menanti jawaban resmi dari pemerintah Malaysia," katanya.

Menteri memperkirakan surat nota protes soal Pendet sudah diterima Pemerintah Malaysia per hari ini sehingga diharapkan pekan depan sudah ada jawaban resmi.

Dalam pembicaraan lisan melalui sambungan telepon internasional, Jero menjelaskan, Pemerintah Malaysia mengatakan, iklan wisata bermuatan tari pendet bukan dibuat oleh Pemerintah Malaysia, melainkan pihak swasta, sebuah rumah produksi.

"Rumah produksi yang membuat iklan itu juga sudah mengirimkan e-mail untuk meminta maaf kepada Pemerintah Indonesia melalui saya," katanya.

Namun, Jero menegaskan permintaan maaf hendaknya disampaikan secara resmi dan bukan melalui e-mail. "Saya tetap masih menunggu jawaban resmi nota protes yang saya kirim," katanya.

Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada pers yang telah menaruh perhatian besar soal produk budaya Indonesia, khususnya tari pendet. Menurut dia, maraknya media memublikasikan isu klaim tari pendet oleh Malaysia menunjukkan kecintaan pers terhadap pariwisata dan budaya Indonesia. "Terima kasih rekan wartawan, dua pekan ini saya juga jadi beken," kata Jero Wacik.

http://internasional.kompas.com

Sabtu, 25 Juli 2009

Perubahan Format KKN



DEWASA ini, pro-kontra seputar efektivitas penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan berbagai perguruan tinggi menjadi topik yang marak diperbincangkan. Wacana tersebut mengemuka seiring dengan banyaknya kritikan berbagai pihak tentang pelaksanaan KKN yang hasilnya jauh dari harapan dan disinyalir banyak ditemukan kecurangan.

Indikasinya antara lain, tidak sedikit mahasiswa yang menjadikan kegiatan KKN hanya sekadar liburan, pindah tidur dan makan, atau bahkan dijadikan sebagai ajang mencari jodoh. Parahnya, kalau sampai kegiatan KKN-nya malah dikesampingkan. Jika mahasiswa sampai bersikap demikian, tentu programnya tidak akan tuntas. Tidak jarang mahasiswa melakukan praktik manipulasi laporan KKN, ketika programnya belum selesai. Jika manipulasi laporannya ’’sempurna’’ tentu nilainya juga bagus. Hal itu sudah menjadi rahasia umum.

Dampaknya, tak sedikit perangkat desa yang terang-terangan menolak pelaksanaan KKN di desanya. Banyak faktor penyebabnya. Pertama, karena sikap mahasiswa yang cenderung tidak serius dan asal-asalan saat melaksanakan kegiatan KKN. Kedua, mungkin ’’gengsi’’ beberapa aparat jika desanya digunakan sebagai tempat KKN, karena ada anggapan desa lokasi KKN identik dengan desa tertinggal. Meski pelaksanaan KKN dirasa masih banyak kekurangan (bahkan sebagian perguruan tinggi sudah meniadakan KKN), sebaiknya program tersebut jangan ditiadakan. Banyaknya pelanggaran dikarenakan format pelaksanaannya belum tegas dan tidak mengikat. Untuk mengatasi hal itu, format KKN perlu diubah menjadi lebih mengikat seperti sistem kontrak.

Selain itu, sebelum melaksanakan KKN, mahasiswa diwajibkan melakukan observasi ke lapangan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan masyarakat. Setelah itu, menawaran solusi masalah yang ditulis dalam proposal, disertai kesepakatan hitam di atas putih oleh pihak-pihak yang terkait, semisal kepala desa, instansi penyelenggara KKN, dan para mahasiswa. Dengan menerapkan sistem observasi awal dan format mengikat seperti ini, diharapkan mahasiswa lebih serius dalam melaksanakan program KKN.



(Tulisan di atas pernah dimuat di koran Suara Merdeka, rubrik debat Kampus, Sabtu, 25 Juli 2009)

Muhammad Noor Ahsin
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang.

Selasa, 21 Juli 2009

Resepsi Nikah dan Silaturakhim Santri Ponpes Durrotu Aswaja


Pagi itu, sang mentari sudah mulai bangun dari peraduannya. Pantulan cahayanya yang masih lembut, perlahan mulai menyinari halaman parkir Pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah (ASWAJA), Banaran, Sekaran, Gunungpati Semarang.

Suasananya pagi itu, Sabtu, (18/7/2009) boleh dikatakan sangatlah cerah. Pada kesempatan itu adalah hari yang sangat spesial. Hal itu karena, Salah satu santri alumni Aswaja yang bernama Yeni Richa Rahmawati, S.Pd. (Alumni Jurusan Bahasa Inggris Unnes) putri Bapak Maskan, S.Ag. akan bersanding di pelaminan dengan lelaki pujaan hatinya, M. Wahidin, S.Pd.I, M.Pd. putra dari bapak Subari (Batang). Pada momen berbahagia itu, Abah kyai Masrokhan (Pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja) dan semua santri diberi kehormatan untuk menghadiri prosesi akan nikah dan resepsi kedua mempelai yang jadwalnya akan dilaksananakan pada pukul 13.00 WIB, di kediaman pengantin putri, bertempat di Desa Gading, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang.

Untuk menghadiri undangan tersebut, Pengurus Aswaja dan santri Zerofour sebelumnya sudah mempersiapkan agenda pemberangkatan dari Semarang ke Rembang dengan cukup baik. Kini tibalah, saatnya mulai melaksanakan agenda tersebut pada Hari H-nya.

Sebelum berangkat, Kala itu, setelah mengikuti jama’ah sholat subuh di Aula Pondok, kebanyakan santri baik putra dan putri langsung mandi dan berdandan rapi. Baik di pondok putra ataupun putri, Suasana keriuhan dan keramaian menjelang pemberangkatan sangat terasa sekali gaungnya. Khusus untuk pondok putri, suasana keriuhan itu sedikit terdengar oleh santri-santri putra aswaja dari balik dinding pembatas pondok. Hal itu mungkin dikarenakan persiapan mereka meliputi seperti mandi, dandan, dan berhias yang cukup lama.

Maklum saja, santri putri itu beda banget dengan santri putra. Kalau santri putra paling-paling kalau dandan waktunya sekitar 5 menit, mungkin malah kurang dari itu, alias sangat singkat. Tapi, kalau santri putri, tidak bisa dikatakan sebentar, alias sangat lama. Bisa, 5, 10, 15 atau ada yang sampai 30 menit. Hal itu sih lumrah, mengingat seorang perempuan itu identik dengan keindahan. Jadi ketika mereka menghias diri untuk mempercantik diri dengan waktu yang lama itu merupakan suatu hal yang memang seharusnya dilakukan. Tapi ingat mbak, niat berhias itu harus diniati ibadah. Jangan dilandasi agar dipuji dan di elem kange ya. He 333x.

Tepat pukul 06.00 WIB dua mobil warna putih dan biru sudah menunggu di depan warung kita. Setelah selesai berdandan semua santri putra-putri dan abah Kyai Masrokhan menuju mobil. Kurang lebih sekita 30 orang berangkat dengan dua mobil. Di samping itu juga ada sebagian santri yang menggunakan sepeda motor. Kurang lebih jika di total ada 50-an orang yang akan berangkat ke sana.

Yang berangkat dengan mobil, semua santri langsung masuk ke mobil. Setelah semuanya masuk, dan sudah siap, abah Kyai masrokhan meminta salah seorang santri untuk Adzan agar selamat, yang ditunjukk adzan kala itu adalah Gus Ipul (Syaiful Anwar). Setelah selesai adzan dilanjutkan dengan do’a yang dipimpin Abah kyai. Hal itu bertujuan supaya perjalanan kesana nanti selalu dirahmati Allah dan dihindarkan dari marabahaya agar semua santri selamat sampai tujuan.

Iringan Sholawat Dalam Mobil

Setelah selesai berdo’a mobil langsung berangkat. Kebetulan, pada saat itu aku satu mobil dengan abah kyai Masrokhan. Abah duduk di depan dengan kang Arif Syaifurrahman (Lurah Pondok pesantren durrotu Aswaja) bersama Pak sopir. Kemudian di Shof mobil nomor dua, dari pojok kanan ada kang Abdullah Said, terus aku (M. Noor Ahsin), kang Ahmad Syaifuddin, dan kang Arif Mahmudi (Ardi).

Di shof mobil nomor 3 ada, mbak Ana Ifadah, mbak Mabul (mantan bu lurah) mbak Musta’anah, mbak Maghfiroh (vivi), dan Bu lurah putri ponpes durotu Aswaja yang baru, siapa kalau bukan mbak Nur Laela dari Jepara (panggilan Akrabnya Mbak Ela). Kemudian di shof mobil paling belakang ada mbak Fani, mbak Luluk Matofani, dan mbak kholipuk.

Seperti biasa, ketika bepergian dengan Abah, pada awal perjalanan selalu diiringan dengan bacaan Sholawat nabi. Pagi itu pun demikian. Sekitas 15 menit, Sepanjang perjalanan dari sekaran sampai di Jalan tol Jatingaleh, rombongan kami tak henti-hentinya membaca sholawat nabi. Terlihat sangat khusuk sekali santri2 mengalunkan syair tersebut. “Sholatullah salamullah Ala thoha rosulillah, sholatullah salamullah ala yasiiin khabibillah………dst.” Demikianlah kira-kira bunyi syair sholawat tersebut.

