Selasa, 13 Desember 2011

Membangun Industri Kreatif Melalui Kampus


DI beberapa negara maju, keberadaan industri kreatif menunjukkan tren perkembangan yang positif. Kemajuan itu dapat terjadi, salah satunya, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan mampu melahirkan terobosan inovasi di berbagai bidang industri.

Kini, di era persaingan industri dan pasar bebas, pamor industri berbasis kreativitas semakin populer. Bangsa Indonesia jika tidak punya planning jangka pendek atau jangka panjang yang jelas, tentu akan ketinggalan dengan negara-negara maju.

Dewasa ini, perguruan-perguruan tinggi dunia kenamaan pun getol membuat terobosan serta memotivasi mahasiswanya untuk mengembangkan skill, inovasi, dan kreativitas dalam berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan di ranah industri kreatif. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Perguruan-perguruan tinggi mana saja yang getol mengarahkan mahasiswanya untuk menggeluti bidang tersebut?

Prospek Industri Kreatif

Tak banyak perguruan tinggi Indonesia yang menaruh perhatian besar mengarahkan dan memotivasi mahasiswanya untuk menggeluti dan mempelajari bidang industri berbasis kreativitas dan inovasi tersebut. Padahal prospek kerja di bidang ini menganga lebar dan sangat potensial.

Meski demikian, industri kreatif di Indonesia makin merebut perhatian karena kontribusinya yang kian besar pada kue ekonomi. Pada awal tahun 2009 kemarin, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan tahun 2009 sebagai tonggak berkembangnya industri kreatif di Indonesia. Pemerintah pun membuat cetak biru industri kreatif 2009-2025.

Dokumen ini berupaya menyediakan peta jalan bagi pengembangan industri kreatif. Pemerintah menggolongkan industri kreatif ke dalam 14 subsektor industri. Yakni, periklanan, kerajinan, seni pertunjukan, film, video dan fotografi, televisi dan radio, arsitektur, desain, musik, layanan komputer, fashion, pasar barang seni, permainan interaktif, penerbitan dan percetakan, serta penelitian (riset) dan pengembangan.

Industri kreatif bisa didefinisikan sebagai industri yang muncul dari kreativitas, keahlian dan bakat individual. Industri ini mempunyai potensi menciptakan kekayaan dan membuka lapangan kerja bagi lulusan perguruan tinggi lewat aktivitas dan eksploitasi kekayaan intelektual.

Barangkali kita bisa belajar dari negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, China dan sebagainya yang lebih dahulu menyadari bahwa telah terjadi pergeseran evolusi dari ekonomi pertanian menuju ekonomi industri lalu mengarah ke ekonomi informasi, kemudian munuju gerakan ekonomi kreatif.

Mereka sudah tidak lagi mengandalkan supremasi di bidang ekonomi informasi, tetapi mereka mulai mengandalkan supremasi sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan inovatif, untuk menciptakan industri kreatif.

Mahasiswa Kreatif


Dalam etika percaturan global, setiap individu dituntut untuk berkompetisi secara fair dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Negara yang belum siap mengatur strategi tentu akan tersingkir di panggung kompetisi. Menurut Gary Hamel, Sesungguhnya kompetisi yang terjadi saat ini tidak lagi antarnegara atau antarbangsa melainkan antarrezim inovasi.

Gagasan atau mimpi membangun industri kreatif di Indonesia melalui perguruan tinggi atau kampus kiranya bukan angan-angan yang mustahil. Gagasan tersebut tentunya dapat terjadi jika didukung para stakeholder terkait.

Dukungan dan perhatian dari pemerintah pun dinilai sangat penting untuk merealisasikan gagasan tersebut. Misalnya kegiatan seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Dikti yang telah bergulir lama meliputi PKM penelitian, rancang bangun teknologi, kewirausahaan dan sebagainya hendaknya perlu dioptimalkan agar mahasiswa semakin kreatif dan dan inovatif menciptakan hal-hal baru.

Pihak perguruan tinggi pun punya andil besar mengarahkan mahasiswanya selalu kreatif dan punya inovasi dalam menciptakan gagasan yang dapat diarahkan menuju pengembangan industri kreatif, misal mengeluarkan kebijakan-kebijakan tertentu berkaitan dengan upaya mendukung program kewirausahaan mahasiswa untuk mencipatakan industri kreatif.

Dengan menciptakan kebijakan yang prokewirausahaan dan mendukung kreativitas mahasiswa tentu diharapkan akan tercipta atmosfer yang baik bagi pengembangan kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam menciptakan usaha atau industri kreatif.

Dengan dukungan berbagai pihak dan planning yang jelas, semoga ke depan upaya membangun industri kreatif melalui kampus bisa terwujud, dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa ketika mereka sudah lulus dari kampus. (24)


(Tulisan di atas pernh dimuat di koran Suara Merdeka pada Sabtu, 10 Desember 2011).


—Muhammad Noor Ahsin SPd,
mantan aktivis pers mahasiswa Unnes, pendidik dan peneliti sosial di Madrasah Aliyah NU TBS Kudus.

Senin, 28 November 2011

Pendidikan Karakter Melalui Teater


KUDUS-Beberapa siswa kelas XI-C (Bahasa 1) melakukan pentas teater di ruang multi media, lantai 3 gedung utara MA NU TBS Kudus. Mereka mementaskan teater dengan judul “Maafkan Aku Guru” yang dipentaskan baru-baru ini . Naskah teks teater dibuat sendiri dan disutradarai langsung oleh M. Syaifun Nasir, selaku siswa kelas XI-C MA TBS.

Sebenarnya pentas ini merupakan tugas akhir semester mata pelajaran sastra, bagi kelas XI Bahasa. Yaitu tugas praktik pelajaran Sastra Indonesia. Sebelumya mereka diberi penjelasan tentang materi pementasan tetater atau drama. Selain itu siswa juga sudah manyaksikan contoh video pemantasan drama dan sebagainya.

Selain kelas XI-C, penampilan teater juga dilakukan oleh kelas XI-D (bahasa 2). Dalam satu kelas dibagi menjadi empat kelompok. Sehingga, karena ada dua kelas, jadi semua yang tampil ada 8 kelompok. Tiap kelompok berjumlah sekitar 10 orang. Dalam satu kelompok ada yang jadi pengarang naskah, sutradara, pemain atau aktor, seksi artistik, perlengkapan, dan sebagainya.

Harapan dari tugas ini siswa akan mendapatkan pengalaman langsung dalam bermain teater atau drama. Praktik langsung itu dirasa sangat penting. Karena dengan praktik mereka lebih memahami dan merasa mampu mengaplikasikan ilmu sastra yang diperoleh.
Salah satu siswa yang telah mementaskan naskah tetaet menyatakan, “Ada kesan menyenangkan dan menyedihkan yang saya alami ketika bermain teater. Dengan bermain teater dapat menggugah perasaan kita dalam menyelami arti hidup. Dan melatih kepekaan perasaan kita terhadap sesama” Kata M. Nailul Fahmi, salah satu pemain drama, kelas XI-C MA NU TBS.

Pendidikan Karakter

Karya sastra berupa naskah teater dapat membuat penulis dan pembaca dekat dengan kehidupan. Naskah teater yang dipentaskan dapat pula melatih kepekaan perasaan, melatih rasa simpati dan empati terhadap sesama. Sehingga bermain teater merupakan salah satu alternatif mananamkan pendidikan karakter kepada generasi bangsa (para pelajar) yang dewasa ini dinilai sangat penting.

Melalui karya sastra sering diketahui keadaan, cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat seperti dialami, dicermati, ditangkap, dan direka oleh pengarang. Bahkan, seringkali sebuah suasana tertentu dapat lebih dihayati dengan membaca dan mengapresiasi sebuah cerpen, novel atau sebiji sajak, atau mementaskan naskah teater daripada membaca suatu laporan penelitian yang ilmiah.

Pendidikan sastra yang merupakan ilmu humaniora harus terus diupayakan oleh guru bahasa Indonesia di sekolah. Karena ilmu sastra berperan sangat besar menanamkan nilai-nilai investasi moral masa depan dan melatih pendidikan karakter, mengingat sastra itu berbicara tentang manusia dan kemanusiaan.

(Tulisan di atas pernah dimuat di Suara Muria Suara Merdeka, di rubrik Jurnalisme Warga pada Senin, 4 Desember 20011).

Oleh Muhammad Noor Ahsin,
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
MA NU TBS, kelurahan Kajeksan, Kudus.

Jumat, 25 November 2011

Kholil dan Yasin Juara Karya Ilmiah


Kudus-Siswa Madrasah Aliyah NU TBS Kudus berhasil meraih juara II lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang diadakan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes Semarang pada Sabtu, (19/11) 2011. Untuk juara 1 diraih oleh SMA 1 Kendal, sedangkan juara 3 diraih oleh SMA 5 Semarang.
Tim karya ilmiah MA NU TBS terdiri dari dua orang. Pertama M. Kholilur Rohman Sebagai Ketua Tim, dan Yasin Hakim sebagai anggota. Mereka membuat KIR dengan Judul, “Sanggar Sampah Kreatif Upaya Generasi Muda dalam Mengolah Limbah Sampah keluarga menjadi barang yang inovatif dan bernilai Ekonomis.”
Ide pembuatan karya ilmiah itu dilatarbelakangi oleh masih banyaknya sampah yang belum tertangani secara baik di masyarakat. Kholil mengatakan, “Pemuda yang notabene sebagai penerus bangsa, hendaknya dapat mengolah dan memanfaatkan sampah keluarga menjadi barang yang inovatif dan bernilai ekonomis.” Kata Kholil.
Sampah anorganik bisa dibuat berbagai macam kerajinan inovatif, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos. Gambaran singkat tentang kegiatan “Sanggar Kreatif Sampah” adalah mengumpulkan limbah sampah hasil rumah tangga, kemudia menyeleksi sampah tersebut dan dioleh menjadi berbagai macam kerajinan yang kreatif. Pendistribusian hasil kerajinan itu pun salah satunya dengan membuat distro sampah yang di dalamnya dijual barang kerajinan dari sampah.
Prestasi tersebut merupakan buah dari kerja keras dan pembinaan KIR yang konsisten di MA NU TBS. “Semoga prestasi ini dapat memacu siswa lainnya, agar terus belajar dan berupaya untuk memberikan solusi atas segala permasalahan yang ada di masyarakat.” Tutur Bapak Ali Mahsun, S.Ag Selaku Wakil kepala MA NU TBS bidang kesiswaan.

Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd,
Pembina KIR MA NU TBS.

Pelatihan Menjahit di Balai Desa Klumpit


KUDUS-Malam hari bukan menjadi penghalang bagi warga desa klumpit untuk mengikuti pelatihan menjahit yang di fasilitasi oleh UPT BLK Dinsosnakertrans Kudus. Pelatihan tersebut dilaksanakan setiap malam hari, terhitung mulai tanggal 1-30 Nopember 2011 di Aula balai desa Klumpit, kecamatan Gebog Kudus.

Pelatihan ini bersifat MTU (Mobile Training Unit) yaitu pelatihan yang dilaksanakan di luar UPT BLK sehingga memudahkan warga masyarakat yang terkendala dengan jarak dan transportasi untuk bisa tetap mengikuti pelatihan dikarenakan para petugas pendamping dari BLK yang siap datang mendampingi di lokasi pelatihan.

“Saya mengucapkan terimakasih kepada UPT BLK yang telah memfasilitasi pelatihan menjahit ini. Dengan pelatihan ini, saya dapa ilmu, tmemiliki keterampilan, dan bertambah banyak teman.” Kata Indah, peserta pelatihan menjahit selaku warga Klumpit.

Diharapkan dengan bekal ilmu yang didapat selama mengikuti pelatihan, para peserta pelatihan bisa lebih terampil terlebih dengan sarana yang informasinya akan diberikan pasca pelatihan akan membantu alumni agar bisa digunakan untuk keperluan pribadi terlebih bisa menjadikan profesi bagi alumni pelatihan.

Senin, 14 November 2011

Biografi Perjalanan Hidup Soe Hok Gie


Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.


Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.

Sesudah lulus SD, kakak beradik itu memilih sekolah yang berbeda, Hok Djin (Arief Budiman) memilih masuk Kanisius, sementara Soe Hok Gie memilih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Strada di daerah Gambir. Konon, ketika duduk di bangku ini, ia mendapatkan salinan kumpulan cerpen Pramoedya: “Cerita dari Blora” —bukankah cerpen Pram termasuk langka pada saat itu?

Pada waktu kelas dua di sekolah menangah ini, prestasi Soe Hok Gie buruk. Bahkan ia diharuskan untuk mengulang. Tapi apa reaksi Soe Hok Gie? Ia tidak mau mengulang, ia merasa diperlakukan tidak adil. Akhirnya, ia lebih memilih pindah sekolah dari pada harus duduk lebih lama di bangku sekolah. Sebuah sekolah Kristen Protestan mengizinkan ia masuk ke kelas tiga, tanpa mengulang.

Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Sedang kakaknya, Hok Djin, juga melanjutkan di sekolah yang sama, tetapi lain jurusan, yakni ilmu alam.

Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik.

Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemuidan kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi.

Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.


Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

Makam soe Hok Gie
24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.
Catatan Seorang Demonstran


John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya.
Kata Kata Soe Hok Gie
• Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
• Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
• Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
• Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
• Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
• Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
• Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
• Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
• Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
• Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
• Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
• Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
• Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
• To be a human is to be destroyed.
• Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
• Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
• I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
• Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
• Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
• Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
• Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Referensi :
- http://prasetyaade.blogspot.com/2006/12/presiden-soekarno-presiden-pertama.html
- http://yulian.firdaus.or.id/2004/12/16/soe-hok-gie/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Soe_Hok_Gie
- http://dasonly.blogspot.com/2009/05/soe-hok-gie-dalam-kata-kata.html

Persiapan Pentas Teater MA NU TBS

Beberapa siswa kelas XI D melakukan latihan pentas teater pada hari Selasa, 15 November 2011 di ruang multi media lantai III MA NU TBS Kudus. Mereka berkumpul tiap kelompoknya masing-masing untuk membahas persiapan pentas teater.

Dalam satu kelas saya bagi menjadi empat kelompok. Tiap kelompok berjumlah sekitar 10 orang. Dalam satu kelompok ada yang jadi sutradara, pemain, seksi perlengkapan dan sebagainya. Beberapa siswa yang jadi pemain naskah drama ada yang sedang berlatih vokal, dialog, gerakan tubuh ketika pentas dan lain-lain. Tampak dari mereka sangat menikmati latihan tersebut.

Sebenarnya pentas ini merupakan tugas akhir semester mata pelajaran sastra. Yaitu tugas praktik. Sebelumya mereka saya beri penjelasan tentang materi pementasan drama. Selain itu manyaksikan contoh video pemantasan drama dan sebagainya.

Harapan dari tugas ini siswa akan mendapatkan pengalaman langsung dalam bermain teater atau drama. Praktik langsung itu dirasa sangat penting. Karena dengan praktik mereka lebih memahami dan merasa mampu mengaplikasikan ilmu sastra yang diperoleh.

Pementasan awal untuk kelas XI D akan dilaksanakan pada hari Selasa, 22 November 2011. pada hari selasa nanti kelompok yang akan pentas yaitu kelompok 1 dan kelompk 2. kelompok satu di sutradarai oleh Faiq Zamzami. Sedangkan kelompok 2 disutrasdarai oleh yahya Abdul Hanif.
Untuk kelompok 3 dan kelompok 4 rencananya akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 November 2011. kelompok 3 disutradarai oleh Sirrul Wafa. Sedangkan kelompok 4 disutradarai oleh Abidirouf Asmawi.


Oleh Muhammad Noor Ahsin

Perjalananku Menuju Madrasah TBS Kudus

Kala itu, matahari mulai menyinari rumahku, di desa di Besito Kauman Kecamatan Gebog Kudus,pada hari Seni, 14 November 2011. Setelah berpakaian rapi, Aku bergegas ke luar rumah. Setelah siap, lalu aku berangkat menuju sekolah di MA NU TBS Kudus. Dengan menggunakan sepeda motor, saya Menuju ke arah selatan. Dari perempatan di Toko milik Bung tomo lalu aku belok ke kanan. Kurang lebih sekitar 200 meter saya sampai di jalan raya. Jalan raya Besito raya. Di sebuah pertigaan, sebelah utara kantor BRI unit Gebog. Sebelumnya saya melihat orang-orang bermain di lapangan voli, di sebelah kiri jalan, dan juga ada tempat selepan padi di kanan jalan.

Setelah melihat ke kiri dan ke kanan, aku langsung meluncur menggunakan motor Shogun merahku ke sebelah selatan. Melewati pasar Besito Kecamatan Gebog lalu lurus ada pabrik benang yang kebanyakan orang menyebutnya dengan nama Tubantia. Selang beberapa menit sampai di perempatan Besito. Di perempatan Besito laju kendaraan saya tidak saya percepat. Karena di situ ada bayak siswa siswa berseragam putih biru dari sisi kiri jalan yang akan menyeberang ke kanan jalan. Mereka adalah murid-murid SMP 2 Gebog. Biasanya kalau pagi di perempatan besito memang selalu ramai.

Dari perempatan itu lalu saya meluncur ke selatan. Melewati desa Karang Malang. Di kiri dan kanan jalan banyak saya jumpai berbagai tanaman. Yang hijau dan menambah suasana jadi tambah asyik. Tidak lama berselang saya telah melewati perempatan panjang, yang ada di barat. Lalu saya meluncur lagi ke selatan. Melewati rumah tukang sunan, yaitu pak totok yang ada di desa peganjaran. Lalu melewati pertigaan gribig, kemudian sampailah di pertigaan sebelah selatan pabrik elektronik Polytron di kota Kudus.

Dari pertigaan itu lalu saya ambil arah ke kiri. Meuju ke arah perempatan sutjen. Jika pagi hari, di perempatan sutjen ini saya selalu menjumpai seseoang lelaki yang berdiri di tengah jalan. Sambil membawa sempritan. Pakaiannnya seperti pakaian polisi. Ia memamai baju warna coklat, dengan penutup kepala mirip seorang polisi. Pakaiannya kelihatan lusuh. Tubuh orang itu pun sangat jauh dari kesan gagah. Tubuhnya kurus dan agak dekil. Kulihat juga ada pistol mainan dari kayu yang diselipkan di pinggangnya sebelah kanan.

Dia sebenarnya tidak seorang polisi. Menurut beberapa orang yang pernah kutanyai. Orang tersebut dulu memang ingin menjadi seorang polisi. Karena cita-citanya tidak kesampaian mentalnya pun terganggu. Tapi dia tidak galak. Bahkan baik hati membantu orang lain dengan “menjadi polantas amatir” di perempatan sutjen. Jasanya memang banyak. Walaupun tidak pernah digaji, tapi dia tetap setia menjadi seorang polantas di pagi hari. Terkadang, orang yang kasihan pun menghampirinya dengan memberikan uang, rokok, bungkus jajanan dan sebagainya. Hal itu menunjukkkan bahwa masyarakat meilimki kepedulian social yang tinggi terhadap orang tersebut.

Dari perempatan itu lalu saya menuju kea rah timur, yaitu melewati jalan KH Turaichan Adjuri. Di jalan inilah kalau pagi banyak para siswa dan masyarkat yang lewat. Para siswa berpeci pun banyak. Karena sebagian besar yang lewat adalah para siswa yang sekolah di TBS. di sebelah kana nada MI TBS, selang beberapa meter pun kulewati gedung MTs TBS. kemudian saya lurus lalu sampailah pada sebuah gedung di sebelah kiri jalan yang cukup megah. Gedung tersebut terdiri dari tiga lantai yang membujur panjang ke utara. Catnya berwarna hijau, dengan halaman yang cukup luas. Di depan gedung terdapat beberapa pohon peneuh yang cukup rimbun. Pohon ini cukup memberikan kesejukan dan membuat suasana semakin asri. Di depan gedung tersebut ada sebuah papan hijau yang tulisannya berwarna putih. Di papan itu ada tulisan MA NU TBS Kudus dengan tulisan yang tegas.

