Senin, 30 April 2012

Madrasah TBS Gelar Khitanan Massal

Dalam rangka memperingati harlah (hari lahir) Madrasah NU TBS Kudus ke-86, panitia madrasah mengadakan berbagai acara, salah satunya adalah khitanan Massal. Khitanan massal tersebut diadakan pada hari Ahad kemarin, 29 April 2012 bertempat di gedung utara lantai 1, madrasah Aliyah NU TBS Kudus. Peserta acara khitanan massal totalnya berjumlah 14 anak, yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Kudus. Sebelum diadakan khitanan massal, semua peserta diarak keliling kota Kudus dengan menggunakan kereta mobil. Arak-arakan tersebut diikuti oleh beberapa rombongan siswa dengan menggunakan mobil, sehingga acaranya tampak semarak. Yoga Pratama, salah satu peserta khitan massal dari dukuh Ngaringan desa Klumpit, mengatakan bahwa, “Saya senang mengikuti acara khitan massal di TBS, acaranya ramai. Saya jadi tambah banyak teman”, kata Yoga yang merupakan siswa kelas 5 di SD 7 Klumpit, dengan tersenyum. Bermanfaat Ibu Siti Jaroni, selaku ibu kandung Yoga yang mendampingi putranya saat khitanan Massal menyatakan bahwa, “Sebagai orang tua, saya merasa sangat bersyukur anak saya bisa mengikuti khitanan Massal ini. Acara khitanan massal yang diadakan madrasah TBS ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat meringankan beban orang tua,” tutur Ibu Siti jaroni. Bapak H. Shonhaji, S.Pd.I., selaku koordinator acara khitan massal menyatakan bahwa, “Tujuan diadakannya acara khitan massal ini adalah untuk memperingati Harlah TBS dan sebagai wujud bakti sosial dan bentuk kepedulian sosial, agar madrasah TBS lebih banyak bermanfaat kepada masyarakat luas.” Tutur beliau. Bapak Shonhaji menambahkan bahwa Madrasah TBS dahulu lahir pada tanggal 7 jumadil Akhir 1347 Hijriah atau tepatnya lahir pada tahun 1928 M. Selain acara khitanan massal, madrasah TBS juga mengadakan banyak acara diantaranya, acara khtmil Qur’an, Tahlil, ziarah kepada semua pendiri madrasah TBS, Bahtsul Masa’il, dan dialog Nasional. Untuk acara dialog Nasional rencananya akan diadakan pada sekitar bulan Mei, yang akan menghadirkan Ketua Mahkamah konstitusi, Bapak Mahfud MD sebagai pembicara. Tulisan di atas dimuat di koran Suara Merdeka, Senin, 29 April 2012 oleh M. Noor Ahsin, S.Pd, Guru di Madrasah Aliyah NU TBS Kudus.

Minggu, 11 Maret 2012

Tradisi Tebokan dan Asal Usul Jenang Kudus

Dari Kejahuan tampak Mbah Dempok Soponyono memimpin rombongan para pengirab jenang dengan berkuda. Cucu Mbah Dempok dan dua tokoh Kudus, Sunan Kudus dan Syekh Jangkung (Saridin), menyertainya sembari bercakap-cakap dan menyapa warga. Di belakangnya, rombongan para pembawa jenang yang dibentuk menjadi gunungan, miniatur Menara Kudus, dan masjid. Sebagian lagi membawa jenang-jenang yang ditaruh dalam tebok atau tampah.

Kemudian menyusul visualisasi proses pembuatan jenang, ada yang membawa linggis (entong panjang seperti dayung sampan), kawah (wajan besar), kalo (sejenis tampah dari niru), ember, dan parutan.. Pada zaman Mbah Dempok, jenang yang diproduksi itu dikenal sebagai jenang bubur gamping karena terbuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa.

Begitulah sekilas prosesi Bancakan (selamatan/kenduri) Jenang atau Kirab Tebokan di Desa Kaliputu, Kudus, yang dilaksanakan pada hari Selasa 7 Desember 2010. Kirab itu merupakan salah satu wujud syukur atas berkah yang diterima warga Desa Kaliputu dari hasil memproduksi jenang.

Kirab Tebokan merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi dan sejarah pembuatan jenang. Hal itu tidak terlepas dari kisah Mbah Dempok dan cucunya. Konon, ketika Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung dara di tepi Sungai Kaliputu, cucunya tercebur dan hanyut. Meski tertolong, cucu Mbah Dempok diganggu Banaspati, makhluk halus berambut api.

Sunan Kudus menyimpulkan cucu Mbah Dempok telah tiada, tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta ibu-ibu membuat jenang bubur gamping. Mitos itulah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang Kudus. Mitos itu pulalah yang menginspirasi ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja di industri jenang kudus.

Di Desa Kaliputu terdapat 48 industri jenang skala besar maupun kecil. Jenang Kudus Mubarok yang berada di lain desa pun cikal bakal industrinya berangkat dari Desa Kaliputu dan berkembang menjadi yang produsen jenang kudus yang terbesar di kabupaten kudus. Setiap industri jenang di desa tersebut menyerap 15-50 tenaga kerja. Setidaknya ada sekitar 960 warga yang bekerja di sektor industri jenang dari total jumlah penduduk di Desa Kaliputu 2.094 orang.

Jenang merupakan ekonomi unggulan Desa Kaliputu sekaligus Kudus. Melalui industri jenang inilah setiap hari asap dapur warga selalu mengepul.Oleh karena itu, supaya kisah jenang diketahui lintas generasi di Kudus, Suyadi menambahkan, Kirab Tebokan akan dilakukan terus setiap tahun dengan harapan generasi berikutnya tidak akan malu bekerja sebagai pembuat jenang serta mau melestarikan makanan khas Kudus itu.

Sabtu, 04 Februari 2012

Kembangkan Kreativitas Melalui Lomba Mading



Dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, PP IPNU MA NU TBS mengadakan beberapa rangkaian acara, diantaranya adalah kegiatan pengajian maulid Nabi dan lomba mading (Majalah dinding) di halaman sekolah, Sabtu (4/2). Peserta pengajian peringatan maulid Nabi tersebut sebagian besar adalah para siswa dari MTs dan siswa MA TBS. Sedangkan peserta lomba mading adalah siswa kelas X dan XI MA NU TBS Kudus.

Dalam kegiatan pengajian tersebut, yang memberikan dan mengisi Mauidhoh Khasanah adalah Romo KH. Syafiq Nas’an, selaku guru MA NU TBS yang juga sebagai ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Kudus.

Sebelum kelahiran nabi Muhammad, bangsa Quraish adalah orang jahiliyah. Sebagian masyarakatnya akhlaknya buruk. “ketika Nabi Muhammad dilahirkan, tugas Nabi yaitu menyempurnakan Akhlak.” Kata KH. Syafiq Nas’an yang beralamat di Bareng Jekulo Kudus.
“Begitu dengan seorang pendidik atau guru, agar bisa digugu dan ditiru, guru harus memiliki Akhlak yang baik.” Tambah beliau. Ketika pendidik memiliki akhlak dan moral yang baik, diharapkan para murid juga memiliki akhlak yang baik, sehingga kelak diharapkan para murid juga menjadi orang yang berilmu dan berakhlak mulia.

Mengembangkan Kreativitas

Di hari yang sama, PP IPNU MA NU TBS juga mengadakan lomba mading. Mading dibuat oleh siswa kelas X dan XI sebelum hari Sabtu. Dan pada hari Sabtu pagi sebelum pengajian, semua hasil mading harus dikumpulkan kepada panitia. Pengumpulan hasil mading diletakkan di atas kursi di teras kelas gedung selatan MA NU TBS Kudus. Sehingga setelah pengajian selesai, pada hari Sabtu tersebut, semua mading hasil kreativitas para siswa bisa disaksikan dan diapresiasi oleh banyak siswa dan oleh Bapak-bapak guru.

“Tujuan diadakan lomba mading adalah untuk menyemarakkan acara maulid nabi, mengembangkan kreativitas para siswa di bidang tulis menulis, dan menumbuhkan kekompakan pada tiap-tiap kelas,” Tutur Umar Falah, selaku panitia. Umar Falah yang juga koordinator departemen 7 K menambahkan bahwa pembuatan mading dibuat oleh para siswa di tiap-tiap kelas. dengan lomba mading, para siswa di masing-masing kelas bisa saling bekerja sama dalam membuat mading. Sehingga kekompakan kreativitas dan kekompakan siswa tiap kelas diharapkan bisa berkembang menjadi positif.

Setelah dilakukan penjurian oleh Juri, dengan berbagai kriteria penilaian mading seperti penilaian sisi kreativitas, isi tulisan, rubrikasi, kombinasi warna, seni, layout dan beberapa pertimbangan lainnya, ditetapkan bahwa juara pertama mading adalah tim dari kelas XI-A (IPA 1). Sedangkan juara 2 dan juara 3 masing-masing direbut oleh kelas X-B dan kelas XI-D (Bahasa 2).

(Tulisan di atas pernah dimuat di koran Suara Merdeka rubrik jurnalisme warga, Senin, 6 Februari 2012).

(Oleh M. Noor Ahsin, S.Pd., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MA NU TBS Kudus).