Setelah selesai membaca sholawat nabi, kemudian dilanjutkan dengan obrolan ringan dalam mobil. Abah tak henti-hentinya menularkan ilmu dan pengalaman dengan nuansa ringan dan canda tawa yang segar. Kami pun sesekali mendengarkan dengan seksama, ketika ada yang lucu kami pun sering tertawa lepas bersama-sama. Pokoknya enak banget dech kalau kita berangkat bepergian satu mobil dengan abah. Rasa aman, adem ayem pun terasa. Di samping itu, kalau bersama abah, secara sadar atau tak sadar kami pun di beri suguhan mauidhoh dengan untaian kata mutiara beliau yang dikemas dengan bahasa yang santai, enak , humor, penuh tawa, tapi tetap bermutu.

Selain itu, juga kebetulan kami satu mobil dengan mbak magfiroh (Vivi) dari pekalongan dan mbak Musta’anah dari Kudus. Perlu diketahui, dua orang ini sangat hobi dengan yang namanya ngobrol, bercanda dan sebagainya. Boleh dibilang seperti tumbu oleh tutup, kalau sudah ketemu bercandanya sepertinya gak ada titik komanya. Ngomong terus sampai kemana-mana. Kalau saya menilai, bepergian dengan dua orang ini boleh dikata bisa senang dan juga bisa susah.

Senangnya karena semua rombongan bisa terhibur dan tidak ngantuk ketika mendengar celotehnya mereka yang super kocak tapi kadang terasa wagu. Susahnya, ketika semua sudah capek dan mereka masih ngomong terus, secara otomatis kadang merasa jenuh juga dengan canda tawa mereka. Jadi dianjurkan, porsi bercandanya dosisnya harus pas sesuai anjuran dokter, dan jangan berlebih. Biar santri kalau mendengar celoteh dan bercandanya njenengan tidak over dosis. (Sory ya mbak vivi an mbak mustaanah, aku bercanda kok…just kidding. He 45x).

Prosesi Akad Nikah
Sekitar pukul 11.00 WIB, rombongan sudah sampai di rumahnya mbak Richa di Rembang. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih 4,5 jam. Setelah itu, kami pun langsung menuju Masjid yang berada di belakang rumah mbak Richa untuk sekadar wudhu, istirahat, cuci muka, dan sebagainya. Setelah cukup istirahatnya, kemudian sesi prosesi akad nikah pun akan segera dimulai. Prosesi akan nikah dilaksanakan di Masjid tersebut, Mas wahidin dan mbak Richa pun didandani dengan pakaian yang sanga bagus dan indah. Keduanya sungguh sangat tampan dan cantik, seperti kaya raja dan permaisuri saja pikirku. Pada prosesi akad nikah tersebut Abah Masyrokhan pun diminta memimpin jalannya akad nikah. Sebagian hadirin pun menyaksikan prosesi sakral tersebut.

Ijab qobul pun diucapkan dengan lancar, disaksikan oleh para wali masing-masing mempelai dan puluhan para hadirin yang hadir. Setelah dirasa selesai, akad nikah pun ditutup dengan doa. Setelah prosesi sakral tersebut, itu artinya kedua mempelai telah syah menjadi sepasang suami istri. Peribahasa sederhananya, “punyaku adalah punyamu, punyamu juga punyaku.”

Setelah itu, kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Tempatnya berada di depan rumah mbah Richa. Di tempat itu sudah ada mimbar dan dekorasi pernikahan yang dirancang sangat indah dan unik. Pokoknya baguslah. Di mimbar itu telah duduk sepasang mempelai, yaitu mas Wahidin dan Mbak Richa yang dikanan kirinya ada wali nikah yang duduk dipinggir dekorasi pernikahan.

Dua pasang senyum dari kedua mempelai pun tampak mekar tersungging lebar. Para kameramen dan para fotografer yang dipesan pun tak lupa mengabadikan momen berbahagia tersebut. Tidak lupa kang Sutoyo Siswo Miharjo anggota Zerofour yang membawa kamera digital pun turut berdiri di depan mimbar dan terlihat jeprat-jepret mengabadikan moment tersebut.

Di satu sisi, para hadirin pun juga merasa gembira menyaksikan proses acara tersebut. Kang2’e dan mbak2’e yang ikut menyaksikan acara tersebut pun ikut merasa bahagia dan senang. Boleh dikata, pada hari tersebut, kedua mempelai serasa ratu dan raja. Bagi yang sudah pernah menikah tentu saja sudah merasakan bagaimana enaknya menjadi ratu dan raja dalam sehari dalam konteks prosesi pernikahan. Tapi bagi kang2’e dan mbak’e atau mungkin tamu hadirin yang belum nikah tentu merasa penasaran. Sedahsyat apa kira-kira enaknya jika menjadi raja dan puri sehari ya?

Jawabannya jelas, sangat sulit diungkapkan. Pokoknya sangat indah dan romantis. Apalagi kalau sudah tiba saat-saat mendebarkan dan boleh dibilang saat terindah seperti malam pertama (MP), sangatlah tak bisa diungkapkandengan kata-kata. Bisanya diungkapkannya dengan agresifitas dan lengkuhan tenaga yang biasanya ditandai dengan cucuran keringat dan diakhiri dengan kepuasan nikmat bersama. (pembaca yang belum nikah kalau merasa normal pasti kepengen ya..? jangan dibayangkan ya, tapi kalau dah terlanjur, resiko ditanggung sendiri. He..4545x).

Makanya, bagi kang2’e dan mbak2’e yang sudah kebelet pengen merasakan ibadah yang paling nikmat berupa nikah, ayo ndang cepet golek atau menunggu “proposal masuk”. Khususe mbak2’e. biasanya wanita itu lebih dulu cepat menikah daripada lelaki. Kalau lelaki di bawah 30 tahun belum nikah sih wajar, karena mungkin masih pengen kerja mapan dulu. Tapi bagi wanita, kalau di atas 25 tahun belum nikah, nanti malah repot. Bisa di cap perawan tua. Tentunya gak mau kan?

Silaturahmi ke Tuban
Setelah beberapa lama menyaksikan acara tersebut, Abah Kyai pun mengajak untuk Pamitan. Sekitar pukul 14.15 WIB, kami pun langsung pamitan. Sebelum pamit, beberapa santri putra dan putri pun bersalaman kepada kedua mempelai dan sejenak ikut foto bareng sebagai kenang-kenangan. Khusus, untuk santri aswaja angkatan 2004 yang akrab lebih popular di sebut zerofour, memberikan kado spesial berupa piagam Aswaja Award yang diwakili oleh mbak Arik (zumrotul Arifah). Cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) antara santri aswaja putrid dengan mempelai putrid pun menjadi tontonan dan pemandangan yang sudah tidak asing.

Kemudian, setelah semua pamitan, kami semua langsung pulang. Tetapi sebelum pulang ada agenda lagi yang biasanya tidak terlewatkan, yaitu mampir-mampir ke beberapa santri lain yang dekat. Pada kesempatan itu, ada tiga rumah santri Aswaja yang akan dikunjungi, Pertama ke rumah mbak Arik (zumrotul Arifah) dan kang Ahmad Syaifuddin, Keduanya santri Tuban Jawa timur. Lalu yang ketiga akan berkunjung ke rumah mbak A’yunil Hisbiyah di Rembang.

Setelah mampir ketiga rumah santri tersebut, rombongan pun pulang menuju Semarang. Rombongan yang mengendarai mobil bertolak dari Rembang pukul 20.30 WIB lalu sampai di Semarang Pukul 00.00 WIB dengan keadaan selamat. Alhamdulilah………….


Muhammad Noor Ahsin
Reporter Tabloid Nuansa Unnes
Santri Ponpes Durrotu Aswaja Semarang.

Rabu, 24 Juni 2009

Indonesia Berharap Pulau Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia


Setelah Candi borobudur tidak masuk dalam kategori Tujuh Keajaiban Dunia, kini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI berjuang keras agar Taman Nasional Pulau Komodo bisa masuk dalam Tujuh Keajaiban Dunia kategori taman nasional. Jika target ini tercapai, akan berdampak besar terhadap industri pariwisata, karena wisatawan mancanegara diyakini akan banyak berkunjung ke Indonesia.

Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Sapta Nirwandar mengatakan, Candi Borobudur ternyata kalah populer secara internasional, sehingga melalui suatu voting melalui internet yang diadakan New7wonder Foundation, Candi Borobudur tak masuk dalam kategori Tujuh Keajaiban Dunia. "Sekarang ada voting lagi, dan Indonesia menjagokan Taman Nasional Pulau Komodo," ujarnya, Sabtu (21/2) di Jakarta.

Data yang dihimpundari situs www.new7wonder.com menyebutkan, sebanyak 222 negara mendominasikan 261 daerah-daerah tujuan wisata, untuk memperebutkan tujuh kategori keajaiban dunia. Hingga 7 Juli 2009, voting untuk menetapkan 77 unggulan, peringkat 1-11 untuk tujuh kategori. Dari 77 diperas lagi menjadi 21 kandidat atau tiga kandidat masing-masing kategori. Setelah itu, bulan September 2009 pihak New7wonder Foundation baru ditetapkan Tujuh Keajaiban Dunia.

Hasil voting sampai tanggal 16 Februari 2009 pukul 09.37 yang dipantau di situs new7wonder.com, hari Minggu (22/2), Taman Nasional Pulau Komodo berada sementara di peringkat 13 di kategori kelompok E (forest/national park/nature reserves). Peringkat 1-12 sementara kategori ini adalah berturut-turut Puerto Princesa, Amazon, Sundarbans Forest, Tree of Life, Bialowieza Forest, Balck Forest, Retezat National Park, Dinosaur Park, Christmas Island, Eua National Park, Okawango Delta, dan El Kala National Park.

Sapta Nirwandar menjelaskan, kesadaran masyarakat dunia untuk menjadikan obyek wisata alam unggulannya terpilih sebagai Tujuh Keajaiban Dunia sudah tinggi. Di Italia, misalnya, restoran dan tempat wisata menyediakan internet gratis agar bisa mengakses situs yayasan itu untuk ikut memilih langsung.

Sedangkan di Indonesia, pihaknya akan menyosialisasi kegiatan ini melalui kegiatan musik yang akan dilakukan oleh Dwiki Dharmawan dengan orkestranya pada Mei 2009. Masyarakat yang sudah melek internet diharapkan mau berpartisipasi dan mendukung Taman Nasional Komodo masuk objek kategori Tujuh Keajaiban Dunia.

"Kalau mulai sekarang masyarakat Indonesia serentak mendukung maka Insya Allah pada Juli 2009, Komodo bisa masuk ranking 11 dunia dan September baru ditetapkan pemenangnya," jelas Sapta.

Pengamat pariwisata Ridwan Tulus yang dimintai tanggapannya, Minggu (22/2) mengatakan, pengguna internet sedikitnya ada 13 juta orang. Jika jumlah yang besar ini bisa berpartisipasi mengisi form voting, maka Taman Nasional Pulau Komodo dipastikan bisa masuk Tujuh Keajaiban Dunia kategori taman nasional.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata harus gencar mempromosikan dan menyosialisasikan tentang voting ini. Jika gagal masuk Tujuh Keajaiban Dunia, berarti Depbudpar gagal. Sosialisasi bisa melalui BUMN, komunitas, lembaga pendidikan, dan banyak cara lainnya, kata Ridwan Tulus, yang juga Presiden Asosiasi Wisata Jalan Kaki Asia-Pasifik.



Laporan wartawan Yurnaldi

Sumber (http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/02/22)

Minggu, 14 Juni 2009

Barcelona

Barcelona (Catalan: [bəɾsəˈlonə], Spanish: [baɾθeˈlona]) is the capital and most populous city of the Autonomous Community of Catalonia and the second largest city in Spain, with a population of 1,615,908 in 2008. It is the eleventh-most populous municipality in the European Union and sixth-most populous urban area in the European Union after Paris, London, Ruhr Area, Madrid and Milan with the population 4,185,000.[1] 4,9 million[2][3][4] people live in Barcelona metropolitan area. The main part of a union of adjacent cities and municipalities named Área Metropolitana de Barcelona (AMB) with a population of 3,186,461 in area of 636 km² (density 5.010 hab/km²).

It is located on the Mediterranean coast ( [show location on an interactive map] 41°23′N 2°11′E / 41.383°N 2.183°E / 41.383; 2.183) between the mouths of the rivers Llobregat and Besòs and is bounded to the west by the Serra de Collserola ridge (512 m/1,680 ft).

Barcelona is recognised as a global city because of its importance in finance, commerce, media, entertainment, arts and international trade.[5][6] Barcelona is a major economic centre with one of Europe's principal Mediterranean ports, and Barcelona International Airport is the second largest in Spain after the Madrid-Barajas Airport (handles about 30 million passengers per year). Founded as a Roman city, Barcelona became the capital of the Counts of Barcelona. After merging with the Kingdom of Aragon, it became one of the most important cities of the Crown of Aragon. Besieged several times during its history, Barcelona is today an important cultural centre and a major tourist destination and has a rich cultural heritage. Particularly renowned are architectural works of Antoni Gaudí and Lluís Domènech i Montaner that have been designated UNESCO World Heritage Sites. The city is well known in recent times for the 1992 Summer Olympics. The headquarters of the Union for the Mediterranean are located in Barcelona.

As the capital of Catalonia, Barcelona houses the seat of the Catalan government, known as the Generalitat de Catalunya; of particular note are the executive branch, the parliament, and the Supreme Court of Catalonia. The city is also the capital of the Barcelonès comarca (shire).

http://en.wikipedia.org/wiki/Barcelona

Lionel Messi Biographi



Lionel Messi (born 24 June 1987 in Rosario) is an exciting Argentine soccer player, who currently plays as a second striker for FC Barcelona. He has shown remarkable ability for a player so young, and is often touted in the media as "the new Diego Maradona".

On December of that year, the Italian newspaper Tuttosport awarded him the Golden Boy 2005 title for the best under-21 player in Europe, ahead of Wayne Rooney and Lukas Podolski.

Lionel Messi professional career
Lionel Messi and Argentina
Lionel Messi and FC Barcelona


http://www.lionel-messi.eu/biography.htm

PREMIER LEAGUE


The Barclays Asia Trophy 2009
Hull City, West Ham United, Tottenham Hotspur and Beijing Guoan will compete for this year's Barclays Asia Trophy.




The Premier League, the Beijing Football Association (BFA) and Barclays have announced the line-up for the tournament which will be held in Beijing this July. The Barclays Asia Trophy is one of the headline events at the inaugural 2009 Beijing Football International Festival.

Now an established part of the Premier League's fixture calendar, the Barclay's Asia Trophy has been hosted in some of Asia's major cities - Kuala Lumpur, Bangkok and Hong Kong. Barclays is the title sponsor of the Asia Trophy for the second time. Commercial partners for the Barclays Asia Trophy are Nike, Budweiser and EA Sport. Beijing Television will be the host broadcaster.

The four team knock-out tournament will take place over two match days on 29th and 31st July with a final to determine the winner and a play-off to decide third place. All matches will take place in the Workers Stadium and 49,000 tickets will be on sale for each match day.

The tournament will be officiated by Barclays Premier League Match Officials and BFA Match Officials, and will also be staged in accordance with Barclays Premier League Rules. Additionally, all matches will be broadcast locally in China, in the UK by Sky Sports and around the world. Pricing and advice on purchasing tickets will be announced shortly.

The schedule for the tournament (with final kick-off times TBC) is:

Wednesday 29th July

West Ham United v Tottenham Hotspur

Kick-off 6pm (11am BST)

Hull City v Beijing Guoan

Kick-off 8.30pm (1.30pm BST)

Friday 31st July

3rd and 4th play-off

Kick-off 6pm (11am BST)

Final

Kick-off 8.30pm (1.30pm BST)

The Premier League has also committed to a full programme of 'Creating Chances' activities, including coaching initiatives, refereeing schemes and community schemes to run alongside the Barclays Asia Trophy 2009. The Premier League will run one of its innovative Premier Skills coaching courses as well as a Barclays Asia Trophy Creating Chances Community Programme for 10-13 year-old children. The Premier League is working in close partnership with the BFA on both initiatives.

healthy lifestyles

Premier Skills is an international coaching development project run by the Premier League and the British Council. Designed to leave lasting legacy, it provides week-long courses to coach the coaches at grassroots level in the morning and afternoon workshops on coaching best practice and community sport development. At the end of the course the coaches return to use their new skills in their local communities. Two coaches from each of the three participating Premier League Clubs will help run the course in Beijing from Friday 24th to Thursday 30th July. Former Premier League player Warren Barton will run Premier Skills in Beijing.

Barclays Asia Trophy Creating Chances Community Programme will run from Saturday 25th to Wednesday 29th July. A group of 96 local children - a mix of boys, girls and those from disabled groups - will receive three hours of coaching each day. Using the Creating Chances model that the Premier League run in England, the children will not only be taught football skills but will also learn about healthy lifestyles and personal development.

The two courses will culminate on the Thursday when there will be a Barclays Asia Trophy Creating Chances Community Festival. The Premier Skills coaches will host a special skills session with the children from the Community Programme. Joining them will be players and coaching staff from the participating Premier League Clubs. This event will be open to the media.

Premier League Chief Executive, Richard Scudamore, said: "All of us involved in the Barclays Asia Trophy are looking forward immensely to playing a successful part in the 2009 Beijing Football International Festival. We know that there is a great appreciation for Barclays Premier League football in China and we are anticipating passionate home support in the Workers Stadium.

"We also hope that our on and off-field knowledge will aid China's continued progress as a football nation. The development of the game in China is critical to football's future as the world's sport of choice.

"We have three fantastic clubs in Hull City, West Ham United and Tottenham Hotspur - each of them says something about what makes the Barclays Premier League so compelling. I am sure our Clubs will take as much from the experience as Beijing Guoan and the BFA."

Olympic team

Chris Hui, Barclays Capital Head of Investment Banking China/Hong Kong, added: "As title sponsors of this tournament we are delighted at the prospect of three clubs from the top flight of English football going head to head against one of the biggest teams in China. Most people agree that the Barclays Premier League is the most exciting football league in the world and, we hope this tournament gives people in Beijing the chance to taste what a Barclays Premier League encounter is really like."

One man with experience of the Workers Stadium is West Ham United manager Gianfranco Zola, who was a coach of the Italian national team at the Beijing 2008 Olympic Games. Working with Pierluigi Casiraghi, Zola's team played in the Stadium in front of more than 50,000 at the quarter-final stage, only to be defeated 3-2 by Belgium. Zola is thrilled to be heading back to Beijing.

"The Chinese people love football. I went there with the Italian Olympic team last year and it was clear they have a passion for the game," he said. "I was recognised by a lot of people and you could see that the Barclays Premier League is very popular over there. It is going to be an exciting experience for everyone and we are looking forward to going to Beijing.

"This pre-season, and the matches we will play in China, are going to be very important for us because it will allow us to prepare for the new season in the right way. The young players will gain more experience and it is going to help us to be stronger and improve on what we have achieved so far."

great opportunity

Tottenham Hotspur manager Harry Redknapp has experience of the Barclays Asia Trophy, winning it in 2007 with his previous club Portsmouth. He said: "All of us at Tottenham are looking forward to competing in this season's Barclays Asia Trophy. It is a great opportunity for fans from China to get to come and watch their favourite players in action.

"I really enjoyed the last time I was involved in the competition with Portsmouth two years ago in Hong Kong. It was a great few days in terms of preparation for the new Barclays Premier League season and I was really impressed with everything - it is a terrific competition and well organised. Everything was first class."

Hull City manager Phil Brown, who has recently returned from an end-of-season trip to Singapore and was hugely encouraged by the widespread support and knowledge of the Barclays Premier League, claimed that all the players and staff at Hull City are very much looking forward to coming to the capital of the People's Republic of China.

He said: "For Hull City to be a part of the Beijing Football International Festival after our domestic success this year is fantastic. I just want the players to go out there and express themselves. We're challenging for a trophy in a different country and that is testimony to how diverse the last two or three years have been for Hull City.

"The fact that there are two teams out there who can boast a higher Barclays Premier League finish than us will be a test, as I'm sure will also be provided by Beijing Guoan, who are having an excellent season in the Chinese Super League. The climate and change of culture will be a challenge, but that's an exciting test that we will embrace."


Please note: Fixtures are subject to change. Reproduced under licence from Football DataCo Limited. All rights reserved. Licence no. NEWMEDIA/PREMLGEGE/167142a. Copyright © and Database Right The FA Premier League/The Scottish Premier League/The Football League/The Scottish Football League Limited 2008. All rights reserved. No part of the Fixtures Lists may be reproduced stored or transmitted in any form without the prior written permission of Football DataCo Limited.


http://www.premierleague.com/page/Headlines/0,,12306~1689798,00.html

King Abdullah University Scholarship

[Arab Saudi]

The KAUST Discovery Scholarship is the general scholarship program of King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).
The scholarship is designed to attract highly talented students from Saudi Arabia and around the world who are qualified and eligible to enroll in KAUST. The University will offer a pre-enrollment version of this general scholarship program to students with one to three years remaining until completion of their first university (bachelors) degree. Upon graduation, these students will enter KAUST as master's degree students and complete their graduate studies on a fully funded scholarship.

Host Institution(s): King Abdullah University of Science and Technology

Academic Level: * Bachelors * Masters

Field(s) of Study:

* Biochemistry
* Bioengineering
* Biotechnology
* Engineering
* Engineering (Chemical)

* Engineering (Civil)
* Engineering (Computer)
* Engineering (Electrical)
* Engineering (Mechanical)
* Mathematics

* Science
* Technology

Amount: For the remainder of your first university or bachelor's degree program of study, you will receive: Admission into a master's degree program upon meeting the program's admission requirements at the KAUST campus in Saudi Arabia.

Number of Scholarship Recipients: Varies

Criteria: To apply for the KAUST Discovery Scholarship, you must met the following eligibility requirements:

* Be currently enrolled in a bachelor's/first university degree program in a KAUST-relevant field of study
* Current field of study must be in a KAUST-relevant area, such as Engineering, Mathematics, or the Physical, Chemical and Biological Sciences
* Minimum cumulative GPA of 3.3 on a 4.0 scale or equivalent in other international grading systems
* Ability to enroll at KAUST in 2009, 2010, or 2011
* Must submit a minimum TOEFL score of 79 on the IBT (Internet Based Test) or 6.0 on the IELTS (International English Language Testing System) upon award offer. A TOEFL or IELTS score is not required if the applicant is a native speaker of English or attended a university in the United States, Canada, United Kingdom, Ireland, Australia or New Zealand
* Official bachelor's university transcript (must be in English to be accepted). A scan of the official transcript must be uploaded into the online application form and a hard copy, in a university sealed envelope, must be mailed to:

Institute of International Education
Attn: KAUST Transcripts
1800 West Loop South, Suite 250
Houston, Texas 77027
* Demonstrate academic and research interest and/or leadership potential
* Ability to travel outside home country to attend KAUST development activities

Selection Criteria

KAUST has developed a fair, consistent and transparent selection process for the KAUST Discovery Scholarship. Applicants will be evaluated by the following criteria:

* Academic achievement
* First university or bachelor's field of study
* Commitment to KAUST goals
* Statement of Purpose
* Demonstrated leadership abilities
* Involvement in related extracurricular activities
* Commitment to matriculate at KAUST upon graduation
* Interview with KAUST representatives or faculty (for finalists only)

Includes: Students awarded the KAUST Discovery Scholarship will receive the following benefits:
* For the remainder of their first university degree, they will receive:
- Full tuition to complete their first university degree
- A living stipend based on their current city and country of residence
- An allowance to purchase text books
- An allowance to purchase a laptop
- All economy class travel costs associated with their participation in KAUST-sponsored enrichment activities throughout the remainder of their current degree program of study. In particular, travel associated with the following activities:
* Scholarship award ceremony event
* Global workshop at the KAUST campus in Saudi Arabia
* Regional leadership workshop
* Upon the completion of a first university degree program of study, they will receive:
* Admission into a master's degree program at the KAUST campus in Saudi Arabia
* A full scholarship at KAUST, including tuition, housing and travel costs


Further info: www.kaust.edu.sa

Island of Hawai

The Island of Hawaiʻi is built from five separate shield volcanoes that erupted somewhat sequentially, one overlapping the other. These are (from oldest to youngest):

* Kohala (extinct),
* Mauna Kea (dormant),
* Hualālai (dormant),
* Mauna Loa (active, partly within Hawaiʻi Volcanoes National Park), and
* Kīlauea (very active; part of Hawaiʻi Volcanoes National Park).

Interpretation of geological evidence from exposures of old surfaces on the south and west flanks of Mauna Loa led to the proposal that two ancient volcanic shields (named Ninole and Kulani) were all but buried by the younger Mauna Loa.[1] Geologists now consider these "outcrops" to be part of the earlier building of Mauna Loa.
View north from upslope Kohala showing Haleakalā, Maui in the distance

In greatest dimension, the island is 93 miles (150 km) across and has a land area of 4,028.0 square miles (10,432.5 km²),[2] representing 62% of the total land area of the Hawaiian Islands. Measured from its base at the sea floor, to its highest peak, Mauna Kea is the tallest mountain in the world, even taller than Mount Everest, according to the Guinness Book of Records. Traditionally, Hawaiʻi is known as the Big Island because it is the largest of the Hawaiian Islands and also to ease confusion between Hawaiʻi Island and Hawaiʻi State.

Because Mauna Loa and Kīlauea are active volcanoes, the island of Hawaiʻi is still growing. Between January 1983 and September 2002, 543 acres (220 ha) of land were added to the island by lava flows from Kīlauea volcano extending the coastline seaward. Several towns have been destroyed by Kīlauea lava flows in modern times: Kapoho (1960), Kalapana (1990), and Kaimū (1990). A large fresh water pool, in a deep L-shaped crack in the Kalapana area, well known on the Big Island as Queen's Bath, was flowed over by lava in 1987.
Steam plume as Kīlauea red lava enters the ocean at three Waikupanaha and one Ki lava ocean entries. Some surface lava is seen too. The image was taken 04/16/08.

Hawaiʻi is the southernmost island in the Hawaiian archipelago, and contains the southernmost point in the United States, (Ka Lae). The nearest landfall to the south would be in the Line Islands. To the north is the island of Maui, where East Maui Volcano (Haleakalā) is visible across the Alenuihāhā Channel.

18 miles (29 kilometers) off Hawaiʻi Island's southeast coast is the undersea volcano known as Lōʻihi. Lōʻihi is an actively erupting seamount that lies 3,200 feet (975 m) below the surface of the ocean. It is thought that continued volcanic activity from Lōʻihi will cause the volcano to eventually breach sea level and later attach at the surface onto Kīlauea, adding even more land to Hawaiʻi's surface area. This "event" is presently predicted for a date several tens of thousands of years in the future.

Hilina Slump or the Great Crack is an 8-mile (13 km) long, 60 feet (18 m) wide and 60 feet (18 m) deep crack in the island, situated in the district of Kaʻū. The Great Crack is one of many series of cracks and rifts that were formed by eruptions and, in fact, is an extension of the southwest rift zone. Often these rifts are the sites of volcanic eruptions and occasionally a rift can be so deep and so fractured that it can cause a chunk of the island to fall into the ocean.
Black Sand Beach Park

Some believe that the Great Crack is a result of the south flank of the Big Island moving away from the rest of the island. Speculation abounds that some day, perhaps soon, a major chunk of the island will break away and fall into the ocean, resulting in turn in a huge tsunami and earthquake. This actually does happen every ten thousand years or so, so it is not outside the realm of possibility. Others believe the Great Crack is not a fault that will break the island apart, but instead was created (probably thousands of years ago) as a result of the crust moving apart slightly due to magma forcing itself into the rift zones. The Hilina Slump is a 4,760 cubic mile (20,000 kilometre³) chunk of the big island of Hawaii on the south slope of the Kilauea volcano which is breaking away from the island and slipping into the Pacific Ocean at an average rate of 4 inches (100 mm) per year. The slump has the potential of breaking away at a faster pace in the form of an underwater landslide. In Hawaii, landslides of this nature are called debris avalanches. If the entire Hilina Slump did slide into the ocean at once, it could cause an earthquake in excess of a 9 in magnitude and a tsunami 1,000 feet (300 m) tall, threatening the entire Pacific Rim. Furthermore, the walls of the crack have been shown to fit together perfectly, thus proving that the crack was a widening of once joined ground.

One can find trails, rock walls, and archaeological sites from as old as the 12th century around the Great Crack. Much of these finds are on the park side of the fence. About 1,951 acres (7.90 km2) of private land beyond the fence were purchased during the Bill Clinton administration specifically to protect the various artifacts in this area as well as to protect the habitat of the turtles. However, near the end of the crack is an area of land between the fence, the crack and the ocean which is not part of the park land and does have many archaeological artifacts on it.

In 1823 a very fluid flow of lava came out of a 6-mile (10 km) portion of the crack and made its way to the ocean.
Lava enters the Pacific at Hawaii Volcanoes National Park in April of 2005, increasing the size of the island.

On April 2, 1868, an earthquake in this area with a magnitude estimated between 7.25 and 7.75 on the Richter scale rocked the southeast coast of Hawaiʻi. It triggered a landslide on the slopes of Mauna Loa, five miles (8 km) north of Pahala, killing 31 people. A tsunami claimed 46 additional lives. The villages of Punaluʻu, Nīnole, Kawaʻa, Honuʻapo, and Keauhou Landing were severely damaged. According to one account, the tsunami "rolled in over the tops of the coconut trees, probably 60 feet (18 m) high ... inland a distance of a quarter of a mile in some places, taking out to sea when it returned, houses, men, women, and almost everything movable." This was reported in the 1988 edition of Walter C. Dudley's book, "Tsunami!" (ISBN 0-8248-1125-9).

On November 29, 1975, a 37-mile (60 km) wide section of the Hilina Slump plunged 11 feet (3 m) into the ocean, widening the crack by 26 feet (8 m). This movement caused a 7.2 magnitude earthquake and a 48 feet (10 m) high tsunami. Oceanfront properties were washed off their foundations in Punaluʻu. Two deaths were reported at Halapē, and 19 other persons were injured.

The northeast coast of the Big Island has also suffered tsunami damage from earthquakes that triggered waves from Chile and Alaska. Downtown Hilo was severely damaged in 1946 and 1960, with many lives lost. Laupāhoehoe alone lost 16 school children and 5 teachers in the 1946 tsunami.

[edit] Demographics

As of 2000, there were 148,677 people, 52,985 households, and 36,877 families residing in the county. The population density was 14/km² (37/mi²). There were 62,674 housing units at an average density of 6/km² (16/mi²). The racial makeup of the county was 31.55% White, 0.47% African American, 0.45% Kanaka Maoli, 26.70% Asian, 11.25% Pacific Islander, 1.14% from other races, and 28.44% from two or more races. 9.49% of the population were Hispanic or Latino of any race.

There were 52,985 households out of which 32.20% had children under the age of 18 living with them, 50.60% were married couples living together, 13.20% had a woman whose husband did not live with her, and 30.40% were non-families. 23.10% of all households were made up of individuals and 8.00% had someone living alone who was 65 years of age or older. The average household size was 2.75 and the average family size was 3.24.

In the county the population was spread out with 26.10% under the age of 18, 8.20% from 18 to 24, 26.20% from 25 to 44, 26.00% from 45 to 64, and 13.50% who were 65 years of age or older. The median age was 39 years. For every 100 females there were 100 males. For every 100 females age 18 and over, there were 98 males.

[edit] Economy

Sugarcane was the backbone of Hawaiʻi Island's economy for more than a century (see Sugar plantations in Hawaii). In the mid-twentieth century, sugar plantations began to downsize and by 1996, the last sugarcane plantation had closed down.

Today, most of Hawaiʻi Island's economy is based on tourism (see Tourism in Hawaii), centered primarily on the leeward (kona) or western coast of the island in the North Kona and South Kohala districts. However, diversified agriculture is a growing sector of the economy of the island. Macadamia nuts, papaya, flowers, tropical and temperate vegetables, and coffee (kona coffee) are all important crops. In fact, because of Hawaiʻi Island's reputation for growing beautiful orchids, the island has the nickname "The Orchid Isle." Cattle ranching is also important. The Big Island is home to one of the largest cattle ranches in the United States, Parker Ranch, which is situated on 175,000 acres (708 km2) in and around Kamuela. Astronomy is another industry, with numerous telescopes situated on Mauna Kea owing to the excellent clarity of the atmosphere at its summit and the lack of light pollution.

[edit] Tourist information
Red lava

The Big Island is famous for its volcanoes. Kīlauea, the most active, has been erupting almost continuously for more than two decades. At the coast where the lava meets the ocean, one can sometimes see billows of white steam rising from off the shoreline. At night, the lava lights up the steam to give an orange glow. When the molten lava makes contact with the ocean, the sea water turns into steam, and the sudden cooling of the lava causes the newly formed lava rocks to explode and crack into small pieces. The broken up lava is further ground into black sands along the shore by the ocean waves. Black sand beaches are common on the Big Island.

[edit] Places of interest

* Akaka Falls; the second tallest waterfall on the island.
* Amy B. H. Greenwell Ethnobotanical Garden houses many endangered Hawaiian plants.
* East Hawaiʻi Cultural Center
* Hawaiʻi Tropical Botanical Garden
* Hawaiʻi Volcanoes National Park; comprising the active volcanoes Kīlauea and Mauna Loa
* Huliheʻe Palace; a royal palace in Kailua-Kona

Lehua blossoms (ʻōhiʻa lehua), Hawaiʻi

* ʻImiloa Astronomy Center of Hawaiʻi in Hilo
* Ka Lae, the southernmost point in the United States
* Laupahoehoe Train Museum
* Lyman House Memorial Museum in Hilo
* Manuka State Wayside Park
* Mauna Kea Observatory; Mauna Kea Observatories
* Nani Mau Gardens
* Onizuka Space Center; museum dedicated to the memory of Challenger astronaut Ellison Onizuka
* Pacific Tsunami Museum overlooking Hilo Bay
* Pana'ewa Rainforest Zoo in Hilo
* Pua Mau Place Arboretum and Botanical Garden
* Puʻuhonua O Hōnaunau National Historical Park
* Rainbow Falls State Park
* Sadie Seymour Botanical Gardens
* University of Hawaiʻi at Hilo Botanical Gardens
* World Botanical Gardens
* Waipi'o Valley


http://en.wikipedia.org/wiki/Hawaii_(island)

Tokyo Japan

Tokyo is Japan's capital and the country's largest city.

Tokyo is also one of Japan's 47 prefectures, but is called a metropolis (to) rather than a prefecture (ken). The metropolis of Tokyo consists of 23 city wards (ku), 26 cities, 5 towns and 8 villages, including the Izu and Ogasawara Islands, several small Pacific Islands in the south of Japan's main island Honshu.


The 23 city wards (ku) are the center of Tokyo and make up about one third of the metropolis' area, while housing roughly eight of Tokyo's approximately twelve million residents.

Prior to 1868, Tokyo was known as Edo. A small castle town in the 16th century, Edo became Japan's political center in 1603 when Tokugawa Ieyasu established his feudal government there. A few decades later, Edo had grown into one of the world's most populous cities.

With the Meiji Restoration of 1868, the emperor and capital were moved from Kyoto to Edo, which was renamed Tokyo ("Eastern Capital"). Large parts of Tokyo were destroyed in the Great Kanto Earthquake of 1923 and in the air raids of 1945.


http://www.japan-guide.com/e/e2164.html

Prita Menulis di Internet Dipenjara

RS Omni Tak Takut Ada Gerakan Boikot di Facebook


Jakarta - Selain muncul grup Bebaskan Prita, juga muncul gerakan memboikot RS Omni Internasional di Facebook. RS Omni tidak gentar karena yakin apa yang mereka lakukan benar. Gerakan boikot rumah sakit dianggap sebagai perbuatan orang yang tidak mengerti kasus ini.

"Itu orang kalau tidak mengerti. Orang-orang itu tidak mengetahui permasalahan sesungguhnya. Jadi kenapa sampai menempuh upaya hukum, karena setiap orang mempunyai hak," kata pengacara RS Omni, Risma Situmorang, saat dihubungi detikcom melalui telepon, Selasa (2/6/2009).

Risma melanjutkan, hak yang dimiliki oleh Prita Mulyasari itu pun mestinya dipergunakan pada tempatnya. "Kalau dikatakan penipu mau tidak? Saya tidak mau," tambahnya.

Dia menjelaskan jalur hukum merupakan pembuktikan kalau RS Omni tidak bersalah, dan kalau tidak dibuktikan maka anggapan penipu menjadi benar.

"Kita membela hak kita dari tuduhan Ibu Prita yang sembarangan," imbuhnya.

Dia juga mengaku tuntutan pada konsumennya justru bukan merupakan langkah kontraproduktif.

"Pengguna internet harus berhati-hati karena ada pidanya, ada aturannya. Orang-orang tidak perlu takut ke RS Omni, karena tidak salah. Jangan mengambil sepotong-sepotong langsung menganggap RS Omni keterlauan. Kita menegakkan hak," tutupnya.

(ndr/nrl)
Sumber Detik News

Info Ujian Masuk Bersama PTS 2009

Ujian Masuk Bersama PTS (UMB-PTS 2009)
June 2nd, 2009

UMB-PTS 2009 diselenggarakan untuk melakukan seleksi calon mahasiswa di dua puluh tujuh Perguruan Tinggi:


Regional 1

1. Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
2. Universitas Medan Area (UMA)
3. Universitas HKBP Nommensen (Univ. HKBP)
4. Universitas Bandar Lampung (UBL)
5. Universitas Malahayati (UNIMAL)
6. Institut Teknologi Indonesia (ITI)
7. Universitas Tarumanagara (UNTAR)
8. Universitas Trisakti (USAKTI)
9. Universitas Yarsi (Univ. YARSI)
10. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UNIKA JKT)
11. Universitas Nasional (UNAS)
12. Universitas Pancasila (UP)
13. Universitas Parahyangan (UNPAR)
14. Institut Teknologi Nasional (ITENAS)

Regional 2

1. Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
2. Universitas Slamet Riyadi (UNISRI)
3. Universitas Achmad Dahlan (UAD)
4. Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY)
5. Universitas Widya Mataram (UWM)

Regional 3

1. Universitas Surabaya (UBAYA)
2. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim (UPN ” Veteran”)
3. Universitas 17 Agustus 45 Surabaya (UNTAG)
4. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)
5. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas (STIE Perbanas)
6. Sekolah Tinggi Ilmu Ekononomi Indonesia (STIESIA)
7. Universitas Islam Malang (UNISMA)
8. Universitas Merdeka Malang (UMER)

Pendaftaran dilakukan secara online dengan terlebih dahulu membayar biaya pendaftaran ke cabang-cabang bank BNI terdekat di kota Anda.

Biaya pendaftaran sebesar Rp. 225.000,- (dua ratus dua puluh lima puluh ribu rupiah) per peserta baik peserta Kelompok IPA maupun peserta Kelompok IPS

Setiap peserta dapat memilih maksimal tiga program studi pilihan yang tersebar di 27 PTS.

Bank BNI akan memberikan Nomor Pendaftaran dan PIN yang akan digunakan untuk melakukan pendaftaran secara online di situs ini.

Pembayaran dapat dilakukan mulai dari tanggal: 1 Juni 2009 sampai dengan tanggal 6 Juli 2009.

Ujian tulis akan dilaksanakan di 27 PTS pada tanggal 11 Juli 2009.

Pengumumuan hasil seleksi secara online dengan menggunakan account pendaftaran setiap peserta pada tanggal 27 Juli 2009.

Sumber: http://www.spmb.or.id/

Bill Gates, Chairman Microsoft Corp

William (Bill) H. Gates is chairman of Microsoft Corporation, the worldwide leader in software, services and solutions that help people and businesses realize their full potential. Microsoft had revenues of US$51.12 billion for the fiscal year ending June 2007, and employs more than 78,000 people in 105 countries and regions.

On June 15, 2006, Microsoft announced that effective July 2008 Gates will transition out of a day-to-day role in the company to spend more time on his global health and education work at the Bill & Melinda Gates Foundation. After July 2008 Gates will continue to serve as Microsoft’s chairman and an advisor on key development projects. The two-year transition process is to ensure that there is a smooth and orderly transfer of Gates’ daily responsibilities. Effective June 2006, Ray Ozzie has assumed Gates’ previous title as chief software architect and is working side by side with Gates on all technical architecture and product oversight responsibilities at Microsoft. Craig Mundie has assumed the new title of chief research and strategy officer at Microsoft and is working closely with Gates to assume his responsibility for the company’s research and incubation efforts.

Born on Oct. 28, 1955, Gates grew up in Seattle with his two sisters. Their father, William H. Gates II, is a Seattle attorney. Their late mother, Mary Gates, was a schoolteacher, University of Washington regent, and chairwoman of United Way International.

Gates attended public elementary school and the private Lakeside School. There, he discovered his interest in software and began programming computers at age 13.

In 1973, Gates entered Harvard University as a freshman, where he lived down the hall from Steve Ballmer, now Microsoft's chief executive officer. While at Harvard, Gates developed a version of the programming language BASIC for the first microcomputer - the MITS Altair.

In his junior year, Gates left Harvard to devote his energies to Microsoft, a company he had begun in 1975 with his childhood friend Paul Allen. Guided by a belief that the computer would be a valuable tool on every office desktop and in every home, they began developing software for personal computers. Gates' foresight and his vision for personal computing have been central to the success of Microsoft and the software industry.

Under Gates' leadership, Microsoft's mission has been to continually advance and improve software technology, and to make it easier, more cost-effective and more enjoyable for people to use computers. The company is committed to a long-term view, reflected in its investment of approximately $7.1 billion on research and development in the 2007 fiscal year.

In 1999, Gates wrote Business @ the Speed of Thought, a book that shows how computer technology can solve business problems in fundamentally new ways. The book was published in 25 languages and is available in more than 60 countries. Business @ the Speed of Thought has received wide critical acclaim, and was listed on the best-seller lists of the New York Times, USA Today, the Wall Street Journal and Amazon.com. Gates' previous book, The Road Ahead, published in 1995, held the No. 1 spot on the New York Times' bestseller list for seven weeks.
Top row: Steve Wood (left), Bob Wallace, Jim Lane. Middle row: Bob O'Rear, Bob Greenberg, Marc McDonald, Gordon Letwin. Bottom row: Bill Gates, Andrea Lewis, Marla Wood, Paul Allen. December 7, 1978.
Top row: Steve Wood (left), Bob Wallace, Jim Lane. Middle row: Bob O'Rear, Bob Greenberg, Marc McDonald, Gordon Letwin. Bottom row: Bill Gates, Andrea Lewis, Marla Wood, Paul Allen. December 7, 1978.

Gates has donated the proceeds of both books to non-profit organizations that support the use of technology in education and skills development.

In addition to his love of computers and software, Gates founded Corbis, which is developing one of the world's largest resources of visual information - a comprehensive digital archive of art and photography from public and private collections around the globe. He is also a member of the board of directors of Berkshire Hathaway Inc., which invests in companies engaged in diverse business activities.

Philanthropy is also important to Gates. He and his wife, Melinda, have endowed a foundation with more than $28.8 billion (as of January 2005) to support philanthropic initiatives in the areas of global health and learning, with the hope that in the 21st century, advances in these critical areas will be available for all people. The Bill and Melinda Gates Foundation has committed more than $3.6 billion to organizations working in global health; more than $2 billion to improve learning opportunities, including the Gates Library Initiative to bring computers, Internet Access and training to public libraries in low-income communities in the United States and Canada; more than $477 million to community projects in the Pacific Northwest; and more than $488 million to special projects and annual giving campaigns.

Gates was married on Jan. 1, 1994, to Melinda French Gates. They have three children. Gates is an avid reader, and enjoys playing golf and bridge.

http://www.microsoft.com/presspass/exec/billg/bio.mspx

Bill Gates, Chairman Microsoft Corp

William (Bill) H. Gates is chairman of Microsoft Corporation, the worldwide leader in software, services and solutions that help people and businesses realize their full potential. Microsoft had revenues of US$51.12 billion for the fiscal year ending June 2007, and employs more than 78,000 people in 105 countries and regions.

On June 15, 2006, Microsoft announced that effective July 2008 Gates will transition out of a day-to-day role in the company to spend more time on his global health and education work at the Bill & Melinda Gates Foundation. After July 2008 Gates will continue to serve as Microsoft’s chairman and an advisor on key development projects. The two-year transition process is to ensure that there is a smooth and orderly transfer of Gates’ daily responsibilities. Effective June 2006, Ray Ozzie has assumed Gates’ previous title as chief software architect and is working side by side with Gates on all technical architecture and product oversight responsibilities at Microsoft. Craig Mundie has assumed the new title of chief research and strategy officer at Microsoft and is working closely with Gates to assume his responsibility for the company’s research and incubation efforts.

Born on Oct. 28, 1955, Gates grew up in Seattle with his two sisters. Their father, William H. Gates II, is a Seattle attorney. Their late mother, Mary Gates, was a schoolteacher, University of Washington regent, and chairwoman of United Way International.

Gates attended public elementary school and the private Lakeside School. There, he discovered his interest in software and began programming computers at age 13.

In 1973, Gates entered Harvard University as a freshman, where he lived down the hall from Steve Ballmer, now Microsoft's chief executive officer. While at Harvard, Gates developed a version of the programming language BASIC for the first microcomputer - the MITS Altair.

In his junior year, Gates left Harvard to devote his energies to Microsoft, a company he had begun in 1975 with his childhood friend Paul Allen. Guided by a belief that the computer would be a valuable tool on every office desktop and in every home, they began developing software for personal computers. Gates' foresight and his vision for personal computing have been central to the success of Microsoft and the software industry.

Under Gates' leadership, Microsoft's mission has been to continually advance and improve software technology, and to make it easier, more cost-effective and more enjoyable for people to use computers. The company is committed to a long-term view, reflected in its investment of approximately $7.1 billion on research and development in the 2007 fiscal year.

In 1999, Gates wrote Business @ the Speed of Thought, a book that shows how computer technology can solve business problems in fundamentally new ways. The book was published in 25 languages and is available in more than 60 countries. Business @ the Speed of Thought has received wide critical acclaim, and was listed on the best-seller lists of the New York Times, USA Today, the Wall Street Journal and Amazon.com. Gates' previous book, The Road Ahead, published in 1995, held the No. 1 spot on the New York Times' bestseller list for seven weeks.
Top row: Steve Wood (left), Bob Wallace, Jim Lane. Middle row: Bob O'Rear, Bob Greenberg, Marc McDonald, Gordon Letwin. Bottom row: Bill Gates, Andrea Lewis, Marla Wood, Paul Allen. December 7, 1978.
Top row: Steve Wood (left), Bob Wallace, Jim Lane. Middle row: Bob O'Rear, Bob Greenberg, Marc McDonald, Gordon Letwin. Bottom row: Bill Gates, Andrea Lewis, Marla Wood, Paul Allen. December 7, 1978.

Gates has donated the proceeds of both books to non-profit organizations that support the use of technology in education and skills development.

In addition to his love of computers and software, Gates founded Corbis, which is developing one of the world's largest resources of visual information - a comprehensive digital archive of art and photography from public and private collections around the globe. He is also a member of the board of directors of Berkshire Hathaway Inc., which invests in companies engaged in diverse business activities.

Philanthropy is also important to Gates. He and his wife, Melinda, have endowed a foundation with more than $28.8 billion (as of January 2005) to support philanthropic initiatives in the areas of global health and learning, with the hope that in the 21st century, advances in these critical areas will be available for all people. The Bill and Melinda Gates Foundation has committed more than $3.6 billion to organizations working in global health; more than $2 billion to improve learning opportunities, including the Gates Library Initiative to bring computers, Internet Access and training to public libraries in low-income communities in the United States and Canada; more than $477 million to community projects in the Pacific Northwest; and more than $488 million to special projects and annual giving campaigns.

Gates was married on Jan. 1, 1994, to Melinda French Gates. They have three children. Gates is an avid reader, and enjoys playing golf and bridge.

http://www.microsoft.com/presspass/exec/billg/bio.mspx

George Soros Founder and Chairman Open Society Institute

A global financier and philanthropist, George Soros is the founder and chairman of a network of foundations that promote, among other things, the creation of open, democratic societies based upon the rule of law, market economies, transparent and accountable governance, freedom of the press, and respect for human rights.

Soros was born in Budapest, Hungary, in 1930. His father was taken prisoner during World War I and eventually fled from captivity in Russia to reunite with his family in Budapest. Soros was thirteen years old when Hitler's Wehrmacht seized Hungary and began deporting the country's Jews to extermination camps. In 1946, as the Soviet Union was taking control of the country, Soros attended a conference in the West and defected. He emigrated in 1947 to England, supported himself by working as a railroad porter and a restaurant waiter, graduated in 1952 from the London School of Economics, and obtained an entry-level position with an investment bank.
Philosophy

At the London School of Economics, Soros became acquainted with the work of the philosopher Karl Popper, whose ideas on open society had a profound influence on his intellectual development. Specifically, Soros's experience of Nazi and Communist rule attracted him to Popper’s critique of totalitarianism, The Open Society and Its Enemies, in which he maintained that societies can only flourish when they allow democratic governance, freedom of expression, a diverse range of opinion, and respect for individual rights.
Finance

In 1956, Soros immigrated to the United States. He worked as a trader and analyst until 1963. During this period, Soros adapted Popper's ideas to develop his own "theory of reflexivity," a set of ideas that seeks to explain the relationship between thought and reality, which he used to predict, among other things, the emergence of financial bubbles. Soros began to apply his theory to investing and concluded that he had more talent for trading than for philosophy. In 1967 he helped establish an offshore investment fund; and in 1973 he set up a private investment firm that eventually evolved into the Quantum Fund, one of the first hedge funds, through which he accumulated a vast fortune.
Philanthropy

As his financial success mounted, Soros applied his wealth to help foster the development of open societies. In 1979, Soros provided funds to help black students attend the University of Cape Town in apartheid South Africa. Soon he created a foundation in Hungary to support culture and education and the country’s transition to democracy. (One of his projects imported photocopy machines that allowed citizens and activists in Hungary to spread information and publish censored materials.) Soros also distributed funds to the underground Solidarity movement in Poland, Charter 77 in Czechoslovakia, and the Soviet physicist-dissident Andrei Sakharov. In 1982, Soros named his philanthropic organization the Open Society Fund, in honor of Karl Popper, and began granting scholarships to students from Eastern Europe. Bolstered by the success of these projects, Soros created more programs to assist the free flow of information. He supported educational radio programs in Mongolia and later contributed $100 million to provide Internet access to every regional university in Russia.

The magnitude and geographical scope of his philanthropic commitments, coupled with the core principle of fostering open societies, has allowed Soros to transcend the limitations of many national governments and international institutions. During the 1980s, Soros financed a trip by young economists at a reform-minded think tank in China to a business university in Budapest; he also established a grantmaking foundation in China to foster civil society and transparency. In 1991, he helped found the Central European University, a graduate institution in Budapest that focuses on social and political development. Soros spent $50 million to help the citizens of Sarajevo endure the city’s siege during the Bosnian war, funding among other projects a water-filtration plant that allowed residents to avoid having to draw water from distribution points targeted by Serb snipers. Most recently, he has provided $50 million to support the Millennium Villages initiative, which seeks to lift some of the least developed villages in Africa out of poverty.

In 1993, Soros created the Open Society Institute, which supports the Soros foundations working to develop democratic institutions throughout Central and Eastern Europe and the former Soviet Union. His network of philanthropic organizations dedicated to building open societies has expanded to include more than 60 countries in the Middle East, Central Asia, Africa, and Latin America. Despite the breadth of his endeavors, Soros is personally involved in planning and implementing many of the foundation network’s projects. His visionary efforts have produced a remarkable record of successful philanthropy, including efforts to free developmentally challenged people from life-long confinement in state institutions, to provide palliative care to the dying, to win release for prisoners held without legal grounds in penitentiaries in Nigeria, to halt the spread of tuberculosis and HIV/AIDS, to create debate societies, to promote freedom of the press, and to help resource-rich countries establish mechanisms to manage their revenues in a way that will promote economic growth and good governance rather than poverty and instability.

In 2003, Soros said that removing President George W. Bush from office was one of his main priorities. During the 2004 campaign, he donated significant funds to various groups dedicated to defeating the president.
Publications

In 2006, Mr. Soros published The Age of Fallibility: Consequences of The War on Terror (Public Affairs, 2006). His previous books include The Bubble of American Supremacy (2005); George Soros on Globalization (2002); Open Society: Reforming Global Capitalism (2000); The Crisis of Global Capitalism: Open Society Endangered (1998); Soros on Soros: Staying Ahead of the Curve (1995); Underwriting Democracy (1991); Opening the Soviet System (1990); and The Alchemy of Finance (1987). His essays on politics, society, and economics appear frequently in major periodicals around the world.

Soros has received honorary degrees from the New School for Social Research, Oxford University, the Budapest University of Economics, and Yale University. In 1995, the University of Bologna awarded Soros its highest honor, the Laurea Honoris Causa, in recognition of his efforts to promote open societies throughout the world.


http://www.soros.org/about/bios/a_soros

Mengapa Ahmadinejad Menang?

Elite demokrasi maju dan terutama pakar serta media Barat, acap mengesampingkan nilai-nilai lokal demi kelompok yang diidentifikasi tengah membawa nilai-nilai yang diyakininya sebagai resultante dari prinsip yang berlaku global.

Taruhlah resultante itu pandangan liberal atau imitasi gaya hidup global yang mendahului keperluan memperkuat fondasi lokal.

Pemilu Iran yang dimenangkan pemimpin garis keras Mahmoud Ahmadinejad mengajarkan hal itu, disamping menjadi satu materi kuliah penting bagi demokrasi berkembang manapun di dunia, termasuk Indonesia.

Pemilu Iran mengajarkan, jangan pernah mengabaikan realitas lokal hanya karena menganggap nilai lokal telah tersisih oleh modernitas. Penyangkalan lokal itu misalnya tercermin dari prilaku liberal kaum perkotaan dan penepisan simbol atau atribut sosial yang melekat lama dalam masyarakat karena dianggap kuno atau puritan.

Tulisan Abbas Barzegar --seorang akademisi AS keturunan Iran dalam Guardian (13/6)-- ini diantaranya mengungkapkan penyangkalan lokal itu yang berujung pada kekalahan kubu yang acap diatributi pers Barat sebagai kaum reformis.

Berikut sadurannya.

Saya berada di Iran, tepatnya seminggu, guna mengikuti pesta demokrasi pada Pemilu Iran 2009. Semenjak saya tiba di sana, hanya sedikit di negeri ini yang ragu bahwa calon incumbent Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang provokatif ini bakal memenangkan Pemilu.

Sopir taksi yang menyertai saya mengingatkan bahwa Si Presiden telah mengunjungi semua provinsi di Irak dua kali dalam empat tahun terakhir ini. "Iran itu bukan (hanya) Teheran," katanya.

Ketika saya menanyai para pendukung (Mir Hossein) Mousavi, apakah tokoh usungan mereka itu benar-benar akan meraih dukungan tidak hanya di ibukota (Teheran), mereka mengutarakan jawaban-jawaban optimistis gaya Obama seperti, "Ya, kita bisa," "Saya kira begitu," "Jika anda memilih."

Pertanyaan yang menghantui media internasional bahwa "Bagaimana bisa seorang Mousavi kalah?" tampak tak begitu menjadi urusan Komisi Pemilihan Umum Iran dan itu tidak lebih dari persepsi keliru selama ini yang menolak memahami peran agama di Iran.

Tentu saja, kemungkinan pemilu curang tetap ada dan orang mesti menunggu sampai pekan-pekan mendatang untuk melihat bagaimana tuduhan itu dapat dibuktikan.

Tetapi orang semestinya ingat bahwa dalam tiga dekade Pemilu Presiden, tuduhan kecurangan jarang sekali dialamatkan ke penghitungan suara. Pemilu di sini secara khusus dikendalikan dengan cara membatasi gerak-gerik kandidat atau menutup media massa kelompok oposisi.

Tambahan lagi, dalam pemilu kali ini, ada dua badan pengawas pemilu bentukkan pemerintah yang terpisah yang memungkinkan saksi semua kubu bisa mencegah terjadinya kecurangan massal dalam pemilu.

Kesangsian atas kemenangan Ahmadinejad yang dituduh pendukung Mousavi sebagai bukti adanya kecurangan oleh negara, seyogyanya selaras dengan ketidakpercayaan sama terhadap merajalelanya korupsi yang berlangsung terang-terangan.

Jadi, sampai ada bukti meyakinkan yang bisa membenarkan tuduhan-tuduhan oposisi, maka kita perlu melihat alasan lain yang menjelaskan bagaimana begitu banyak orang tersihir oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi seharian itu.

Sejauh yang diperhatikan media internasional, tampaknya hanya wangsit yang layak diberitakan dibalik kemenangan itu.

Memang benar bahwa para pendukung Mousavi telah membuat jalanan kota Teheran macet selama berjam-jam setiap malam sepanjang pekan lalu, padahal itu hanya terjadi di bagian utara ibukota yang terkenal lebih makmur. Para wanita menanggalkan hijabnya dan anak-anak muda berjingkrak di jalanan.

Senin malam lalu setidaknya 100.000 pendukung sang mantan perdana menteri (Mousavi) membuat rantai manusia di sepanjang kota Teheran.

Namun beberapa jam sebelumnya, saya juga menghadiri parade massal pendukung sang incumbent yang kurang diperhatikan pers Barat. Jumlah mereka luar biasa banyak, bahkan tidak pernah terjadi sebelum ini.

Perkiraan minimal jumlah massa yang mengikuti pidato kampanye Ahmadinejad saat itu adalah 600.000 orang (bahkan banyak yang yakin mencapai satu juta orang).

Dari loteng gedung, saya menyaksikan para wanita berjilbab dan pria-pria berjanggut, dari segala umur, berduyun-duyun berkerumun bagai aliran lava gunung berapi.

Keliru

Kekeliruan dalam menaksir secara tepat hal-hal yang berkaitan dengan Iran, bukan sekali ini terjadi. Ketika revolusi Islam 1979 berhasil menghancurkan kediktaturan militer negeri itu yang merupakan sekutu terkuat Amerika di Timur Tengah, hanya sedikit pakar di luar Iran yang memperkirakan bahwa kaum revolusioner Islam akan tumbuh menjadi satu kekuatan utama di Iran.

Tapi di Iran sendiri, cendekiawan sekuler seperti Jalal-e-Ahmad, pengarang buku "Occidentosis" yang terkenal itu pun telah memperkirakan rejim (Shah Iran) bakal tumbang di tangan gerakan revolusi Islam, satu dekade sebelum takdir tahun 1979 itu terjadi.

Filsuf Prancis pemberontak, Michel Foucault, juga secara meyakinkan telah meramalkan peristiwa itu, karena dia merekamnya dari dekat, dalam jarak yang para pengagumnya pun enggan melakukannya.

Sejak revolusi Islam Iran, para akademisi, intelektual dan para ahli telah meramalkan bakal runtuh cepatnya rejim (Islam Iran). Sampai sekarang ramalan mereka itu tak berbukti.

Anomali-anomali seperti itu hanya bisa dijelaskan oleh sejarah. Iran adalah masyarakat yang sangat relijius.

Nepotisme, otokrasi dan penindasan Shah Iran yang berdekade-dekade diperangi kaum komunis dan liberal gagal diakhiri, tetapi adalah serangan Shah terhadap kemapanan kalangan relijiuslah yang mengantarkan kejatuhan Shah yang terjadi nyaris hanya dalam semalam.

Sejak itu rakyat Iran menyalurkan impian-impiannya melalui kotak suara.

Pada 1997 setelah asap perang Iran-Irak berhenti dan negara itu melewati satu dekade masa stabil, para pemilih berbondong-bondong memberi dukungan pada ulama yang mantan presiden --Mohammad Khatami-- dalam menghadapi lawannya Natiq Nouri, anggota senior parlemen Iran.

Para wartawan Barat menyebut momen itu sebagai satu generasi yang terbelah; yaitu kaum muda liberal pecinta kebebasan melawan ulama-ulama tua konservatif.

Tetapi pemilu saat itu sesungguhnya adalah pemilu untuk memilih kejujuran dan kesalehan (Khatami), melawan kekuatan yang dituduh korup.

Dan kini orang-orang sama yang dulu mendukung Khatami, menyalurkan suaranya untuk Ahmadinejad kemarin, padahal wajah Khatami menghiasai poster-poster kampanye kubu Mousavi.

Selama hampir seminggu dorongan sosial anti korupsi, kerakyatan dan kesalehan relijius yang dulu melahirkan revolusi Islam tampak kembali di jalanan untuk dipungut lagi oleh rakyat Iran. Untuk sebagian besar rakyat negeri itu, Ahmadinejad adalah perwujudan dorongan-dorongan impian (tentang pemimpin anti korupsi, merakyat dan saleh) ini.

Sejak pertamakali masuk ke kantornya, Ahmadinejad menolak mengenakan jas mahal, menolak meninggalkan rumah yang diwarisinya dari sang ayah, dan menolak mengendurkan retorika yang digunakannya untuk melawan mereka yang dituduhnya pengkhianat bangsa.

Manakala secara terbuka dia menuduh mantan pesaingnya yang tanggal dari kekuasaanya, Ayatullah Ali Akbar Hashemi Rafsanji, sebagai singa terhadap revolusi, koruptur parasit dan membandingkan pengkhianatan Rafsanjani dengan pengkhianatan terhadap Nabi Muhammad SAW yang menyebabkan syiah dan suni bermusuhan selama 1.400 tahun, dia menawarkan rakyat satu tarikan (moral) yang beberapa generasi lamanya dimimpikan rakyat.

Ketika Rafsanjani membela diri melalui suratkabar pro-Mousavi, maka tamatlah riwayat kaum reformis.

Jujur

Minggu lalu Ahmadinejad bagai mengubah pemilu menjadi referendum untuk menentukan bagaimana sikap bangsa Iran terhadap prinsip asasi revolusi Islam.

Slogan jalanan mereka berbunyi, "Matilah semua orang yang melawan Imam Tertinggi" yang kemudian diikuti ritual dan pepujian relijius khas syiah.

Slogan itu bukan tandingan semboyan ceria penuh semangat dari kaum muda Teheran utara, yang menyanyikan "Ahmedi-bye-bye, Ahmedi-bye-bye" atau "ye hafte-do hafte, Mahmud hamum na-rafte" (Seminggu, dua minggu, Mahmoud tidak mandi).

Mungkin sejak awal Mousavi memang ditakdirkan akan gagal, begitu dia berharap bisa menggabungkan energi terang antara kelas sosial atas yang liberal dengan kepentingan bisnis pedagang pasar.

Kampanye lewat Facebook dan via sms pun tidak relevan dengan kaum pedesaan dan kelompok pekerja yang setiap hari berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, banyak sekali yang tidak mempunyai waktu untuk sekedar pergi ke cafe internet guna mengecek blog mereka.

Kendati Mousavi berupaya menarik kelas pemilih seperti ini, dengan cara mengupas masalah seputar inflasi dan kemiskinan, mereka malah memilih lawan Mousavi.

Oleh karena itu, di masa mendatang, para pengamat (Barat) mesti mempelajari lebih dalam lagi masyarakat Iran sehingga diperoleh gambaran lebih dalam mengenai struktur negara ini yang sangat relijius organik, untuk kemudian disampaikan dalam narasi keniscayaan liberal.

Adalah aspek-aspek relijius unik Persia yang mengantarkan seorang sufi terusir berusia 80 tahun menjadi kepala negara 30 tahun lalu (Ayatullah Ruhallah Khomeini), kemudian ulama kharismatis Khatami 12 tahun lalu, lalu seorang putra pandai besi yang jujur --Ahmadinejad-- empat tahun silam, dan hal sama terjadi kemarin (Jumat 12/6). (*)

- Abbas Barzegar adalah kandidat PhD untuk studi keagamaan pada Universitas Emory, Atlanta, Georgia
- Disadur ke dalam Bahasa Indonesia oleh Jafar M. Sidik


Sumber Antara News
14 Juni 2009
Muhammad Noor Ahsin