Di depan gerbang gedung tersebut tengah ada seseorang yang berdiri. Seorang yang tingginya kurang lebih 165 cm. dengan memakai topi dan baju warna putih. Serta celana warna biru. Sambil membawa sempritan ia membantu para siswa untuk menyabrang. Ia adalah pak satpam MA NU TBS Kudus yang bernama Bp. Sadarudin. Atau kadang dipanggil dengan mas Sadaruddin, hal itu karena usianya yang memang masih sangat muda sekitar 21 tahun. Bersambung………..

Jumat, 11 November 2011

Guru Besar, Tak Hanya Nama



DI lingkup kampus, jumlah dosen atau akademisi yang menyandang gelar magister, doktor, profesor atau bahkan guru besar emeritus kiranya cukup banyak. Namun, para dosen atau guru besar kampus yang mampu memaparkan gagasan, ide, dan pengembangan keilmuannya secara tertulis dalam bentuk buku, agaknya masih sangat sedikit.

Di Indonesia, para dosen yang produktif membuat buku memang tidak banyak. Yang rajin menulis gagasan, berupa artikel di media massa saja masih sedikit, apalagi menulis buku. Bahkan ada guyonan yang menyatakan banyak profesor yang sekadar GBHN. Maksudnya guru besar hanya nama. Cuma mendapat gelar, label, atau berupa simbol akademis yang hanya melekat pada nama saja. Sungguh ironis.

Menulis Buku

Pertanyaannya adalah apakah seorang profesor atau guru besar yang tidak pernah menulis buku, bisa dikatakan kredibel dan diakui kepakarannya? Seorang dosen atau profesor yang hanya puas sibuk mengajar saja, tanpa pernah meneliti serta melakukan pengabdian masyarakat, dan menulis buku, kiranya belumlah bisa dikatakan sebagai akademikus kampus yang kredibel.

Dalam lingkup nasional dan internasional, akademisi yang belum memiliki karya tulis (publikasi artikel, jurnal, dan buku) kiranya belum bisa dianggap pakar, walaupun dia sudah bergelar MA atau PhD. Sebaliknya, walaupun baru lulus S1, jika sudah menulis buku, maka bisa dianggap pakar (Mario Gagho, 2005).

Memang banyak pendapat yang menyatakan bahwa, cara termudah bagi seorang aka­demisi untuk membangun kredibilitas aka­demiknya adalah dengan menulis buku.

Ini tidak berarti bahwa kalangan aka­de­mis yang tidak menulis buku dikatakan ku­rang kredibel. Mungkin bisa saja mereka le­bih pintar dari yang menulis buku. Tapi, tan­pa memiliki karya, bagai­mana orang tahu bah­wa sang dosen atau sang profesor me­miliki ka­pabilitas atau kemampuan aka­de­mis yang mumpuni?

Peradaban Intelektual

Menilik ke belakang, dahulu di zaman peradaban Islam pada Abad pertengahan, banyak melahirkan ilmuan Islam yang produktif menulis buku dan sangat mencintai ilmu pengetahuan. Contohnya adalah Ibnu Rusyd. Seorang ilmuan muslim cerdas dan intelek yang me­ngua­sai banyak bidang ilmu, se­perti Alquran, kedokteran, fisika, biologi, filsafat dan astronomi.

Ia lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Semasa hidupnya ia menghasilkan sekitar 78 karya tulis berbentuk buku. Selain itu, ada Ibnu Sina yang dinobatkan sebagai bapak kedokteran. Ia adalah seorang ilmuan yang jenius pada masanya dan juga sangat produktif menulis banyak buku (Wahyu Murtiningsih, 2008).

Para ilmuan Islam turut berperan besar dalam memajukan dunia Islam dan menyulut berkobarnya renaisans, yang menandai bangkitnya Eropa dari keterpurukan. Di negara-negara maju, seperti di Benua Eropa, seorang akademisi akan dianggap seorang cendikiawan dan diakui kepakarannya jika dia sudah menelurkan karya tulis berupa buku. Produktivitas menulis buku penduduk di Benua Eropa memang cukup positif dan mampu menyebabkan berbagai ilmu pengetahuan semakin berkembang.

Di kalangan guru besar kita, beberapa penulis buku produktif yang patut ditiru antara lain adalah almarhum Prof Dr Kuntowijoyo. Ia adalah tokoh budaya Indonesia yang haus ilmu. Seorang guru besar emeritus Fakultas Ilmu Budaya UGM. Sastrawan yang mahir berkata-kata. Serta seorang sejarawan akademis yang telaten dan produktif berkarya.

Selain itu, ada Rhenald Kasali, seorang guru besar FE UI yang sangat produktif juga menulis buku. Guru besar lain yang juga produktif menulis di antranya adalah Prof Mudrajad Kuncoro PhD. Guru besar Ilmu Ekonomi, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Yang unik adalah Budi Sutedjo Dharma Oetomo SKom MM, dosen Fakultas Teknologi Informasi UKDW Yogyakarta berhasil meraih piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Budi di­catat oleh Muri atas rekor penulis pada 84 me­dia, dengan materi 145 bidang ilmu yang diterbitkan dengan menggunakan 18 inisial. Kini, Budi telah menghasilkan lebih dari 1.058 karya, terdiri atas 629 opini, 21 feature, 164 ar­tikel populer, 49 artikel ilmiah, dan 195 ad­vertorial yang dimuat di berbagai media, dan to­tal menulis buku mencapai 95 buah. (Sua­ra Merdeka, 7/10/2011).

Itulah sebagian contoh guru besar dan do­­sen yang patut ditiru karena produktivitas in­­­telektualnya dalam berkarya dan membuat bu­­ku. Semua pihak tentu berharap bahwa pa­­­ra profesor kampus di Indonesia dapat men­­jadi guru besar yang tak hanya sekadar na­­ma saja. Tetapi menjadi guru besar yang me­­mang memiliki kredibilitas karena banyak melakukan penelitian, menulis buku, artikel atau publikasi ilmiah lainnya. (24)

(Dimuat di koran Suara Medeka pada hari Sabtu, 29 Oktober 2011)

—Muhammad Noor Ahsin SPd, mantan aktivis pers mahasiswa Unnes, pendidik dan peneliti sosial di Madrasah Aliyah NU TBS Kudus.

Jangan Hanya Pandai Retorika, Mulailah Menulis

DALAM dunia kampus, menulis merupakan sebuah aktivitas intelektual yang sangat bermanfaat dan dapat mengasah kreativitas seseorang. Para mahasiswa yang gemar menuangkan gagasan kreatifnya di media massa, sudah pasti namanya akan moncer karena dikenal oleh publik secara luas.

Mahasiswa yang demikian, tentu tidak hanya dapat mengharumkan nama baik dirinya, tapi juga dapat membanggakan seluruh civitas academica kampus tempatnya menuntut ilmu. Dengan menulis di media massa, seseorang akan dikukuhkan sebagai warga intelektual. Serta, kiranya tidaklah berlebihan apabila mereka dikatakan sebagai ’’selebritas’’ kampus.

Manfaat yang didapat dari aktivitas menulis tentu sangat banyak. Sahabat Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan, ikatlah ilmu dengan tulisan. Perkataan yang bernada anjuran menulis ilmu tersebut tentu mempunyai makna yang sangat dalam. Dengan aktivitas menulis, seseorang akan dimuliakan karena ilmu yang ia tulis. Itu sesuai dengan janji Allah kepada makhluknya, yaitu Allah akan mengangkat derajat orang-orang berilmu menjadi beberapa derajad. Makna kata derajad di atas tentu adalah kemuliaan. Pembuktian kemuliaan itu dapat diketahui melalui dua cara, yaitu mulia di dunia (mendapat materi) dan mulia di akhirat (ahli surga).

Dalam lingkup kampus, mahasiswa yang tulisannya dimuat, tidak jarang tiba-tiba menjadi bahan perbincangan karena menulis di media massa. Mungkin itulah salah satu dampak positif yang akan didapat seseorang mahasiswa yang namanya bisa nongol di media massa. Seorang yang menulis tentu akan dikenal secara positif oleh warga kampus dan masyarakat. Di samping itu, ketika tulisan yang ditulis mahasiswa dapat memberikan manfaat kepada khalayak umum, tentu dapat bernilai ibadah, dan kerja kreatif tersebut tentu bisa mendapatkan pahala. Orang yang berpahala, jaminannya adalah surga.

Dengan menulis, para mahasiswa dapat menuangkan bermacam ide ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan sebuah aktivitas intelektual dan wujud eksistensi seseorang untuk berkiprah dan berbagi ide kepada orang lain. Kebahagiaan seorang penulis adalah ketika tulisannya dimuat di media massa, lebih-lebih ketika dikomentari seseorang, menjadi buah bibir, dan tentunya ketika menerima honor.

Para pemikir zaman dahulu, seperti Aristoteles, Plato, Einstein, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, Soe Hok Gie, dan sebagainya dapat diketahui kadar intelektualitasnya, salah satunya melalui karya atau tulisan yang dihasilkannya. Walaupun mereka sudah meninggal, tapi mereka seolah masih ada dan masih bisa memberi manfaat karena telah meninggalkan tulisan atau karya yang bisa dibaca setiap orang sepanjang massa.

Membaca

Sayangnya, masih sedikit mahasiswa dan warga umum yang rajin menulis di media massa.
Diskursus kegiatan menulis atau budaya literasi di kalangan mahasiswa memang belum semarak. Bisa dikatakan hanya mahasiswa-mahasiswa tertentu saja yang eksis dan rajin menulis. Itu pun persentasenya masih sangat sedikit.
Kendati demikian, asalkan ada keinginan, niat dan usaha yang tekun untuk menulis, semua mahasiswa tentu bisa menjadi penulis. Semangat menulis sudah semestinya ditumbuhkan dalam diri setiap mahasiswa. Janganlah berhenti menulis hanya gara-gara beralasan tidak punya waktu atau sebagainya.

Tetaplah menjaga konsintensi dalam menulis. Selain itu, hal penting untuk menunjang profesi menulis adalah dengan banyak membaca buku. Bisa dikatakan, buku adalah gudang ilmu dan gudang kosakata yang dapat menjadi amunisi mahasiswa dalam menulis. Sangatlah mustahil menjadi penulis jika kita tidak suka membaca. Karena membaca itu berbanding lurus dengan kemampuan menulis.

Dengan membaca, kita banyak menemukan informasi, ide, dan imajinasi. Karena bacaan dapat menjadi sumber atau referensi yang bisa kita kemas menjadi sebuah tulisan yang bagus. Membaca tidak hanya yang berbentuk buku, tapi juga membaca secara luas, dalam arti membaca fenomena dan permasalahan yang ada dalam masyarakat. Jadi mahasiswa dituntut peka terhadap keadaan lingkungan sosialnya. Di sinilah elemen faktor membaca begitu sangat penting sekali. Kita bisa menyelami berbagai macam kota, negara, benua dan seluruh tempat di dunia dengan membaca.

Setelah banyak membaca lalu menulislah. Gagasan yang hanya diomongkan secara lisan tidaklah akan bertahan lama.
Mahasiswa jangan hanya pintar pidato dan sekadar retorika saja. Putuskan mulai sekarang ini untuk selalu menyempatkan waktu membaca dan menulis.
Seperti pepatah latin, scripta manent verba volant (yang tertulis akan mengabdi, yang terucap akan berlalu bersama angin). (24)

(Dimuat di Koran Suara Merdeka pada hari Sabtu, 25 Juni 2011)

—Muhammad Noor Ahsin SPd, mantan aktivis pers mahasiswa di Tabloid Nuansa BP2M Unnes, pendidik dan peneliti sosial di Madrasah Aliyah NU TBS, Kudus.

Rekonstruksi Gerakan Pers Mahasiswa

DEWASA ini, geliat perkembangan pers mahasiswa (persma), di tiap kampus mengalami dinamika yang menggairahkan. Hampir semua kampus telah memiliki lembaga pers yang dikelola oleh para mahasiswa sebagai media informasi, wahana pengembangan kreativitas, dan ajang pertukaran ide.

Dengan pers mahasiswa, beberapa informasi kegiatan, kebijakan kampus, opini mahasiswa, dan informasi lainnya dapat disajikan, baik dalam bentuk buletin, tabloid, ataupun majalah kampus. Menu informasi yang dibuat dan diolah oleh para awak media kampus tentunya dapat berkorelasi positif terhadap perkembangan dinamika bagi kebebasan berkreasi dan bersuara para mahasiswa untuk menunjang demokratisasi kampus.

Mendidik Pembaca

Fungsi persma atau bisa disebut pers kampus di antaranya adalah sebagai media informasi kampus dan alat pengontrol kebijakan publik. Selain itu, persma juga berfungsi menjadi corong bagi perjuangan gerakan mahasiswa melalui jalur tulisan, karena eksistensi persma diakui mampu memengaruhi opini publik.
Untuk itu, pers mahasiswa sudah semestinya dapat meningkatkan peran untuk ikut mendidik warga kampus, lewat berbagai tulisan yang kritis dari berbagai disiplin ilmu. Pers berbasis idealisme, seperti pers mahasiswa, misalnya, tidak saja menampilkan tulisan-tulisan ilmiah kaku yang tidak aplikatif, namun diharapkan juga dapat menyajikan pemikiran kritis segar, agar dapat menggugah kesadaran moral dan dapat mencerdaskan pembaca tidak hanya warga kampus, tapi juga masyarakat luas.

Rekonstruksi gerakan pers mahasiswa tersebut sudah semestinya menjadi perhatian bersama, agar ke depan persma lebih banyak berperan untuk turut mendidik masyarakat pembaca secala lebih luas.
Menilik ke belakang, dengan pers, para tokoh kemerdekaan Indonesia dahulu juga melakukan gerakan dan perjuangan melalui tulisan untuk memengaruhi publik dan mendidik masyarakat dalam upaya memperjuangkan cita-cita kemerdekaan. Walaupun tingkat pendidikan mayoritas rakyat saat perjuangan kemerdekaan Indonesia masih rendah, para tokoh pergerakan bangsa sangat sadar bahwa lembar pers bisa dijadikan medium mengampanyekan ide-ide nasionalisme, selain mimbar-mimbar persatuan. Dengan pers pula, pesan dan gagasan memiliki tingkat aksebilitas dengan cakupan luas, terutama di kancah internasional.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari gerakan pers para tokoh kemerdekaan bangsa. Dengan pers, para tokoh bangsa dahulu sangat getol menyuarakan gagasan, aspirasi, dan ide-ide tentang nasionalime serta perjuangan melawan penjajah.

Tesis bahwa bangunan kebangsaan kita didirikan dari tradisi pers bisa dilihat dari fakta sejarah bahwa nyaris seluruh tokoh kunci pergerakan kebangsaan dan nasionalisme adalah tokoh pers. Posisi para tokoh kunci pergerakan kebangsaan Indonesia, dalam struktur pers umumnya adalah pemimpin redaksi atau paling rendah adalah redaktur. Sebagai contoh, HOS Tjokroaminoto yang kita kenal sebagai salah satu ’’guru pergerakan’’ adalah Pemimpin Redaksi Oetoesan Hindia dan Sinar Djawa.

Tiga serangkai, Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Dr Tjipto Mangunkusumo menukangi De Express. Selain itu, ada nama Semaoen, diusianya 18 tahun sudah memimpin Sinar Djawa yang kemudian berubah menjadi Sinar Hindia.
Sebelum berkosentrasi mengurus dasar pendidikan, Ki Hajar Dewantara adalah Pemimpin Redaksi Persatoean Hindia dan bahu membahu bersuara dalam majalah Pemimpin. Adapaun Soekarno menjadi Pemimpin Redaksi Persatoean Indonesia dan Fikiran Ra’jat.

Setelah pulang dari Belanda dan menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Indonesia Merdeka dalam Perhimpunan Indonesia (PI), Mohmmad Hatta dan dibantu Sjahrir menakhodai Daulat Ra’jat. Bahkan Amir Sjarifuddin dalam Partindo menjadi Pemimpin Redaksi Banteng, serta masih banyak lagi (Taufik Rahzen, 2007).

Peran Penting Persma

Hal di atas merupakan sedikit kisah tentang gerakan pers para tokoh bangsa pada masa prakemerdekaan. Gerakan pers yang dilakukan para tokoh kemerdekaan zaman dulu dengan gerakan pers mahasiswa tentunya memiliki banyak perbedaan. Akan tetapi, keduanya tentu memiliki kesamaan, di antaranya untuk menginformasikan berita, alat kontrol publik, dan mendidik pembaca.

Fungsi mendidik pembaca sudah semestinya dijadikan spirit utama bagi gerakan Persma untuk lebih berperan dan berkontribusi secama luas. Dalam menyajikan tulisan, sisi kreativitas, dan daya inovasi awak persma sangat dibutuhkan dalam menentukan tema suguhan peristiwa agar menarik dan layak diinformasikan.

(dimuat di Koran Suara Merdeka hari Sabtu, 11 Juni 2011)


—Muhammad Noor Ahsin SPd, mantan aktivis pers mahasiswa di Tabloid Nuansa BP2M Unnes, pendidik dan peneliti sosial di Madrasah Aliyah NU TBS, Kudus.
From: Suara Merdeka

Kamis, 05 Mei 2011

Pengaruh Internet dan IT Bagi Siswa


Bagi siswa di Kudus, kalau mengaku anak gaul tapi tidak bisa pakai internet atau tidak paham tentang IT jelas tidak bisa dikatakan gaul. Di zaman era digital ini rasanya tidak ada salahnya apabila penggunaan teknologi internet dan penguasaan IT menjadi kriteria siswa sadar teknologi, cerdas dan gaul.

Gaul tidak hanya untuk orang yang gila mode pakaian, punya motor bagus dan sebagainya. Di era digital zaman sekarang, Gaul yang cerdas dan mendidik dewasa ini kudu harus bisa internet dan paham teknologi informasi. SIswa yang paham internet dan bisa mengoperasikan teknologi tentu bolehlah kalau dikatakan sebagai siswa gaul. kita tahu bahwanologi internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.

Secara umum ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang mempunyai akses ke internet. Berikut ini sebagian dari apa yang tersedia di internet, pertama Informasi untuk pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentang pendidikan, kesehatan, rekreasi, hobby, pengembangan pribadi, rohani, sosial dan sebagainya. Kedua Informasi untuk kehidupan profesional/pekerja :sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi, asosiasi bisnis, berbagai forum komunikasi.

Satu hal yang paling menarik ialah keanggotaan internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran. Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap anggotanya. Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, sudah waktunya para profesional Indonesia memanfaatkan jaringan internet dan menjadi bagian dari masyarakat informasi dunia.


Teknologi Informasi
Di samping itu, siswa gaul juga mestinya sadar teknologi atau tau tentang TI. Teknologi informasi bagi siswa di sekolah merupakan penting. Siswa sekolah di Kudus mestinya sudah menjadi kebutuhan untuk tau akan teknologi informasi. Karena TI dapat bermanfaat yang banyak bagi peningkatan nilai dan menunjang hasil belajar mengajar siswa didik di sekolah.

Meskipun demikian, teknologi internet bak pisau bermata dua. Walaupun di satu sisi punya banyak dampak positifnya, tapi di sisi yang lain juga punya pengaruh efek negatifnya. Hal itu sangat tergantung dari pemakainya. Anggapan semakin banyaknya masyarakat yang cenderung menyalahgunakan kecangihan teknologi internet dengan melakukan akses situs-situs tertentu yang bernuansa pornografi, info kriminalitas, seks, serta gambar atau video tidak mendidik lainnya merupakan salah satu efek dari zaman globalisasi.

Penggunaan internet dan TI dapat bermanfat bagi siswa dan bisa mencerdaskan manakala informasi yang dibaca atau diunduh adalah informasi yang penting, mendidik dan dapat meningkatkan wawasan. Banyak segi positif yang didapat dari teknologi itu. Misalnya, sekarang ini orang berbisnis dan menawarkan barang bisa melalui internet. Berkirim informasi dan surat-suratan juga bisa melalui email dan sebagainya. Untuk itu, bagi siswa, manfaatkanlah teknologi internet untuk menunjang belajar dan meningkatkan potensi diri. Semoga para siswa menjadi lebih maju dan tidak gagap teknologi (gaptek).



Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Peminat Kajian Teknologi,
Guru MA NU TBS Kudus

Selasa, 03 Mei 2011

Ngenet Sehat Bareng Kang Mus, Perlu Tindak Lanjut


Judul tersebut merupakan respon penulis berkaitan dengan gagasan nge-net sehat yang didengungkan oleh kang Mus (Sapaan akrab Bp. H. Musthofa Wardoyo) yang bekerja sama dengan mitra acara, diantaranya Speedy Telkom, Pemerintah Kabupaten Kudus, Jurusan sistem informasi UMK, Djarum Kudus, dan lain sebagainya.

Kegiatan nge-net sehat tersebut rencananya akan diadakan di alun-alun kota Kudus pada Ahad tanggal 8 Mei 2011. Kegiatan tersebut berencana untuk memecahkan rekor Muri yang ditargetkan akan dihadiri oleh 2.500 orang lebih. Program ini merupakan sebuah acara untuk memperingati hari pendidikan yang jatuh pada tanggal 2 Mei.

Dalam rangkaian acara tersebut, pihak panitia juga menyelengarakan pelatihan membuat blog gratis, lomba membuat blog bagi siswa sekolah dan guru. Lomba desain web, sms gateway dan sebagainya. Program kegiatan tersebut merupakan program bagus dan gagasan yang sangat kreatif.

Gagasan nge-net sehat bareng kang Mus untuk memperingati Hardiknas untuk memecahkan rekor MURI kiranya patut diapresiasi oleh banyak pihak. Program tersebut dapat menciptakan iklim yang kondusif berkaitan dengan masyarakat sadar teknologi dan menciptakan citra yang baik bagi kota Kudus di kalangan masyarakat.

Acara tersebut bisa juga digunakan momentum kota Kudus untuk menjadi kota cyber. Masyarakatnya melek teknologi, biasa menggunakan internet, dan tetap santun. Tentunnya masyarakat harus mendukung program tersebut. Para guru, siswa, pegawai, swasta dan masyarakat umum dapat turut hadir meramaikan acara tersebut.

Perlu Tindak Lanjut
Meski demikian, penulis berharap semoga nanti setelah acara nge-net bereng Kang Mus , pemerintah mempunyai follow up atau tindak lanjut yang jelas, dan terencana berkaitan dengan pengembangan kudus menjadi kota yang sadar teknologi informasi, makin modern, beradab dan juga beretika.

Hal itu menurut penulis kiranya sangatlah penting. jika kegiatan pengembangan masyarakat Kudus sadar teknologi semacam itu hanya menjadi agenda dan tidak ada tindak lanjut maka akan terasa acara itu hanya acara seremonial belaka. Semoga saja masukan-masukan ide kecil saya ini didengar oleh panitia penyelenggara dan juga pihak pemerintah kabupaten Kudus. Kita semua tentu berharap ke depan bahwa Kota Kudus yang terkenal sebagai Kota kretek, kota santri dan kota industri ini, kelak semisal diplanning dengan benar terarah dan terencana oleh stakeholder terkait mendapat pengakuan dari masayarakat luar sebagai Kota Cyber yang masyarakatnya sadar teknologi informasi dan melek teknologi. Semoga saja.



Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Peminat Kajian Teknologi,
Pernah Menjadi Reporter di Tabloid Nuansa Semarang,
Guru MA NU TBS Kudus

Rezim Inovasi Teknologi dan Kesuksesan


Dewasa ini, orang yang bekerja di ranah teknologi sangatlah banyak. Mulai dari teknologi internet, otomotif, Handphone, printer, LCD, media teknologi pembelajaran sekolah dan sebagainya.

Hobi orang yang menyukai teknologi juga dapat menuntungkan dan bisa sukses. Karena orang hidup tentunya berharap menginginkan kesuksesan. Hidup bisa dikatakan merupakan sebuah pengorbanan meraih hasrat atau keinginan. Tanpa adanya keinginan atau cita-cita manusia tak akan bisa berkembang menjadi pribadi yang sukes. Cita-cita merupakan sebuah pemantik meraih tujuan yang ingin digapai manusia. Dengan kata lain, sebuah keinginan tanpa adanya tujuan yang jelas sungguh mustahil kita bisa meraihnya.

Pernyataan tersebut kiranya sangat beralasan. Kita tentu memahami, sebuah usaha merupakan jalan menuju sebuah tujuan atau keinginan hidup. Dengan kerja keras manusia bisa mendapatkan segala hal yang diimpikan sebelumnya. Banyak cara yang dilakukan orang menuju kesuksesan, entah itu sukses dunia maupun akhirat. Selama kita masih mempunyai mimpi dan keinginan yang kuat, cita-cita apapun pasti bisa diraih.

Untuk itu, mimpi, gagasan, cita-cita besar, dan imajinasi perlu dibangun di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, yang menjadi bahasan mendasar sekarang adalah, bagaimana dunia pendidikan Indonesia diharapkan tidak hanya mampu menciptakan lulusan yang cerdas IQ-nya saja tetapi juga cerdas dari sisi Emotional, Spiritual, dan Sosial Quotient-nya serta berdaya saing tinggi. Segala harapan dan impian besar tersebut bisa saja terwujud, asal ada keinginan, semangat yang tinggi untuk meraihnya, dan kerjasama berbagai pihak.

Dalam etika percaturan global, setiap individu dituntut untuk berkompetisi secara fair dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Individu yang belum siap mengatur strategi tentu akan tersingkir di panggung kompetisi, baik tingkat lokal maupun global. Menurut Gary Hamel, Sesungguhnya kompetisi yang terjadi saat ini tidak lagi antarindividu atau antarbangsa melainkan antar rezim inovasi teknologi dan kreativitas.


Kreativitas dan Inovasi Teknologi

Memang tidak dapat dimungkiri bahwa bangsa-bangsa di dunia ini bergerak beriringan dalam pusaran inovasi. Entah itu inovasi budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan, maupun teknologi komunikasi. Dengan inovasi manusia mampu melahirkan berbagai macam ide brilian dan kreativitas ke dalam ranah yang digeluti.

Kreativitas dan inovasi teknologi yang dilakukan oleh manusia merupakan sebuah laku intelektual dengan kecerdasan nalar manusia untuk menciptakan sebuah hal baru yang berguna bagi manusia. Dengan menciptakan ide atau inovasi yang bermanfaat kita tentu bisa dikatakan berguna. Dalam islam, sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Oleh karena itu jadilah orang yang bermanfat bukan untuk diri kita tapi juga orang lain. Orang yang bermanfat tentu jaminannya adalah surga.
Untuk itu, kuasailah teknologi. Dengan teknologi dan inovasi, masyarakat indonesia semoga lebih maju dan berjaya. Penguasaan teknologi merupakan sebuah tantangan yang harus dijadikan prioritas pemerintah untuk kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa Indonesia.



(Tulisan di atas pernah dimuat di bulein El-Insyaet, terbit pada bulan Maret 2011)

Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus

Google Maps dan Manfaat Bagi Pembelajaraan


Kalau pada masa dahulu jika orang ingin mengetahui keberadaan keluarganya, tamannya, atau yang lain, mereka pergi ke dukun atau para normal untuk bertanya di mana keberadaan mereka. Tapi sekarang di masa modern saat ini kita bisa bertanya kepada Si Dukun yang amat terkenal di seluruh benua, beliau adalah Syeh Empu Google Maps. Demikianlah penulis menyebut sebutan program Google Maps dengan tambahan “Syeh”.

Memang diakui bahwa, fasilitas program internet, salah satunya Syeh Google Maps mempunyai manfaat yang banyak. Program tersebut dapat mengetahui keberaadaan letak rumah, orang, hewan dan lain sebagainya.

Bagi dunia pendidikan Syeh Goole mempunyai manfaat yang tidak sedikit. Mata pelajaran yang erat dengan pemanfaatan google map adalah pelajaran geoggrafi, sejarah sosial dan sebagainya. Dengan program tersebut siswa dapat mengatahui struktur bumi letak garis bujur, garis lintang dan sebagainya. Siswa juga dapat mengidentifikasi nama daerah, jalan, rumah, kota-kota di berbagai pelosok wilayah di belahan dunia mana pun.

Semisal di ruang kelas atau ruang multi media sekolah di Kudus ada komputer dan LCD yang tersebung internet, maka untuk pelajaran geoggrafi dan sebagainya ketika guru menjelaskan tentang daerah tempat sesuatu semisal menara kudus dilihat dari satelit, atau ke Mekkah, Kairo, London, Hawai, Bali dan sebagainya guru dapat langsung menunjukkan letaknya dengan bantuan program google maps.

Jika ini dipraktekkan, pembelajaran di kelas tentu akan lebih menarik. Ketika siswa tertarik dengan pembelajaran di kelas, tentu akan berbanding lurus dengan pemahaman siswa akan materi pelajaran yang disampaikan oleh Guru.


Pemahaman Guru Terhadap Teknologi

Hai itu dapat terwujud tentuntya harus ditunjang dengan peralatan Teknologi dan pemahaman guru di sekolah akan kemampuan penggunaan alat-alat teknologi pembelajaran. Jadi teknologi informasi dan internet merupakan suatu kebutuhan yang dirasa amat penting bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa pada program google Map versi sebelumnya hanya bisa melihat peta dalam model digital atau via satelit, tapi sekarang pengguna google maps juga bisa memantau lokasi teman secara real time. Bahkan sekaligus bisa berbagi status message layaknya chatting.

Demikianlah salah satu manfaat dari syeh google Maps. Di blog saya ini di bagian bawah juga saya fasilitasi dengan program google Maps. Pembaca dan pengunjung blog saya ini dapat menggunakan faslitas ini. Semoga aplikasi tersebut dapat bermanfaat. Untuk itu, Mengingat betapa pentingnya program tersebut bagi dunia pendidikan, guru dan siswa hendaknya terus belajar untuk memahami dan menerapkannya dalah menunjang pembelajaran di sekolah supaya pembelajaran lebih menarik.



Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Penikmat dan Pengguna Teknologi,
Guru MA NU TBS Kudus

Senin, 02 Mei 2011

Menggagas Internet Masuk Desa di Kudus


Judul tersebut merupakan sebuah gagasan penulis yang pengen mewujudkan masyarakat Kudus sadar Teknologi, utamanya teknologi internet. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa internet banyak manfaatnya bagi masyarakat. di samping itu, teknologi internet seolah sudah menjadi kebudayaan dalam mengakses informasi di zaman globalisasi ini.

Penulis mempunyai ide membuat taman belajar di setiap kecamatan yang ada di kudus dan taman tersebut nanti di pasang hotspot untuk akses internet. Dalam taman itu dapat dijadikan sebagai media meningkatkan pengetahuan dan juga bisa sebagai sarana publik untuk bertukar informasi dan diskusi sambil mengakses internet.

hal ini penting, mengingat di Kota Kudus area hotspot untuk publik dan masyarakat kudus masih terbatas di sekitar alun-alun kudus dan tempat tertentu saja. bagi masyarakat di kecamatan Gebog, kaliwungu, undaan, Mejobo, Jekulo, Dawe dan lainnya yang punya laptop tapi tidak langganan internet jika pengen hotspotan ke alun-alun Kudus tempatnta sangat jauh.

Masalah inilah yang penulis tangkap ketikan berdiskusi dengan kawan saya dari desa menawan yang punya laptop tapi tidak bisa hospotan. meski punya laptop, kalu ingin browsing internet mesti kudu ke warnet. hal itu adalah salah satu keluhan yang dialami masyarakat berkaitan dengan area hospotan grati di kudus yang terbatas.

Untuk itu, kirannya pemerintah kudus memberikan perhatian pada keluhan ini. gagasan penulis supaya pemerintag membagun taman belajar di tiap kecamatan di Kota Kudus yang ada are hospotannya hendaknya supaya diperhatikan dan direalisasikan. Dengan begitu, harapan program internet masuk desan dan harapan meningkatkan masyarakat Kudus sadar teknologi sedikit demi sedikit dapat terwujud. Semoga.



Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd
Guru MA NU TBS Kudus

Internet Sehat Sebagai Vitamin Harian Masyarakat


Dalam era global seperti sekarang ini, berbagai penemuan alat teknologi seperti penemuan teknologi komunikasi, handphone, televisi, tansportasi, komputer, teknologi internet dan sebagainya telah memberikan manfaat dan dampak positif yang cukup banyak. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi atau media elektronik utamanya internet tersebut telah membuat dunia menjadi semakin dekat dan seolah tanpa batas.

Informasi apapun mulai dari pendidikan, hiburan, dan info penting lainnya dapat kita unduh dari teknologi internet hanya dengan meng-klik mouse di depan layar monitor komputer. Canggihnya lagi, informasi di internet pun sekarang juga dapat di akses melalui handphone. Berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang tua, pegawai, mahasiswa, pelajar dan bahkan anak-anak pun banyak yang sudah mahir serta akrab memanfaatkan teknologi internet tersebut.


Internet Sehat bagi Kita

Penggunaan Internet banyak manfaatnya dan dapat menyehatkan manusia. menyahatkan dalam arti sehat pikiran dan wawasan yang dapat meningkatkan kecerdasan manusia. asalkan informasi yang dibuka dan dibaca oleh masyarakat merupakan informasi yang baik dan juga mendidik.

Hal itu karena, dengan informasi manusia dapat wawasan yang banyak. Internet sangat berguna bagi siswa, guru, masyarakat, pegawai, dan lain sebagainya. Di Era digital ini, kebutuhan akses informasi sangatlah penting sekali. oleh sebab itu, masyarakat sudah semestinya dapat menggunakan teknologi internet dan mengaksesnya dengan baik.

Sesorang yang sudah punya komputer atau laptop jika ingin mengakses internet bisa langganan internet kepada pihak-pihak tertentu seperti langganan dengan SPEEDY Telkom. atau juga bisa memakai modem. hal itu tergantung keinginan masyarakat tersebut. Mari gunakan informasi internet dengan bijak. Ambil dan baca informasi yang bai, tinggalkan informasi yang jelek. Bravo teknologi internet..


Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Peminat teknologi,
Guru MA NU TBS Kudus

Manfaat CCTV Bagi Pendidikan Sekolah di Kudus


Dewasa ini, Teknologi CCTV bagi Sekolah merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting. Di sekolah Penulis, tepatnya di MA NU TBS Kudus, pemasangan kamera pemantau yang ditempatkan di kelas-kelas sudah dilakukan. Siswa menjadi lebih tertib dan bisa dikontrol tanpa harus mendatangi siswa di kelas.

dahulu, sebelum MA NU TBS Kudus belu di pasang CCTV, siswa agak sedikit kurang terkontrol. Segala perilaku siswa tidak bisa dipantau oleh guru secara penuh. siswa banyak yang tidak tertib dan sebagainya. alhamdulillah sejak adanya pemasangan CCTV kondisi belajar mengajar di sekolah menjadi lebih baik.


Perhatian Pemerintah Kudus

Berkaca dari hal itu, mengingat betapa pentingnya Teknologi CCTV bagi sekolah, maka perlulah kiranya pemerintah memfasilitasi teknologi ini bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Khusus bagi Sekolah di Kota Kudus, bagi sekolah yang belum punya CCTV hendaknya pemerintah kabupaten kudus memikirkan hal itu.

Penerapan dan pemasangan CCTV di tiap sekolah dapat meningkatkan perubahan yang baik bagi dinamika pembelajaran dan juga keamanan di sekolah. jika pemerintah peduli menerapkan CCTV dan membantunya, harapan untuk meningkatkan pendidikan di kudus juga tidak mustahil bisa diraih.

Kamera CCTV ternyata bukan hanya berguna untuk memanatau keamanan Sekolah dan instansi lain, tetapi sekaligus juga memecah kebuntuan masalah untuk memantau detil aktivitas guru, karyawan, siswa dan hal-hal lainnya.Gambar yang ditangkap oleh kamera CCTV ini dapat direkam dan dilihat dengan menggunakan internet, sehingga sekolah Anda tetap bisa memantau keadaan sekolaj di kudus sekaligus melihat kegiatan siswa dan guru. Tentu saja, penggunaan kamera CCTV ini memberi rasa nyaman lebih di hati jika ingin meninggalkan sekolah . Hal tersebut sebagai tindakan preventif jika terjadi sesuatu, kamera CCTV dapat membantu mengindentivikasi pelaku.

Mengingat betapa pentingnya teknologi CCTV bagi sekolah, maka hendaknya pemerintah kabupaten Kudus untuk peduli dan memberikan bantuan bagi sekolah yang belum punya kamera CCTV agar sekolah mereka punya kamera CCTV untuk menunjang pembelajaran di Sekolah. Semoga Saja.

Oleh Muhammad Noor Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus

Dampak Internet Bagi Siswa dan Masyarakat


Dewasa ini, derasnya arus globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan perubahan gaya hidup baru bagi peradaban manusia menjadi lebih maju dan modern. Kemajuan peradaban manusia itu merupakan sebuah keniscayaan di tengah ditemukannya alat-alat teknologi mutakhir yang semakin membantu serta memudahkan manusia dalam beraktivitas dan berinteraksi.

Dalam era global seperti sekarang ini, berbagai penemuan alat teknologi seperti penemuan teknologi komunikasi, handphone (HP), televisi, tansportasi, komputer, teknologi internet dan sebagainya telah memberikan manfaat dan dampak positif yang cukup banyak. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi atau media elektronik utamanya internet tersebut telah membuat dunia menjadi semakin dekat dan seolah tanpa batas.

Informasi apapun mulai dari pendidikan, agama, politik, science, hiburan, pelajaran sekolah, dan info penting lainnya dapat kita unduh dari teknologi internet hanya dengan hanya meng-klik mouse di depan layar monitor komputer yang terhubung jaringan internet. Berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang tua, pegawai, mahasiswa, pelajar dan bahkan anak-anak pun banyak yang sudah mahir serta akrab memanfaatkan teknologi internet tersebut. Canggihnya lagi, informasi di internet pun sekarang juga dapat di akses setiap saat melalui handphone, yang di zaman sekarang ini sebagian besar orang memilikinya.

Dampak Internet
Meskipun demikian, teknologi internet bak pisau bermata dua. Walaupun di satu sisi punya bannyak positifnya, tapi di sisi yang lain juga punya efek negatifnya. Hal itu tentu sangat tergantung dari pemakainya. Salah satu dampak negatifnya diantaranya semakin banyaknya masyarakat yang cenderung menyalahgunakan kecanggihan teknologi internet dengan melakukan akses situs-situs tertentu yang bernuansa pornografi, serta gambar atau video tidak mendidik lainnya. Dilihat dari sudut pandang etika, agama, dan moral, tindakan itu jelas kurang baik dan tidak terpuji serta dapat menimbulkan gejolak moral yang melanggar aturan agama dan norma-norma di masyarakat.
Parahnya, di negara ini, masalah bencana moral lainnya pun seolah selalu rutin terjadi dan saling berkesinambungan. Jika kita cermati di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik, hampir setiap hari kita disuguhi berita mengenai perbuatan amoral seperti pelecehan seksual, korupsi, pembunuhan, penganiayaan, pesta miras, narkoba, pencurian, tawuran antarpelajar, pacaran di luar batas kewajaran, kasus hamil di luar nikah, rekaman video mesum pelajar dan sebagainya. Hal itu jelas menjadi masalah moralitas bangsa yang seolah tiada henti.

. Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu, kalangan dunia pendidikan kita dibuat resah dengan kasus beredarnya rekaman video asusila dari Handphone yang dilakukan para pelajar berseragam SMA di kabupaten Cilacap. Para pelaku video asusila tersebut tercatat sebagai siswa SMA swasta berbeda sekolah di wilayah Kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap. Video asusila pelajar tersebut, kini telah beredar luas di tengah masyarakat Cilacap hingga eks Karesidenan Banyumas, Bahkan ke kota-kota lainnya, karena ditransfer melalui pengiriman jaringan antarpengguna ponsel.

Pembuatan video asusila dengan menggunakan teknologi HP pun seolah marak di kalangan pelajar dan juga mahasiswa. Fenomena tersebut jelas semakin menunjukkan bahwa bangsa ini mengalami degradasi moral dan mulai melunturnya pengamalan nilai-nilai agama di masyarakat. Kita pantas resah melihat fenomena gaya pacaran remaja antara pria dan wanita yang keblabasan tersebut. Dalam agama Islam Rasulullah saw pernah bersabda: bahwa jangan sekali-kali bersepi-sepian seorang pria dan wanita kecuali bersama muhrimnya (HR: Muttafaqun alaih). Dalam agama islam, berdua-duaan dengan lawan jenis saja dilarang, apalagi sampai melakukan freeseks dan sampai direkam. Sungguh ironis dan sangat memprihatinkan.

Fakta tersebut adalah sedikit dari beberapa kasus asusila pelajar yang terjadi di Indonesia. Permasalahan tersebut tentunya dapat mengancam nilai moralitas dan akhlak generasi muda bangsa. Mereka tidak menyadari bahwa pacaran keblabasan sampai merekam tindakan asusila merupakan tindakan bodoh yang sangat ceroboh. Fenomena tersebut seolah bagaikan gunung es, diperkirakan hanya sedikit yang baru diketahui dan disinyalir masih banyak kasus amoral dalam bentuk lainnya yang tidak diketahui publik.

Pentingnya Pendidikan Agama
Krisis multidimensional yang berujung pada degradasi moralitas generasi bangsa, salah satunya disebabkan oleh kurangnya pendidikan agama dan moral yang diintegrasikan dalam pelajaran dan kurikulum di sekolah serta kurangnya ketegasan dari pemerintah. Kecenderungan kebanyakan sekolah hanya mengutamakan pengembangan nilai kognitif dan psikomotorik, dan mengesampingkan nilai agama dan moral sehingga banyak terjadi krisis degradasi moral dan merosotnya akhlak di kalangan generasi muda.

Untuk membentengi pelajar dan anak-anak dari pengaruh negatif zaman globalisasi tersebut, pihak keluarga, sekolah, dan pemerintah berperan besar dalam memberikan arahan dan nilai-nilai agama dan moral kepada anak didik. Maka sudah seharusnya pemerintah, Dinas Pendidikan, pihak sekolah, keluarga, masyarakat secara bersama-sama peduli terhadap masalah ini. Misalnya pemerintah perlu berani menerapkan kebijakan untuk memblokir situs pornografi di Indonesia, merazia miras, narkoba dengan memberikan sanksi yang tegas, serta mengeluarkan kebijakan lainnya berkaitan dengan upaya meminimalkan perbuatan amoral terjadi di masyarakat.

Dalam hal ini, ketegasan dan keberanian pemerintah dan kerjasama berbagai pihak untuk sangat dibutuhkan untuk menuntaskan masalah moral generasi muda. Pelajar adalah generasi muda penerus bangsa yang kelak merupakan tulang punggung bagi pembangunan bangsa di masa depan. Agar tidak terkontaminasi dampak buruk globalisasi, para pelajar harus dijaga, dididik, dan hendaknya dibekali ilmu agama yang cukup supaya menjadi pribadi yang baik, bermoral, dan berakhlaq mulia.


Peminat Teknologi,
Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus

Mendambakan Guru Melek Teknologi



Dewasa ini, orang bisa dikatakan ketinggalan zaman apabila tidak mengikuti perkembangan informasi dan teknologi. Di ranah sekolah, guru yang tidak cakap dalam menggunakan sarana teknologi, khususnya media teknologi pembelajaran bisa dikatakan pendidik yang ketinggalan zaman atau guru gaptek (gagap teknologi).

Perkembangan teknologi mutakhir di bidang pendidikan sedikit banyak mempengaruhi perilaku guru dalam mengajar siswa didiknya di sekolah. Tentu seorang guru akan merasa sedikit tidak nyaman apabila dikatakan guru gaptek. Tidak hanya guru saja, masyarakat umum tentunya juga tidak mau dikatakan demikian. Dalam ranah pendidikan, hadirnya media pembelajaran tentunya sangat diharapkan kebermanfaatannya.

Dahulu ketika kecil, saat penulis sekolah, bapak atau Ibu guru mengajar menggunakan media pembelajaran papan tulis dan kapur tulis. Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan pun masih langka, belum begitu canggih, tidak modern, dan kurang menarik. Seiring dengan ditemukan teknologi, khususnya media pembelajaran pendidikan, kegiatan pembelajaran pun sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang positif. Siswa jadi semakin tertarik dengan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang canggih.
Dalam perkembangannya, banyak pelajaran dan bidang studi di sekolah yang menggunakan peralatan teknologi. Seperti bidang studi fisika, kimia, biologi, bahasa, komputer, dan lain sebagainya memiliki laboratorium khusus sesuai dengan bidang studi masing-masing. Hadirnya media teknologi pendidikan seperti microskop, laptop, LCD, dan juga sofware berkaitan dengan pembuatan media pembelajaran dan animasi seperti power point, swish, dan flash juga dapat berpengaruh meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga jadi lebih berkualitas dan menarik.

Pertanyaannya, apakah semua guru dapat menggunakan media pembelajaran seperti itu? Tentunya sulit menjawabnya. Sekolah maju yang mempunyai peralatan dan juga media pembelajaran yang canggih serta mutakhir saja belum tentu semua gurunya dapat mengoperasikan serta menggunakannya. Apalagi sekolah yang biasa, terpencil dan jauh dari kota. Keterbatan dana dan juga fasilitas menyebabkan ketimpangan dalam proses pembelajaran, khususnya tentang penggunaan teknologi dan media pembelajaran di sekolah. Hal itu adalah sedikit permasalahan yang ada dalam sekolah di Indonesia.

Meskipun demikian, guru pun tidak boleh cuek dengan adanya perkembangan teknologi pendidikan. Sebisa mungkin guru harus berusaha untuk mengikuti perkembangan teknologi dan berusaha belajar untuk menggunakannnya. Partisipasi pemerintah dalam memberikan bantuan terutama pengadaan media pembelajaran dan teknologi pendidikan di sekolah terpencil tentunya sangat diharapkan banyak kalangan. Dengan begitu, harapan nanti akan munculnya banyak guru yang kreatif serta melek teknologi.
Teknologi Pendidikan
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau problema yang harus dihadapai secara rasional dan ilmiah.
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan secara sitematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, keterampilan, ilmu. Jadi “Teknologi Pendidikan” dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut sistem tertentu yang akan dijelaskan kemudian. Teknologi pendidikan merupakan suatu ekspresi dari scientific movement atau gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles dan bergerak terus melalui Wund, Pavlov, Thorndike, Skinner, hingga masa kini (Nasution, 2005).

Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berpikir merasa, berbuat untuk menjadi pribadi yang berkembang. Kurikulum pun disusun untuk mendorong anak berkembang dan mencerdaskan anak bangsa sesuai tujuan pendidikan. Sudah selayaknya pendidik maupun anak didik harus tahu tujuan yang harus dicapai. Adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang keberhasilan pelajaran. Bila tujuan itu tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Salah satu cara meningkatkan pembelajan adalah dengan pengadaan fasilitas pembelajaran yang memadahi. Dalam hal ini media pembelajaran atau teknologi pendidikan mempunya pengaruh dalam meningkatkan pembelajaran di sekolah. Menurut Herusatoto, kata media berarti antara, medio berarti tengah yaitu antara dua bagian ujung yang satu dan bagian ujung yang lain, dan medium berarti bahan atau material yang dipakai sebagai perantara, atau berarti pula ukuran tengah antara ysng besar dan yang kecil. Jadi, baik media, medio, dan medium memiliki arti yang umum yaitu sebagai antara atau perantara media dapat diartikan sebagai alat penghantar untuk menyampaikan maksud atau pengertian yang terkandung didalamnya. Dengan kata lain, media pembelajaran bisa dikatakan suatu alat perantara untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dalam ranah pendidikan di sekolah.

Media pembelajaran di sekolah itu ada banyak, ada yang berbentuk audio, visual maupun gabungan keduanya yang biasa dinamakan audiovisual.Dalam teknologi pendidikan alat alat media pembelajaran disebut “hardware”. Alat alat itu dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga.
Dalam ranah pendidikan, alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan, seperti alat-alat audio-visual bukanlah pokok yang esensial. Berdasarkan kenyataan, alat-alat teknologi pendidikan, yakni alat audio visual, betapapun modernnya memang tidak dengan sendirinya mempermudah cara belajar atau memperdalam dan memperluas hasil belajar. Dengan kata lain, adanya teknologi pendidikan yang mutakhir sekalipun tidak secara otomatis pelajaran yang diberikan akan bermutu tinggi. akan tetapi, teknologi pendidikan tidak bisa dihindarkan dalam pendidikan. Kehadiran media dan teknologi pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk memudahkan guru dalam proses belajar mengajar.

Dalam hal ini, guru mempunyai peran besar dalam membimbing dan membelajarkan materi yang menarik kepada siswa didik. Perkembangan teknologi pendidikan yang cepat juga hendaknya dibarengi guru dengan memperbanyak wawasan dan juga belajar cara memanfaatkan teknologi pendidikan khususnya dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga, ke depan harapannya guru Indonesia akan lebih semakin kreatif, inovatif, lebih profesional dan tidak gaptek.


Muhammad Noor Ahsin,S.Pd.
Peminat Kajian Teknologi, Guru MA NU TBS Kudus

Internet Bagi Pembelajaran


Manfaat Internet sekarang sudah dapat dirasakan oleh berbagai kalangan. Manfaat Internet sebagai salah satu media terbesar di dunia bisa digunakan sebagai pendoronga majunya pendidikan masa depan.

Teknologi internet hadir sebagai media yang multifungsi. Komunikasi melalui internet dapat dilakukan secara interpesonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara masal, yang dikenal one to many communication (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seperti pada metoda konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.

Berdasarkan hal tersebut, maka internet sebagai media pendidikan mampu menghadapkan karakteristik yang khas, yaitu diantaranya pertama sebagai media interpersonal dan massa, kedua bersifat interaktif,ketiga memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun asinkron.

Karakteristik ini memungkinkan pelajar melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas bila dibandingkan dengan hanya menggunakan media konvensional.
Teknologi internet menunjang pelajar yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap dapat menikmati pendidikan. Metoda talk dan chalk, ”nyantri”, ”usrah” dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, mailing list, dan chatting.

Berikut adalah beberapa manfaat penggunaan teknologi informasi yaitu sebagai arus informasi tetap mengalir setiap waktu tanpa ada batasan waktu dan tempat, kemudahan mendapatkan resource yang lengkap,dan aktifitas pembelajaran pelajar meningkat.



Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus

Tantangan Zaman di Era Globalisasi


Dewasa ini, derasnya arus globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan perubahan gaya hidup baru bagi peradaban manusia menjadi lebih maju dan modern. Kemajuan peradaban manusia itu merupakan sebuah keniscayaan di tengah ditemukannya alat-alat teknologi mutakhir yang semakin membantu serta memudahkan manusia dalam beraktivitas dan berinteraksi.

Dalam era global seperti sekarang ini, berbagai penemuan alat teknologi seperti penemuan teknologi komunikasi, handphone, televisi, tansportasi, komputer, teknologi internet dan sebagainya telah memberikan manfaat dan dampak positif yang cukup banyak. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi atau media elektronik utamanya internet tersebut telah membuat dunia menjadi semakin dekat dan seolah tanpa batas.

Informasi apapun mulai dari pendidikan, hiburan, dan info penting lainnya dapat kita unduh dari teknologi internet hanya dengan meng-klik mouse di depan layar monitor komputer. Canggihnya lagi, informasi di internet pun sekarang juga dapat di akses melalui handphone. Berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang tua, pegawai, mahasiswa, pelajar dan bahkan anak-anak pun banyak yang sudah mahir serta akrab memanfaatkan teknologi internet tersebut.

Bencana Moral
Meskipun demikian, teknologi internet bak pisau bermata dua. Walaupun di satu sisi punya bannyak positifnya, tapi di sisi yang lain juga punya efek negatifnya. Hal itu sangat tergantung dari pemakainya. Anggapan semakin banyaknya masyarakat yang cenderung menyalahgunakan kecangihan teknologi internet dengan melakukan akses situs-situs tertentu yang bernuansa pornografi, info kriminalitas, seks, serta gambar atau video tidak mendidik lainnya merupakan salah satu efek dari zaman globalisasi.

Parahnya, di negara ini masalah bencana moral lainnya pun seolah selalu rutin terjadi dan saling berkesinambungan. Jika kita cermati di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik, hampir setiap hari kita disuguhi berita mengenai perbuatan amoral seperti pelecehan seksual, korupsi, pembunuhan, penganiayaan, pesta miras, narkoba, pencurian, pacaran di luar batas kewajaran, kasus hamil di luar nikah, rekaman video mesum pelajar dan sebagainya. Hal itu jelas menjadi masalah moralitas bangsa yang seolah tiada henti.

Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu, kalangan dunia pendidikan kita kembali dibuat resah dengan kasus beredarnya rekaman video asusila dari Handphone yang dilakukan para pelajar berseragam SLTA di kabupaten cilacap. Para pelaku video asusila tersebut tercatat sebagai siswa SMA swasta berbeda sekolah di wilayah Kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap. Video asusila pelajar tersebut, kini telah beredar luas di tengah masyarakat Cilacap hingga eks Karesidenan Banyumas, bahkan ke kota-kota lainnya, karena ditransfer melalui pengiriman jaringan antarpengguna ponsel dengan program Bluetooth.

Pembuatan video asusila dengan menggunakan teknologi HP pun seolah marak di kalangan pelajar dan juga mahasiswa. Fenomena tersebut jelas semakin menunjukkan bahwa bangsa ini mengalami degradasi moral yang cukup memprihatinkan. kita pantas resah melihat fenomena tersebut Sungguh ironis.

Fakta tersebut adalah sedikit dari beberapa kasus asusila pelajar yang terjadi di Indonesia. Permasalahan tersebut tentunya dapat mengancam nilai moralitas generasi muda bangsa. Mereka tidak menyadari bahwa pacaran keblabasan sampai merekam tindakan asusila merupakan tindakan bodoh yang sangat ceroboh. Fenomena tersebut seolah bagaikan gunung es, diperkirakan hanya sedikit yang diketahui dan disinyalir masih banyak kasus amoral dalam bentuk lainnya yang tidak diketahui publik. Disinyalir masih ada banyak kasus asusila lainnya yang terjadi dan meresahkan masyarakat.

Upaya Preventif
Untuk membentengi anak dari pengaruh negatif tayangan media tersebut, pihak keluarga dan sekolah berperan besar dalam memberikan arahan dan nilai-nilai moral kepada anak didik. Sebagai alternatif, di lingkungan sekolah guru hendaknya senantiasa mendidik siswa dan memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Selain diberikan contoh secara nyata, dalam pemberian pelajaran siswa pun perlu diberikan pemahaman dan pembelajaran tentang nilai agama, moral dan sisi kemanusiaan.

Maka sudah seharusnya pemerintah, Dinas Pendidikan, pihak sekolah, keluarga, masyarakat secara bersama-sama peduli terhadap kasus ini. Kepedulian semua pihak saja kiranya tidak cukup tanpa disertasi kebijakan dan tindakan nyata untuk menekan dan menuntaskan krisis moralitas pelajar supaya tidak kembali terjadi. Para pelajar adalah generasi penerus bangsa. Jika sejak muda moralnya bejat dan meyimpang, tentu akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan generasi penerus bangsa Indonesia mendatang.




Tulisan untuk Majalah Ath Thullab



Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus

LBA TBS Studi Banding ke UIN Sunan Kalijaga


Lembaga Bahasa Asing (Arab Inggris) serta lembaga Falakiyyah (astronomi) MA NU TBS Kudus pada Rabu kemarin, mengadakan studi banding ke Fakultas Adab jurusan Bahasa Arab dan bahasa Inggris UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan hunting tourist di komplek wisata candi Borobudur, serta berkunjung ke Lembaga Hisab dan Rukyat di Kantor Wilayah Kementrian Agama DI Yogyakarta.

Peserta LBA dan Falakiyyah sebanyak 170 siswa kelas X dan XII dengan 17 Guru Pendamping. LBA MA NU TBS dahulu didirikan dengan harapan untuk mencetak lulusan multifungsi dalam menjawab tantangan globalisasi, khususnya dengan penguasaan bahasa Asing (Arab Inggris) untuk memahami bahasa dunia internasional.

Ketika tiba di kampus UIN Sunan Kalijaga, rombongan LBA TBS disambut oleh Prof. Dr. H. Shihabuddin Qolyubi, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Adab. Di pihak LBA TBS dalam perbincangan dan sambutannnya diwakili oleh H. Nur Khamim, Lc., Pg.D.
Menurut kepala MA NU TBS Kudus, melalui wakil kepala madrasah bidang humas, Komari, S.Pd. mengatakan bahwa, “Lembaga Bahasa Asing (LBA) yang sudah berumur 2 tahun ini melakukan studi banding ke UIN dan hunting tourist ke candi Borobudur dalam rangka mengadakan ujian peserta LBA untuk menentukan kelulusan, baik tulisan maupun lisan.”

Untuk ujian lisan, peserta LBA mengadakan ujian muhadasah/ conversation dengan mahasiswa UIN Jurusan bahasa Arab dan Inggris. Selain itu, peserta juga praktik ujian dan bertatap muka secara langsung dengan para turist yang ada di kompleks wisata candi Borobudur.

Khusaini, salah satu peserta LBA mengatakan bahwa, “Saya merasa senang mengikuti acara studi banding ini. Saya bisa mempraktikkan bahasa asing secara langsung dengan dengan para mahasiswa para turis Asing,” tuturnya.

Sedangkan untuk lembaga Falakiyyah, rombongan mengadakan kunjungan di Lembaga Hisab dan Rukyat ke Kantor Wilayah Kementrian Agama DI Yogyakarta yang diterima oleh Drs. H. Masykul Haji (Kakanwil DIY) dan Drs. H. Zaenal Kasub Urais. Di lembaga Rukyat tersebut, peserta lembaga Falakiyyah yang di koordinatori oleh Ust. Azhar Lathif mengadakan latihan dan praktik menentukan arah kiblat dengan berpedoman pada kitab-kitab dan buku, serta ditunjang dengan peralatan teknologi modern di bidang astronomi.




Oleh Muhammad Noor Ahsin, S.Pd.
Guru MA NU TBS Kudus