Kamis, 12 Februari 2009

Memuseumkan Banjir dan Rob Semarang, Bisakah?




Banjir dan rob menjadi masalah klasik Kota Semarang. Hampir setiap musim penghujan tiba, beberapa kawasan, terutama semarang bagian bawah hampir selalu terkena luapan air. Upaya Pemkot (Pemerintah Kota) menuntaskan permasalahan tersebut di kota Atlas dari dulu hingga sekarang sepertinya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Masyarakat Semarang bawah yang sering dilanda banjir nampaknya sudah kenyang merasakan pahit getirnya suasana rumah dikala keadaan sedang banjir. Saat bencana itu datang, barang-barang pun berserakan terbawa arus air, serta keadaan rumah menjadi lembab. Bagi keluarga yang mempunyai anak masih sekolah, tentu kondisi banjir sangat menggangu proses pembelajaran mereka. Ketika banjir sudah surut pun penderitaan mereka belumlah berakhir, biasanya bermacam persoalan dan penyakit pun muncul. Seperti kurangnya air bersih, diare, gatal-gatal dan sebagainya. Hal demikian seakan sudah menjadi tradisi rutin tahunan bagi masyarakat daerah Semarang bawah.

Sebenarnya pemerintah sudah melakukan beberapa usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. Anggaran pun digelontorkan dari APBD Semarang untuk berbagai proyek menanggulangi masalah banjir dan rob. Hanya saja, penyelesaian yang kurang optimal dan terkesan setengah-setengah menyebabkan problem itu tak kunjung tuntas.

Rugikan Banyak Pihak
Problem tersebut merupakan sebuah pekerjaan rumah Pemerintah Kota Semarang yang semestinya mendapatkan perhatian extra dan perlu adanya tindakan nyata. Para pemangku kebijakan perlu lebih sungguh-sungguh memprioritaskan penyelesaian konkret masalah itu. Disadari atau tidak, upaya penyelesaian yang setengah-setengah hanya akan merugikan banyak pihak terutama masyarakat kota Semarang.

Semakin berlarut-larutnya upaya penyelesaian juga bisa mengahambat para investor mananamkam modalnya di Semarang. Hal itu pun bisa menimbulkan bermacam gejolak baru dalam masyarakat. Baru-baru ini, ketua komite tetap pengembangan investasi Kadin Jateng, Didik Soekmono pun merasa risau. Dalam tulisannya yang dilansir harian ini pada (29/1), beliau sampai merasa malu ketika mengantar calon investor melintas jalan Mataram-Bubakan-Pengapon-Jalan Raya Kaligawe Kota Semarang. Hal tersebut karena daerah itu kondisi genangan airnya sangat memprihatinkan.

Saat beliau meyakinkan sang calon investor bahwa potensi investasi di Ibukota Provinsi Jateng sangat layak diubah menjadi kegiatan ekonomi riil, ternyata malah mendapat tanggapan berupa sindiran yang luar biasa mengejutkan dari calon investor.

“Potensi wisata dayung menyusuri jalan protokol dan kawasan industri mempunyai prospek yang cerah”, demikianlah ucapan Seorang investor terhadap kondisi Kota Semarang. Pernyataan atau sindiran itu sungguh menggelitik, dan tentu saja sangat beralasan, karena kondisi di lapangan memang seperti itu. Dari dulu hingga sekarang sepertinya permasalahan banjir dan rob menjadi fenomena yang selalu menghiasi potret kelabu Kota Semarang.

Sungguh ironis, sindiran dari para investor tersebut tentu saja sangat mengancam dunia investasi Kota Semarang. Iklim investasi akan berjalan dengan lancar salah satunya harus di dukung oleh fasilitas, serta sarana dan prasarana yang baik. Sindiran itu merupakan satu masukan yang harus diapresiasi bersama, terutama pemangku kebijakan terkait. Melihat kondisi Kota Semarang yang selalu didera permasalahan banjir dan rob serta penanganan yang belum optimal, bukan tidak mungkin para investor akan mengurungkan niat untuk tidak menanamkan modalnya di kota Atlas.

Jika hal itu terjadi, tentunya akan sangat merugikan banyak pihak. Meskipun ada banyak daya tarik yang ditawarkan Pemkot Semarang mengenai prospek investasi kepada calon investor, melihat wajah kota yang sering dilanda banjir tentu akan berpikir seribu kali. Pendek kata, banjir yang terjadi jelas sangat memperburuk daya tarik investasi Kota Semarang.

Banyak analis mengatakan bahwa, Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip terkesan sudah putus asa terhadap penuntasan permasalahan banjir dan rob. Itu tergambar dari pernyataaan Sukawi yang pernah mengatakan bahwa, Pemkot sudah tidak mampu lagi menangani rob. Pernyataan itu tentu saja menunjukkan sikap pesimisme berlebih yang seharusnya tak diucapkan. Segala permasalahan tentu saja ada jalan keluarnya. Kadar cobaan yang diberikan tuhan kepada manusia itu disesuaikan dengan kemampuaannya. Begitu juga dengan permasalahan banjir yang dialami Kota Semarang.

Melihat kondisi sekarang, dapatkah Pemkot Semarang menuntaskan permasalahan banjir dan rob? Atau paling tidak mampukah Pemkot meminimalisir meluasnya permasalahan banjir dan rob di Kota Semarang? Jelas pertanyaan yang sulit untuk di jawab. Tapi, jika ada komitmen yang sungguh-sungguh dari Pemkot Semarang serta dukungan dari saemua pihak, bukan tidak mungkin tahun-tahun mendatang permasalahan itu akan terselesaikan dengan tuntas.

Hal itu tentu saja sangat bergantung dari pemangku kebijakan terkait yang mengurusi masalah itu. Sikap optimis perlu ditanamkan untuk mengatasi itu. Berbagai proyek berkait penyelesaian itu semestinya diselesaikan dengan cepat dan sungguh-sunguh. Semisal, penataan drainase, pembuatan penampungan air (polder) dan penyelesaian waduk jatibarang, serta normalisasi sungai. Mengatasi masalah itu, pembangunan pintu air di muara Kali Semarang atas masukan dari pakar Hidrologi Undip, Nelwan sepertinya menjadi usulan bagus yang patut dipertimbangkan untuk direalisasikan. Pembangunan pintu air di muara Kali Semarang itu akan dilakukan seiring proyek Waduk Jatibarang dan normalisasi Banjirkanal.

Kerjasama dan dukungan semua pihak juga sangat penting. Seperti peran aktif masyarakat sekitar untuk mencegah masalah banjir dan rob dengan menerapkan sikap hidup sehat dan cinta lingkungan. Semisal dengan menjaga kebersihan, tidak membuang sampah di sungai dan sebagainya. Akhirnya, kita hanya berharap semoga penyelesaian masalah banjir dan rob Kota Semarang segera dapat berakhir dengan tuntas. Semoga saja.




Muhammad Noor Ahsin
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes,
Pegiat di komunitas Gelegar institut
Semarang.

Tidak ada komentar: