Kamis, 12 Februari 2009

Mengelola Wisata Air Tiga Rasa

Kabupaten Kudus mempunyai banyak sebutan, mulai dari kota kretek, kota santri, kota industri, dan kota wisata religi, karena di kota jenang itu ada dua makam wali besar yang sangat dihormati dan sering dikunjungi untuk wisata para peziarah dari berbagai pelosok nusantara. Dua tempat itu adalah makam Sunan Kudus, Syeh Ja’far Shodiq di jantung kota, dan makam Sunan Muria, Raden Umar Said di lereng Gunung Muria.

Selain itu, ada pula yang mengganggap sebagai kota wisata alam. Karena kabupaten Kudus mempunyai banyak tempat wisata alamnya, seperti obkjek wisata puncak songo likur di lereng pegunungan Rahtawu. Ada juga objek Kawasan Wisata Alam/ Eko Wisata wisata di Pegunungan Argo Jembangan, lalu air terjun monthel, wisata alam colo, bumi perkemahan dan wana wisata Kajar, serta objek sendang “Air Tiga Rasa” di sekitar puncak Gunung Muria.

Dalam tulisan ini penulis hanya ingin memfokuskan pada objek wisata sendang air tiga rasa yang saya nilai mempunyai sejarah unik dan menarik serta sangat potensial untuk dikembangkan. Masyarakat Kudus dan sekitar pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar kata tersebut. Objek wisata sendang air tiga rasa terletak di dekat sebuah makam tua di puncak Gunung Muria. Makam itu adalah makam dari seorang waliyullah yang bernama “Syeh Hasan Sadzali”, atau lebih dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan “Syeh Sadzali Rejenu”.

Sejarah Air Tiga Rasa

Pada sekitar akhir tahun kemarin, saya dan teman-teman bertamasya mengunjungi objek wisata tersebut. Menurut penuturan dari warga sana, cerita air tiga rasa dahulu bermula dari kedatangan Syeh Hasan Sadzali ke Gunung Muria. Beliau adalah seorang musafir dari Bagdad Irak yang ingin memuntut ilmu di daerah Muria. Ketika Syeh Hasan Sadzali menghadap kanjeng Sunan Muria, Raden Umar Said untuk berguru, beliau dianjurkan untuk pergi ke sebelah utara, tepatnya di daerah Rejenu.
Belakangan diketahui Syeh Sadzali mempunyai banyak ilmu dan karomah. Sehingga, dari waktu ke waktu ada beberapa orang yang ingin berguru kepada beliau, lama-lama santrinya pun makin banyak. Melihat perkembangan itu, maka Syeh Sadzali bersama para santri dengan para penduduk sekitar membangun sebuah mushola yang dibawahnya terdapat sebuah mata air yang digunakan para santri beliau untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, pada suatu ketika muncul berita bahwa air dari mata air tersebut mempunyai khasiat dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal. Lama kelamaan masyarakat Gunung Muria dan sekitarnya datang berbondong-bomdong untuk melakukan persembahan atau ritual-ritual karena ingin mendapatkan berkah dari mata air tersebut.

Ketika Syeh Sadzali melihat hal itu, beliau langsung menutup mata air tersebut, karena hal itu dianggap musrik. Beberapa waktu kemudian di sebelah barat mushola yang berjarak kurang lebih 100 meter, muncul tiga buah mata air yang kemungkinan besar dibuat oleh beliau. Para santri pun menggunakan ketiga mata air tersebut sebagai tempat mandi, mencuci dan lain-lain sebagai pengganti mata air yang di tutup oleh Syeh Sadzali. Setelah beliau dipanggil untuk menghadap sang khaliq, beliau dimakamkan di sekitar tiga mata air tersebut.

Mengenai istilah air tiga rasa, menurut penjaga makam, istilah tersebut berasal dari lidah para musafir yang datang. Ketika pengunjung meminum ketiga sumber mata air tersebut, mereka merasakan rasa air yang berbeda-beda dari ketiga bilik itu. Maka sejak saat itulah masyarakat sekitar gunung muria dan para musafir yang singgah menamakan mata air tersebut dengan sebutan “ Air Tiga Rasa”.

Ada bermacam cerita tentang khasiat ketiga air tersebut. Sumber air pertama mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa: anyep-anyep asem/ kecut) yang bekhasiat dapat mengobati berbagai penyakit. Sumber air kedua mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti air sprite yang bekhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup. Sumber air ketiga mempunyai rasa mirip minuman keras air tuak/ arak yang bekhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi air tawar. Itulah daya tarik dari objek wisata air tiga rasa, penuh sejarah unik dan mitos.

Pengunjung yang kesana tentunya punya tujuan yang beragam. Ada yang memang niat ziarah ke makam Syeh Sadzali, atau penasaran ingin melihat dan merasakan air tiga rasa. Bahkan kadang ada beberapa orang yang mengadakan ritual tertentu di sekitar tempat itu.

Kondisi Objek
Pemandangan alam di sekitar tempat itu sangat indah. Untuk menuju kesana ada dua cara yang sering dilalui para pengunjung. Pertama jalan setapak yang sempit sekitar 2 km ke utara dari pesanggrahan colo melewati bukit-bukit terjal. Lewat jalan ini, pengunjung juga dapat menikmati panorama alam pegunungan yang menghijau segar karena dedaunan perkebunan kopi, lebatnya tanaman pakis Muria, dan palem pegunungan. Merdunya suara kicauan burung-burung dan bunyi-bunyian berbagai jenis satwa khas pegunungan akan menambah daya pikat bagi pengunjung. Melewati jalan ini memang agak sulit diperlukan tenaga extra untuk sampai kesana.

Namun, jika pengunjung kesulitan dan tidak kuat dengan medan jalan kaki yang sulit, bisa mengakses kesana dengan memakai kendaraan sendiri atau ngojek melalui desa Japan ke utara. Walaupun agak jauh, lewat alternatif kedua ini pengunjung tidak terlalu sulit untuk sampai kesana.Kebanyakan masyarakat yang berkunjung kesana, selain berziarah biasanya tertarik untuk mencicipi dan membawa pulang air tiga rasa dengan botol-botol plastik yang bisa didapatkan pengunjung dengan membeli botol plastik di warung sekitar.

Kalau diamati dengan seksama, fasilitas untuk pengunjung di objek wisata air tiga rasa sangat minim. Hanya tersedia mushola, kamar mandi umum, tempat berteduh, beberapa warung makan penduduk dan tempat parkir. Fasilitas itu pun sangat sederhana sekali dan pengelolaannya terkesan kurang adanya konsep manajemen yang bagus.

Butuh Perhatian
Sebenarnya objek wisata sendang air tiga rasa sangat pontensial untuk dikembangkan. Di sana banyak memiliki kelebihan. Makam Syeh Sadzali dan objek sendang air tiga rasa selama ini dikelola oleh sebuah yayasan di desa Japan kecamatan Dawe. Pengelolaannya dipegang oleh yayasan saja. Pemkab setempat belum mengembangkan potensi ini dengan maksimal. Tanpa perhatian berupa asupan dana dari Pemkab setempat mustahil objek itu akan berkembang.

Saya kira jika Pemkab benar-benar menggarap serius potensi wisata tersebut banyak manfaat yang bisa diperoleh. Sebagai masukan, pertama Pemkab bisa memperbaiki atau menambah beberapa fasilitas fisik di sana. Aslinya memang sudah ada beberapa fasilitas bagi pengunjung, meliputi mushola, kamar mandi, tempat istirahat pengunjung, tempat parkir dan sebagainya. Hanya saja fasilitas tersebut masih sanagat sederhana dan kurang layak bagi para pengunjung. Saya amati gedung musholanya juga masih belum sempurna dikerjakan. Jadi perlu kiranya diperbaiki.

Perbaikan berbagai fasilitas lain yang kiranya diperlukan meliputi perbaikan jalan akses ke sana. di sepanjang jalan setapak menuju akses kesana ada beberapa jalan yang membahayakan bagi pengunjung karena tanahnya ada yang semakin sempit karena longsor. Jalan yang berbahaya bisa diberi tulisan peringatan harap-hati-hati atau memberikan pagar khusus agar pengunjung bisa berpegangan pagar kalau jalan kesana licin, ini untuk menghindari mereka terpleset atau terjatuh.

Mungkin agar pengunjung betah berlama-lama disana, Pemkab bisa membangun tempat berteduh yang lebih layak bagi pengunjung. Kawasan air tiga rasa juga bisa disulap menjadi taman rekreasi dan kebun biologi alam. Karena disana ada banyak tanaman biologi beraneka ragam. Semisal fasilitasnya bagus dan manajemen wisatanya dikelola dengan baik, saya rasa pengunjung tidak keberatan jika mereka dipungut biaya masuk kawasan air tiga rasa. Pemasukan itu bisa digunakan untuk biaya perawatan berbagai fasilitas yang ada di sana.

Jika pengunjung banyak, masyarakat sekitar yang berjualan juga akan kecipratan untung. Segala bisnis warga seperti warung makan dimungkinkan akan laris. Meningkatnya jumlah pengunjung bisa mempengaruhi warga sekitar untuk membuka lapangan kerja baru. Jiwa berbisnis warga juga mungkin akan tumbuh. Selain itu pengunjung pun akan merasakan kepuasan tersendiri dalam menikmati objek wisata tersebut.

Dengan demikian, harapannya potensi objek wisata air tiga rasa dapat dikelola dengan optimal. Keberadaan objek itu membutuhkan perhatian banyak dari Pemkab Kudus dan masyarakat sekitar untuk dikembangkan. Sehingga daya tarik objek wisata itu menjadi lebih besar, dan semakin memancing banyak orang untuk sering berkunjung kesana.


Muhammad Noor Ahsin

Warga asli Kudus,
Peneliti Gelegar Institut,
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang.

Tidak ada komentar: