Minggu, 29 Maret 2009

Intervensi Rektorat Terhadap BEMU Unnes




Campur tangan Rektorat terhadap BEMU yang dirasa terlalu jauh,
sempat sebabkan hubungan mereka tidak harmonis.

Dalam tataran lembaga kemahasiswaan, BEMU (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas) Unnes merupakan wadah organisasi mahasiswa paling bergengsi di kampus. Di tempat tersebutlah sang Presiden mahasiswa bersama segenap jajarannya berkiprah menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Kurang lebih selama setahun, berbagai program kerja yang sudah ditetapkan mau tak mau harus dilaksanakan.

Pada kepengurusan BEMU tahun 2008 ada banyak dinamika yang terjadi seputar kegiatan kemahasiswaan. Selain harus melaksanakan agenda kegiatan yang harus dilaksanakan, BEMU juga berusaha untuk mengadvokasi segala permasalahan yang terjadi pada mahasiswa. Berbagai kebijakan dari rektorat yang dirasa tidak populer dan tidak memihak kepada mahasiswa kami kritisi, ungkap Geri, selaku presiden mahasiswa Unnes.

Dia mencontohkan beberapa kebijakan rektorat yang dirasa kurang bijak. Pada intinya ada banyak, tapi secara umum ada empat kebijakan rektorat yang kami rasa tidak bijak. Pertama yaitu tentang penarik an uang SPL (Sumbangan Pengembangan Lembaga) dari calon mahasiswa baru sebesar minimal 5 juta. Kedua kebijakan perubahan konsep OKKA (Orientasi Kehidupan Kampus) menjadi PPA (Program Pengenalan Akademik). Ketiga penarikan uang PKL (Praktek Kerja Lapangan) sebesar 250 ribu yang alokasinya terkesan tidak transparan. Keempat, intruksi dari rektorat untuk membatalkan/ menunda kegiatan dialog kebangsaan yang sebelumnya sudah direncanakan BEMU. Rencananya acara tersebut mengudang Amin Rais dan Adyaksa Dault.

Sebagai gambaran ketika kebijakan pengubahan konsep orientasi mahasiswa baru dari OKKA menjadi PPA. Pada waktu itu kami tidak diajak untuk diskusi. Tiba-tiba segalanya diputuskan secara sepihak oleh rektorat. Rektorat menginginkan bahwa orientasi mahasiswa baru diadakan dengan penekanan pada unsur akademik yang hanya dilakukan oleh BEM tiap fakultas. Tahun lalu kepanitiaan dipegang mahasiswa, pada konsep ini ketua panitia dipegang oleh dosen dengan kepanitiaan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa. BEMU dan HIMA Jurusan yang tahun sebelumnya diperbolehkan mengadakan orientasi, pada saat konsep PPA dua lembaga itu tidak diberi kewenangan untuk mengadakan PPA.

BEMU pun sudah berusaha untuk mengadvokasi dan memperjuangkan keinginan mahasiswa berkenaan dengan kebijakan rektorat yang dinilai kurang bijak. Audiensi, diskusi antara BEMU dengan pihak rektorat selalu kami upayakan, tegas Geri. Tapi ketika audiensi dan diskusi yang kami lakukan tidak ada solusi atau titik temu yang diinginkan, kami pun meluapkan gagasan kami dengan demonstrasi. BEMU pun pernah menghimpun massa dari HIMA Jurusan, BEM fakultas untuk berdemo di depan rektorat untuk meminta beberapa tuntutan yang mahasiswa inginkan.

Menanggapi beberapa aksi yang dilakukan oleh BEMU, pihak rektorat, dalam hal ini Pak Masrukhi, selaku Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan Unnes mengatakan, Itu hal wajar, sebagai sesuatu kebijakan yang baru mungkin mereka juga kaget, dan sesuatu yang baru itu belum dipahami secara utuh, baru dipahami secara parsial. Tapi di dalam khazanah politik sebenarnya meskipun demontrasi itu instrumen politik, hal itu boleh dilakukan sebagai langkah terakhir manakala dialog-dialog politik dan diskusi-diskusi itu buntu.

Mengenai kebijakan rektorat, pak Masrukhi mencoba menjelaskan, Pertama tentang SPL. SPL itu kan ada hitungan –hitungan rasional bahwa pembiayaan itu ada perinciannya. Kemudian kita memperhitungkan kemampuan masyarakat, bahwa dana SPL yang minimal harus dibayar sebesar 5 juta itu logis. Ketiga nah ini yang mereka belum tahu, waktu itu sebelum dijelaskan, pimpinan Universitas dalam hal ini pak Rektor itu punya kran sosial. Kran sosial itu adalah kebijakan untuk pengggunan dana SPL dan tentang pembebasan SPL. Ada yang 25, 50 maupun 75 % untuk mereka yang tidak mampu. Nah akhirnya setelah dijelaskan kebijakan kran sosial ini akhirnya BEM ini memahami, dan bahkan yang kerja turun ke lapangan ngecek langsung kondisi lapangan keluarga bagi mereka yang mengajukan keringanan SPL adalah BEM juga.

Kemudian OKKA itu memang bukan Unnes saja yang meniadakan Okka itu sudah ada edaran dikti bahwa Dikti melarang OKKA. Setelah ada rapat evaluasi itu memang nilai-nilai akademisnya kurang dan lebih banyak kepada nilai perploncoan. Unnes sebagai subsisten dari sitem pendidikan nasional khususnya adalah sistem dari pendidikan tinggi. Kita mengikuti role of flying yang digerakkan oleh Dirjen Dikti yang meniadakan OKKA dan menggati dengan Program Pengenalan Akademik. Jadi lebih kademis. Dan fungsionaris juga terlibat, sehinggga saya kira tidak ada masalah.

Indikasi Intervensi Rektorat
Geri mengatakan, selama saya menjabat sebagi presiden mahasiswa, saya menganggap ada kebijakan rektorat yang itu merupakan sebuah intervensi berlebih kepada BEMU. Sebagai contoh ketika kami ingin melaksanakan kegiatan dialog kebangsaan yang rencananya akan mendatangkan Amin rais dan Adyaksa Dault. Segala persiapan sudah kami lakukan, mulai dari membuat surat, memasang banyak pamflet, memasang baliho dan sebagainya.

Awalnya acara kami ini memang mendapat dukungan dari rektorat. Ketika itu PR III, Pak Masrukhi memberi izin saya untuk datang ke Senayan Jakarta untuk menyampaikan surat langsung ke menteri yang bersangkutan. Saya pun datang ke sana jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan acara, kata Geri. Satu bulan sebelum hari pelaksaanan kami sudah mendapat kepastian dari pembicara bahwa bapak Amin Rais menyanggupi untuk hadir sebagai pembicara.

Ketika mendekati hari H dan persiapan sudah kami rencanakan semua, pada hari H- 4 tiba-tiba bapak PR III memanggil saya, intinya bahwa acara tersebut di suruh untuk membatalkan. Saya pun kaget, kenapa kok mesti harus dibatalkan. Pak masruki menjawab bahwa alasannya kata beliau timingnya kurang tepat. Ditakutkan acara itu tidak berjalan dengan baik.

Sebenarnya kekhawatiran itu saya pikir terlalu berlebihan, Kata Geri. Ketika saya dipanggil ke rektorat membicarakan itu, saya memang agak ngotot untuk tetap mengadakan acara, dengan tetap menyampaikan argumen yang menguatkan. Segala persiapan sudah kami lakukan, saya pun berani menjamin, jika yang dikuatirkan bapak nanti pesertanya sedikit karena mahasiswa baru masih mengikuti kegiatan PPA, saya juga mempunyai solusi untuk itu, yaitu dengan kerjasama panitia PPA fakultas untuk mendelegasikan peserta tiap jurusan. Tapi pak Masruki tetap menyarankan untuk membatalkan atau menunda sementara dengan menggatinya di lain waktu.

Untuk meyakinkan pak Masrukhi, di depannya saya menelpon langsung pak Amin Rais untuk memastikan, beliau menjawab bahwa pada hari yang ditentukan pak Amin Rais bisa. Kemudian setelah saya selesai menelpon, pak Masrukhi menelpon balik kepada pak Amin Rais bahwa acara ditunda sementara, dengan alasan timingnya kurang tepat, kata Geri, menirukan ucapan Pak Masrukhi.

Ketika NuansA mengonfirmasi ke PR III perihal intruksi pembatalan itu, Pak Masrukhi mengatakan, mengenai dialog kebangsaan yang dibatalkan, itu begini karena persiapan yang kurang bagus dari panitia. Maksudnya yaitu pada waktu tersebut dirasa timingnya tidak tepat, jadi saya ingat persis tanggal 26 september. Bertepatan dengan jadwal pelaksanaan itu, pas dosen-dosen terlibat assesor, lalu mahasiswa baru terlibat pada kegiatan-kegiatan jurusan. lalu BEMU mau mengadakan Dialog Kebangsaan, lah itu nanti peserta yang datang siapa? jika demikian Kan kurang efektif. Padahal kita mendatangkan tokoh nasional yang kita kagumi pak Amin Rais. Saya waktu itu menyarankan ditunda saja untuk mencari waktu tang tepat. Jadi mengenai masalah itu bukan berarti kami membatasi kegiatan BEMU bukan. Tapi karena persiapannya sungguh awut-awutan karena surat undangan sebagian belum sampai. Kemudian kondisi mahasiswa masih sibuk begitu. Acara ini kan juga membawa nama baik BEMU, kalau pas nanti ada Amin Rais hadir, terus acara terlihat kurang siap dan awut-awutan itu kan nanti kalau peyelenggaraannya kurang bagus yang kena BEMU juga.

Saya ingin pokoknya setiap kegiatan yang akan dilaksanakan baik HIMA Jurusan, BEM fakultas, UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) maupun BEMU itu berkualitaslah. Jadi saya pun kadang sering turun langsung memantau UKM-UKM yang ada kegiatan, dan kerap sekali saya marah dalam rapat panitia untuk kebaikan mereka saemua. Jadi yang kena marah keliahatannya bukan hanya BEMU tapi juga UKM-UKM. Nanti secara bertahap kita tetap mendukung BEMU meyelenggarakan kegiatan-kaegiatan serupa.

Ketika rektorat bersikap demikian, Geri pun berkomentar, Dari hal itu, kami merasa bahwa kerja keras dan usaha kami tidak dihargai oleh pejabat rektorat. Yang pertama kita hilang kepercayaan. Ketika rektorat ngomong A besoknya bilang B, ketika mereka bilang C esoknya bilang D. saya rasa sikap birokrat yang demikian itu tidak konsisten. Kenapa kok ketika awalnya setuju mendekati hari H acara harus dibatalkan atau ditunda sementara? kami merasa tidak dianggap. Karena sikap rektorat demikian, saya pun tidak berani menjamin untuk mengadakan kegiatan seperti itu di hari yang lain. Kata Geri dengan nada kesal.

Komentar senada dikatakan oleh Musthoil, selaku PJS Presiden mahasiswa ketika Geri sudah tidak menjabat sebagai presiden mahasiswa karena telah wisuda bulan November mengatakan, Saya kira rektorat memang berhak membuat kebijakan berkaitan dengan kegiatan kemahasiswaan, tapi harusnya ada ruang dialog yang membuahkan solusi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Tapi, ketika kebijakan itu sampai harus membatalkan kegiatan, padahal panitia sudah mengantisipasinya, saya kira itu terlalu jauh intervensinya. Sepertinya rektorat tidak menganggap peran BEMU.

Setelah peristiwa itu kami pun agak kecewa dengan kebijakan rektorat. ketika rektotrat mengadakan rapat atau audiensi dengan mengundang kami -BEMU- dan seluruh Pimpinan BEM Fakultas, kita gak datang. Beberapa hari lagi ada undangan dari rektorat lagi BEMU juga saya intruksikan tidak datang.

Akhirnya dari pihak rektorat pun mempertanyakan kok kenapa setiap kami undang BEMU tidak pernah hadir. Kemudian rektorat dalam hal ini PR III, pak Masrukhi mengundang Geri secara personal ke kantor. Pak Masruki meminta maaf, artinya tidak seharusnya seperti itu.

Ketika Nuansa mengonfirmasi perihal kekecewaan BEMU, Pak Masrukhi mengatakan, Ya itu kan bagian dari dinamika, jadi saya seneng juga kalau mahasiswa agar punya gagasan- gagasan atau ide-ide kreatif seperti itu. Saya kira kalau ada perbedaan pandangan antara pimpinan dengan dengan mahasiswa yang lain itu hal yang wajar ya. Yang penting sesuai yang saya katakan, didialogkan, duduk bersama dialog bersama secara inten untuk menjelaskan apa kebijakan dari universitas, dan apa kemauan bemu. Sesuai yang saya katakan tadi, pimpinan itu tidak ada yang ingin menjerusmuskan anak-anaknya apalagi memusuhi tidak ada. Cuma itu dinamika gesekan itu ada, wong dalam rumah tangga ada gesekan sana-sini. Tap yang penting adalah bagaimana permasalhan itu diselesaikan dipahamkan saecara bersama secara arif sehingga pada akhirnya ada kesepahaman.

Mengenai keluhan BEMU, Toil terhadap kebijakan rektorat. Pak Masruki mengatakan Itu wajar ya, kekecewaan itu ada dan saya juga menyampaikan. Saya juga meminta maaf waktu itu ini mungkin mengecewakan mereka, dan saya pikir ini juga demi nama baik BEMU, kondisi mahasiswa yang saya, dosen yang banyak terlibat sebagai asesor sertifikasi, sesehingga agak sulit mendatangkan orang dalam jumlah banyak dalam seminar itu saja. Kalau ini dianggap itu sebagai sesuatu yang mengecewakan mereka, tahun besok saya tetap akan mensupport mereka, jangan khawatir. Hanya waktunya tidak sesuai, jadi tetaplah kami orang tua tetap akan selalu mensupport. Sama juga dalam keluarga, bapak kan kadang ada yang nempeleng, memarahi anaknya. apakah dengan menempeleng maksudnya memusuhi, kan tidak. Ya mungkin anaknyaada yang nangis, sedih, marah kecewa dsb. Itu hal biasa. Dan percayalah bahwa kami sebagai orang tua tentu tujuannya baik.

(Tulisan Ini Pernah dimuat di Tabloid Nuansa Unnes Februari 2009)

Muhammad Noor Ahsin
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes
Bergiat di Komunitas Harmoni
Semarang.

Tidak ada komentar: