Setiap musim hujan, hampir dipastikan jumlah penderita Demam berdarah Dengue (DBD) di berbagai daerah selalu menunjukkan angka peningkatan. Hal ini terjadi karena banyak genangan air yang diduga dapat memicu perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty penyebab demam berdarah.
Penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang seolah rutin menghinggapi warga ketika musim hujan. Masyarakat di berbagai daerah dan kota di Jawa Tengah hendaknya perlu mewaspadai ancaman penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk tersebut. Apabila tidak ada sikap waspada, antisipasi, dan penanganan yang baik, angka penderita dan bahkan kematian akibat penyakit itu dimungkinkan bisa meningkat.
Contohnya di kota Kudus. Di daerah penghasil jenang ini, angka penderita DBD pada tahun 2010 kemarin ternyata meningkat dan paling tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hujan berkepanjangan diduga menjadi faktor utama mengganasnya DBD di kota Kudus.
Sepanjang tahun 2010 penderita DBD di Kota Kudus tercatat 1.118 penderita dan meninggal sebanyak 33 orang. Sedangkan tahun 2009 hanya 663 penderita dengan angka kematian 25 orang. Tahun 2008 lalu juga tercatat hanya 641, dengan kematian 18 orang. Untuk daerah endemis di Kudus, Kecamatan Jati dan Kota masih paling tinggi dibandingkan daerah lainnya. Pola serangannya juga mengalami perubahan. Jika sebelumnya serangan DBD lebih banyak ke anak kecil, sekarang justru banyak orang dewasa yang terserang (Suara Merdeka, 14/1/2011).
Tindakan Preventif
Fakta tersebut menunjukkan bahwa DBD merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Meningkatnya grafik penderita dan korban kematian akibat DBD di kota Kudus dari tahun ke tahun memang cukup memprihatinkan. Tentunya masyarakat tidak mau jika di tahun 2011 ini nanti jumlah korban DBD di kabupaten Kudus dan sekitarnya malah semakin meningkat lagi.
Pertanyaannya adalah, sejauh manakah upaya penanganan dan tindakan preventif dari Pemerintah Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kota Kudus berkaitan dengan maraknya penyakit DBD di masyarakat? Sebagai kader kesehatan, lantas bagaimanakah peran Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah dalam menyikapi masalah ancaman penyakit demam berdarah tersebut?
Setidaknya ada banyak hal yang harus dilakukan berkaitan dengan upaya penanganan dan usaha preventif mengatasi masalah penyakit DBD yang mulai marak dan meresahkan banyak kalangan. Pertama, pengobatan langsung dan pemberian subsidi bagi penderita DBD. Ketika masyarakat sakit kebanyakan orang tidak langsung memeriksakan keluhan penyakitnya jika mengalami gejala demam atau bintik-bintik merah. Kondisi ekonomilah yang kadang menyebabkan hal itu dengan alasan biaya berobat bermahal. Untuk itu, pemberian subsidi atau keringanan pembayaran berobat sangatlah diharapkan oleh masyarakat agar semakin meringankan beban hidup dalam biaya pengobatan.
Optimalisasi Fungsi PMR
Kedua, penggalakan kampanye pencegahan DBD dalam ranah sekolah. Hal itu penting sebagai upaya pemahaman kepada siswa dan remaja sekolah tentang bahaya penyakit DBD. Siswa merupakan generasi bangsa dan aset bangsa yang perlu diberdayakan. Kampanye pencegahan penyakit DBD di lingkungan sekolah dapat bekerja sama dinas pendidikan, Palang Merah Indonesia (PMI) kabupaten kudus, serta anggota Palang Merah Remaja (PMR) di tiap sekolah. Pemahaman siswa tentang kesehatan dan penyakit DBD dapat menjadi pengetahuan yang berharga dalam upaya pencegahan merebaknya penyakit itu. Hal itu merupakan salah satu upaya preventif pencegahan penyakit DBD jangka panjang yang dinilai sangat penting.
Ketiga, Sosialisasi membudayakan hidup bersih dan sehat kepada masyarakat. Tempat yang kurang bersih dan banyaknya sampah seperti botol platik dan sebagainya dapat menjadi tempat genangan air jika ada hujan dan berpotensi menjadi sarang berkembangnya nyamuk Aedes aegipty. Dalam hal ini, PMR di sekolah kiranya juga penting untuk diberdayakan dalam upaya sosialisasi hidup sehat kepada masyarakat. Hal itu sesuai dengan bunyi Tri Bakti PMR point dua yang berbunyi “berkarya dan berbakti di masyarakat.”
Upaya sosialisasi dan pemahaman tentang hal ini, semisal dengan penggalakan dan kampanye program 3M. Yaitu menguras, menutup, mengubur sampah yang berpotensi menjadi tempat genangan air. Selain itu juga menggalakkan sosialisasi cara hidup sehat kepada masyarakat dan upaya lainnya sebagai bentuk usaha preventif mencegah bahaya penyakit DBD.
Dengan begitu, harapannya masyarakat semakin waspada dan selalu menjaga kebersihan ketika musim hujan agar terhindar dari penyakit DBD. Di musin hujan seperti sekarang ini, apabila suatu saat nanti diri kita merasa mengalami tanda-tanda penyakit DBD, seperti demam tinggi dan timbul bintik-bintik merah, segeralah langsung periksakan diri ke dokter agar cepat ditangani dan disembuhkan. Waspadalah.
(Tulisan di atas pernah dimuat di koran Radar Kudus Jawa Pos pada Selasa, 5 April 2011).
Muhammad Noor Ahsin, S.Pd
Peminat Kajian Kesehatan,
Guru dan Pembina PMR
di Madrasah Aliyah NU TBS Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar