Rabu, 31 Desember 2008

Temu Alumni Ponpes Durrotu Aswaja



Semakin dekat kami rasa…
Menatap gerak langkahmu
Ada Sebersit rasa…Berharap
Engkau telah menjadi Kupu-kupu

Jangan biarkan kami kehilangan pesonamu
Dan hanya meninggalkan lautan ragu
Lihatlah..!!! Di sini
Kami menunggu kedatangan kasihmu
Ajari kami terbang elok sepertimu……


Demikianlah petikan bait puisi yang terpampang besar di baliho depan Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah (Aswaja), untuk menyambut hadirnya “Sang Kupu-kupu,” di “Sarang Ilmu” yang terletak di desa Banaran Sekaran, Gunungpati Semarang, Minggu, (28/12).

Pada hari tersebut, terik matahari cukup cerah. Nampak beberapa santri sedang sibuk lalu lalang di halaman pondok. Berbagai ubo rampe dipersiapkan panitia untuk menyambut kedatangan para alumni. Kurang lebih selama dua bulan panitia merancang agenda pertemuan silaturahmi tersebut.

Sebelumnya, menjelang hari H, panitia temu alumni yang dimotori oleh kang Yusuf Arfianto, mempersiapkan dengan cukup baik. Sebagian besar alumni sudah dihubungi baik dengan surat, telepon, maupun via SMS. Bagi alumni yang rumahnya jauh, memang hanya di hubungi lewat telepon. Untuk alumni yang rumahnya dekat dan mudah dijangkau, dari panitia biasanya ada yang mendatanginya. Maklum saja, jika panitia datang ke rumah semua alumni santri memang tidak mungkin. karena kebanyakan alumni Pondok rumahnya jauh tersebar hampir merata di semua pulau jawa.

Rangkaian Acara

Tepat pukul 10.00 WIB acara sudah dimulai. Seperti biasa group Rebana Addurota Ponpes Durrotu Aswaja mulai menggebrak dengan menyuguhkan musik padang pasir yang khas dan menarik. Setelah itu, Kang Muhammad Ahdiyat, santri baru dari Kendal mulai membuka acara. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci alquar’an oleh kang Syafi’i. Suaranya yang khas nan lembut serasa menggatarkan hati pendengar, sungguh menakjubkan.
Setelah usai, lalu dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil yang dipimpin oleh Kang Kholiq. Kemudian beberapa sambutan pun menyusul. Dimulai dari kang Yusuf Arfiyanto, selaku ketua panitia. Disusul kang Aris Syaifurrahman, selaku Lurah putra Pondok. Kemudian sambutan dari pengasuh Pondok, Abah Kyai Masyrokhan.

Pada kesempatan kali itu, abah Kyai Masyrokhan banyak menyampaikan hal tentang pentingnya sebuah ikatan tali silaturahmi. Alumni pondok yang sebagian besar lulusan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) mayoritas bekerja sebagai Guru di berbagai sekolah umum di Pulau jawa.

Alumni yang berasal dari pondok sudah ratusan. Selain menjadi guru ada juga beberapa alumni yang bekerja Menjadi Dosen, Pengusaha, Wartawan, Cendikiawan, Budayawan dan sebagainya. Sebut Saja Kang Ali Muhtadi yang sekarang menjadi dosen bahasa Inggris di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Lalu Bapak Syaifuddin (pak Udong) yang menjadi dosen bahasa perancis Unnes. Bapak Imam Baehaqi (Dosen FBS Unnes), Ibu Kadarwati (Dosen Kimia Unnes), mbak Umi Nuamah yang sekarang menjadi Ketua PW IPPNU Jawa Tengah, serta Mbak Farodillah (Dila) menjadi wartawan Cyber news di Suara Merdeka. Bahkan ada alumni pondok yang menjadi guru bahasa Inggris di Malaysia, Sebut saja kang Widodo Rembang. Serta banyak alumni lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Sharing dan Diskusi Alumni
Tibalah saat yang dinanti-nantikan. Untuk mempererat tali silaturahmi antara alumni dan santri saling berdiskusi dan sharing dengan mengutarakan berbagai ide dan gagasan. Dibuka dengan petikan untaian kata dari Bapak Dayat, selaku ketua alumni. Masukan pertama oleh Ibu Umi Nuamah, beliau mengatakan, “ikatan alumni itu penting, supaya ada semacam hubungan komunikasi yang erat antara santri yang masih mondok dengan alumni yang telah sukses,” katanya.
Beliau menambahkan bahwa, ikatan itu penting untuk mengcover info-info penting dari alumni yang telah sukses dan mempunyai banyak jaringan keluar. Sehingga bisa dijadikan media informasi untuk pengembangan Pondok ke depan. Mengingat basic pondok itu agamis, untuk mengikat alumni supaya semangat datang yaitu, “dengan mengadakan semacam bedah buku atau bedah kitab khusus bagi alumni setiap tahun,” tambahnya.

Usulan yang berbeda di utarakan oleh kang Kholiq. Untuk mengokohkan pertemuan ini, tiap-tiap alumni lurah pondok Durrotu Aswaja yang dulu pernah memimpin sebaiknya adakan pertemuan dulu. Dari perbincangan tiap lurah tadi, harapannya santri yang dulu pernah dipimpin melihat lurahnya hadir, jadi bisa dimungkinkan nanti ada banyak alumni yang tertarik untuk hadir, “karena tiap tahun dulu kan beda generasi yang memimpin, tapi santri pergenerasi tentu tidak lupa akan lurahnya yang dulu memimpin pondok,” tambahnya.

Bapak Edo juga sependapat dengan usulan kang kholiq. Beliau mengatakan bahwa, “Santri sekarang yang masih mondok hendaknya aktif dalam mencari informasi tentang keberadaan alumni. Mencari domisilinya, pekerjaan dan alamat kantornya. Serta perlunya keterlibatan mantan lurah pondok untuk mecrancang strategi ke depan agar secara ikatan emosional, temu alumni dapat efektif dan berkesan dengan menitikberatkan sekali lagi pada ikatan emosional.” Kata bapak Edo dengan bersemangat.
Aslinya ada banyak hal yang diusulkan dari bermacam santri dan alumni. Intinya pernyataan merekalah yang mungkin bisa mewakili dari sekian banyak masukan. Untuk pertemuan alumni ke depan, banyak santri alumni menyetujui kalau acara seperti ini diadakan ketika pondok ada kegiatan pengajian akbar dalam Akhirrussannah.
Demikianlah beberapa hal yang terjadi dalam rangkaian temu alumni Pondok Pesantren Durrotu Aswaja. Harapannya dari pertemuan itu kita banyak mendapat hikmah serta ilmu hasil dari diskusi dan sharing bersama. Semoga kita termasuk orang yang mampu mengambil hikmah dari segala peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Salam kebebasan……………


Muhammad Noor Ahsin
Pegiat Komunitas Gelegar Tinta Aswaja
Semarang